Lucu sih, adeknya tapi.

387 25 0
                                    

"Bang, ayo kita jalan - jalan."

Tidak ada sahutan.

"BANG OJI," teriak gadis kecil disamping tempat tidur. Pipinya yang chubby menggembung lucu karena kesal.

"Apa sih, Dek?" tanya seorang lelaki yang masih tak mau membuka matanya.

Cici naik ke atas kasur, ia memegang punggung polos kakaknya yang terekspos karena tidak mengenakan baju."Ayo jalan - jalan."

"Abang mau istirahat. Udah kamu main sama Hazel," tolak Fauzi.

Tangan mungil milik Cici mengguncang bahu kakaknya. Tentunya kekuatan anak umur 5 tahun tidak ada apa - apanya bagi Fauzi.

"Gak mau sama Hazel, gak mau," ucap Cici menggeleng, rambutnya yang di kuncir dua ikut bergoyang.

"Biasanya juga sama dia kan."

"Hazel itu nyebelin! Pokoknya abang yang harus temenin Cici jalan - jalan!" jerit Cici sekuat tenaga.

"Hua!" Cici menangis meraung, ia memukuli punggung Fauzi dengan tangan mungilnya.

Fauzi panik, ia yang masih setengah sadar langsung bangun dan duduk menghadap Cici. "Sssttt, Ci jangan nangis."

"Abang jahat!" Jerit Cici. Ia terus menangis dengan lengan menutupi matanya.

Buset nih bocah.

Untung kamar gue kedap suara. Batin Fauzi. Kalau gak, bisa abis gue sama Bunda.

Dipeluknya Cici yang masih menangis. Air mata cici membasahi dada Fauzi yang tidak terbungkus pakaian.

Ia lalu menegakkan tubuh Cici dan memandang Cici. "Jangan nangis lagi. Ayo kita jalan - jalan," ucap Fauzi dengan mengusap lembut air mata Cici. Jika seperti ini, Fauzi terlihat seperti abang 'sungguhan'.

Cici berhenti menangis, matanya yang memerah memandang Fauzi. Bibirnya masih cemberut.

"Cici maunya kemana emang?" tanya Fauzi dengan senyuman.

Tampak Cici berpikir sebentar.

"Cici mau ke Dufan! Kata Bunda, disana ada istana boneka. Cici suka boneka!" ucap Cici dengan mata berbinar.

Fauzi lemas seketika. Dufan? Hhhhh... oke... buat Cici.

"Yaudah, abang mau mandi dulu ya. Abis itu kita berangkat. Oke?"

"Oke!"

Senyum Cici merekah. Ia turun dari kasur dan berlari ke arah pintu kamar Fauzi.

"Ci!" Panggil Fauzi. "Udah disini aja, jangan keluar."

"Kenapa Cici gak boleh keluar?" tanya Cici dengan tatapan bingung yang menggemaskan.

Ntar bunda tau kalau kamu abis nangis dek... dan kalau udah gitu, uang jajan dipotong... mati sudah...

"Abang bentar mandinya, tunggu disini aja."

Cici mengangguk. "Tapi yang bersih ya Bang, soalnya abang bau."

☆☆☆

"Ra! Bangun kenapa!"

Ara tetap diam tak bergerak di dalam selimut bergambar hellokittynya, sedangkan Chintya kesal sekali pada adiknya ini. Bisa gagal rencana bertemu Irvan, Sang Gebetan yang sudah diincarnya dari sebulan yang lalu.

Anak ini enaknya di apain ya...
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

DinaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang