"Segera pulang kalo kuliahmu udah selesai, Mir." Titah sang Ibunda dari sambungan jarak jauh tersebut.
"Memangnya kenapa, Mi?" Pria itu mengernyitkan dahinya.
"Ummi kepengen kamu cepet nikah, ummi juga udah nyiapin jodoh buat kamu." Hampir saja ia menjatuhkan ponselnya, begitu mendengar jawaban dari sang Ibunda di seberang sana.
"Hah? Tapi, Mi ...."
"Nggak ada tapi-tapian, Mir. Ummi kepengen liat kamu segera nikah."
"Mi! Ummi! Halo, Ummi!" Seruan lelaki itu tak tersampaikan karena sambungan teleponnya telah diputus sepihak oleh Umminya. Lelaki yang bernama Emir itu hanya bisa melemparkan ponselnya ke nakas, dan mengacak rambutnya secara anarkis.
Ini tahun berapa, sih? Kenapa Ummi masih ngotot untuk menjodohkannya. Emir tak habis pikir dengan keinginan Umminya itu.
Ya Rabb ... haruskah ia menerimanya?
Jika kepatuhan itu adalah kewajiban seorang anak sebagai bukti baktinya terhadap orangtua, Sedangkan ia masih ingin melajang dan mengejar karirnya di sini. Emir meraup wajahnya, merasa frustasi kemudian berdiri menghampiri jendela kamarnya.
Hamparan Selat Bosphorus menyapa dengan kemilau biru keemasannya, begitu ia membuka pintu kaca balkon kamar. Sesekali burung camar memperdengarkan kicauannya, membuat siapa saja tersihir untuk selalu menatap ke arah selat yang memisahkan Turki bagian Eropa dengan Turki bagian Asia.
Menumpukan kedua tangan pada pagar pembatas, Emir menundukkan kepala seraya menatap lantai kayu apartemennya. Ia hanya ingin menikah dengan wanita yang ia cintai, bukan yang dijodohkan dengannya.
Tapi ... apa bisa ia meraih jannahnya dengan wanita bukan pilihan hatinya? Sedangkan ia tak pernah bisa menolak apa keinginan umminya.
Pernikahan itu adalah ikatan yang sakral, dilakukan sekali seumur hidup. Itu sebabnya ia ingin menghabiskan sisa hidup bersama dengan wanita pilihan hatinya, bukan pilihan orangtuanya.
Menghela napas lelah, Emir beranjak dari tempatnya menuju kamar mandi guna bersiap-siap. Ia ada janji pukul empat sore dengan Farrukh—teman kuliahnya—untuk menghabiskan akhir pekan di kota Bursa.
Sementara ini, ia tak mau direcoki perihal perjodohannya dengan anak teman Umminya. Emir masih ingin menikmati sisa beberapa bulannya di Negara Seribu Masjid ini.
🍬🍬🍬🍬
Dean Akhmad
-22/06/2024-
KAMU SEDANG MEMBACA
(REPOST) Pura-pura Bahagia
أدب الهواةMenikahi wanita yang dijodohkan oleh Ummi, sebagai bentuk melanjutkan hidup untuk Emir. Bukan untuk membina rumah tangga yang semestinya, karena semua cintanya habis untuk sang masa lalu. Ternyata pura-pura bahagia itu butuh tenaga -Emir-