Museum. Times Square. Madame Tusauds.

39 0 0
                                    

Dilain tempat, Liz sudah rapih dan siap untuk bertamasya di New York sebelum ia melihat konser One Direction. Memang Liz tidak begitu mengetahui kota New York tapi sang kakak sudah mengetahui kota New York terlebih dulu karena ia pernah liburan selama seminggu di New York.

Will mengajak Liz dan Jen ke Museum Sejarah Alam Amerika. Liz sangat senang mendengar tempat itu. Ia memang dari dulu ingin sekali melihat museum itu dan sekarang keinginannya terwujud. Mereka pergi tidak bersama dengan kedua orang tua maupun dokter pribadi, mereka hanya pergi bertiga dan menggunakan subway untuk menuju ke museum tersebut.

Melihat kegembiraan Liz membuat Will semakin tidak ingin ditinggalkan oleh Liz. Mungkin ini hal yang bisa ia lakukan untuk membahagiakan sang adik sebelum ia pergi menuju surge nanti. Kejadian aneh pun mulai terjadi. Will melihat rambut adiknya itu mulai rontok sedikit demi sedikit. Apakah memang itu pertanda kalau sang adik akan pergi dari dunia ini? Will tidak ingin memikirkan hal itu, yang jelas ia hanya ingin melihat Liz tersenyum sebelum itu menjadi tangisan yang tidak ingin ia dengar.

Sesampainya di museum itu, Liz berlari kearah dalam yang memang kebetulan museum itu sedang ramai atau bahkan memang selalu ramai dikunjungi oleh turis dan penduduk lokal untuk bertamasya.

Will dan Jen hanya mengikutinya dari belakang dan mewangasi Liz yang sangat gembira itu. Memang setelah kejadian ia masuk rumah sakit dan divonis terkena leukemia ia tidak mendapat ilmu pengetahuan lagi. Sebenarnya ia ingin sekolah lagi, namun sang dokter melarangnya. Maka dari itu saat Liz berkunjung ke Museum Sejarah Alam Amerika ia sangat senang karena itu bisa menambah pengetahuannya tentang alam di Amerika walau tidak sebanyak remaja biasa yang didapatkan melalui sekolah normal.

Will sengaja membawa kamera dan memfoto tingkah lucu sang adik di museum tersebut. Sementara Jen sedang membeli beberapa cemilan untuk dia dan juga Liz serta Will. Liz menghampiri Will dan Jen yang sudah memegang makanan masing-maing dan Liz mengambil bagiannya. Wajah cerianya kembali lagi dan wajah itu sangat berbeda pada saat ia berada di Rumah Sakit Bridgewater.

“Will, aku masih lapar,” ucap Liz dengan nada polosnya. Ia baru saja menghabiskan dua humburger dan ia masih lapar. Sikap inilah yang selalu Will ingat, kalau ternyata adiknya itu dalam keadaan sakit atau tidak selalu saja tidak pernah kenyang walau makan sebanyak apapun.

“Yasudah kita cari makan. Kau sudah puas berkeliling di museum ini? Kalau sudah ayo kita keluar dan cari makan,” balas Will dengan lembut.

Liz mengangguk, “Aku sudah capek dan puas. Sekarang aku lapar, ayo kita keluar.” ajak sang Liz sambil menarik tangan Will dan Jen mengikuti kedua kakak beradik ini. Ia tertawa melihat sikap Liz yang manja kepada Will.

Will mengajak Jen dan Liz menuju Kafe Fairway untuk makan siang–lebih tepatnya makan sore karena waktu sudah menunjukan sore hari. Liz memesan Marinated Chicken with Corn Relish dan Jen memesan Focaccia sementara Will memesan Marinated Shoulder Lamb Chops, makanan kesukaannya.

Mereka makan dengan keceriaan diwajah masing-masing dan menikmati keindahan di luar Museum Sejarah Alam Amerika itu. Tawa serta canda mewarnai makan mereka. Will menunjukan foto yang memperlihatkan betapa bahagianya Liz bisa berada di museum tersebut.

Selesai makan mereka berjalan kecil disekitar Central Park West dan menuju ke stasiun subway yang berada tidak jauh dari lokasi Museum Sejarah Alam Amerika.

“Sekarang kita kemana Will? Dulu aku pernah dengar kalau di New York ini tempat paling indah itu berada di Times Square. Aku ingin sekali melihat tempat itu. seandainya kita punya banyak waktu ketempat itu,” ujar Liz sambil melihat pemandangan disekitarnya.

“Kita akan kesana. Menurut perhitunganku, kalau kita naik subway jam segini kita akan sampai di Times Square malam. Karena keindahan Times Square itu di malam hari. Tapi kita jangan terlalu lama disana, kau harus istiharat untuk ke Madison Square Garden. Kemungkinan mama dan papa akan mengajakmu ke Central Park besok, jadi jangan sampai kau terlalu lelah. Oke?” jelas Will panjang lebar dan disambut senyuman serta acungan jempol dari Liz.

Mereka menuju stasiun subway dan menaiki subway yang akan membawa mereka ke Times Square. Will sangat senang melihat wajah ceria Liz kembali. Ia tidak akan melupakan senyuman indah dari adik kesayangannya itu.

Setelah setengah jam berada didalam subway yang membawa mereka ke Times Square akhirnya mereka sampai di stasiun yang tidak jauh dari Times Square. Waktu menunjukan jam tujuh malam dan suasana di Times Square seperti biasa, selalu ramai.

Liz sangat gembira melihat pemandangan di Times Square yang memang indah terutama dimalam hari. Ia tidak akan pernah melupakan pengalamannya ini. Ini adalah pengalamaan yang paling indah didalam hidupnya.

Waktu sudah menunjukan pukul setengah sepuluh malam. Mereka sudah berkeliling di Times Square dan mereka segera menuju stasiun subway untuk kembali ke hotel mereka. Perjalanan yang sangat menyenangkan dan tidak terlupakan untuk mereka, berjalan di Times Square dan mengunjungi Madame Tusauds yang berada di dekat Times Square memang hal menarik tersendiri untuk Liz. Ia bisa berfoto dengan bintang Hollywood dan publik figur yang lain. Itu adalah hal yang tidak akan pernah ia lupakan.

Banyak sekali foto yang diambil Will untuk kenang-kenangan Liz jika ia sudah kembali ke Manchester lagi. Will senang bisa membuat adik kesayangannya itu tertawa dan tersenyum bahagia melihat kejadian yang baru saja ia alami.

Tidak ada rasa capek yang terlihat diwajah Liz melainkan rasa senang yang tak bisa diungkapkan oleh kata-kata.

Tepat jam sepuluh malam mereka sampai di hotel dan mereka segera membersihkan diri dan makan malam–yang bisa dibilang sudah lewat dari jam makan malam. Setelah makan malam dokter pribadi melihat kondisi Liz dan memberinya obat istirahat untuk membuat Liz cepat tertidur agar ia tidak terlalu capek untuk melalukan aktivitas esok hari.

Moments [HOLD ON]Where stories live. Discover now