Prologue

217 0 0
                                    

A/N: Look! I don't know clearly about the disease that is recounted this but I will try to make the story that makes sense.

Enjoy!

*************

                  Happy birthday to you, happy birthday to you,

                  Happy birthday, happy birthday…

                  Happy birthday Elliza…

Nyanyian selamat ulang tahun sudah terdengar. Gadis yang baru saja berusia tujuh belas tahun itu sangat bahagia karena bisa meranyakan sweet seventeen-nya bersama keluarga, sahabat, dan orang-orang yang ia cintai.

Sang kakak yang selalu datang terlambat hanya memberikan senyuman paling manisnya, gadis itu selalu bertengkar dengan sang kakak. Namun dibalik pertengkaran itu, tersembunyi rasa kasih sayang yang tak bisa orang lain mengerti antara adik dan kakak.

Semuanya terasa indah jika seseorang merayakan ulang tahunnya yang ke tujuh belas. Begitupun yang dirasakan gadis ini. Dia sangat bahagia karena bisa hidup sampai umur tujuh belas tahun.

“Liz, kau kenapa? Mengapa wajahmu sangat pucat?” tanya salah satu temannya kepada gadis itu. Gadis itu hanya tersenyum dan menggeleng.

“Kau yakin? Mengapa sekarang hidungmu berdarah? Kau sakit?” tanya teman yang lain. Semua orang melihat kearah gadis itu dan seketika gadis itu pingsan dan semua orang yang berada dipesta itu panik.

Wajah panik terpancar di keluarga gadis itu. Suasana di Rumah Sakit Bridgewater sangat ramai namun gadis itu segera masuk ruang UGD untuk perawatan secara langsung.

Dokter keluar setelah kurang lebih selama dua jam memeriksa gadis itu di UGD. Dokter keluar dengan wajah yang sangat membingungkan bagi keluarga gadis itu.

“Siapa keluarganya? Bisakah kita bicara diruangan saya?” tanya dokter tersebut.

Kedua orang tua gadis itu mengikuti sang dokter menuju ruangannya. Sementara sang kakak menunggu di luar ruangan sampai sang adik tersadar dari siumannya. Sang kakak sangat kaget dengan apa yang terjadi kepada sang adik pada saat hari ulang tahunnya.

“Apa?! Bagaimana bisa dok? Tidak, tidak mungkin dokter pasti bercanda kan?” ucap sang ibu dari gadis tersebut diruang dokter.

“Maaf bu. Kami sudah memeriksanya ulang dan ternyata memang… Anak ibu positif terkena kanker Leukemia dan ia sudah mengidab penyakit ini sejak satu tahun yang lalu. Kami harus mengoperasinya dengan segera,” kata-kata yang diperjelas oleh sang dokter.

Kedua orang tuanya masih tidak percaya dengan apa yang dibicarakan oleh dokter tersebut. Sang ibu terus menangis dengan kenyataan yang ada. Sang ayah pun juga tidak percaya, bagaimana seorang gadis yang kuat seperti anaknya terkena Leukemia.

Pada saat sang kakak mendengar berita yang diberitahu oleh kedua orang tuanya ia merasa sangat bersalah dan tidak ikhlas dengan kenyataan yang ada. Tapi dia akan berusaha untuk tidak menunjukan rasa kesedihannya didepan sang adik.

Setelah menjalani operasi beberapa kali, gadis tersebut merasa aneh dengan keluarganya. Saat dokter mengajak sang kakak untuk berbicara diluar ruang kamar sang adik dirawat, gadis itu berusaha jalan menuju belakang pintu untuk mendengarkan pembicaraan sang kakak dan dokter.

“Bagaimana dok?” terdengar suara sang kakak sedang berbicara dengan dokter yang memeriksa gadis itu.

“Maaf Will, kanker yang berada ditubuh adikmu sudah sangat cepat penyebarannya. Operasi yang kita lakukan untuk mengangkat kanker yang ada ditubuh adikmu tidak membuat kanker itu hilang, tapi hanya mengangkatnya sedikit demi sedikit dan sekarang pertumbuhan kankernya sudah sangat cepat. Namun, jika pada saat satu tahun yang lalu adikmu dioperasi itu mungkin bisa mengangkat kanker dari tubuhnya. Sekarang kankernya sudah mulai memasuki stadium dua dan hanya kemo yang bisa kami lakukan. Jika keadaan tubuhnya melemah itu akan menghambat proses kerja dari kemo tersebut. Usahakan keadaan tubuh adikmu dijaga stabil, itu akan sangat membantu proses kerja dari kemo,” jelas sang dokter.

Gadis tersebut kaget dengan apa yang baru ia dengar. Kanker? Kemo? Stadium dua? Satu tahun yang lalu? Namun dia sama sekali tidak merasakan sakit satu tahun yang lalu. Mengapa sekarang ia divonis mengidab kanker stadium dua? Gadis itu perlahan kembali menuju ranjang tidurnya dan terdiam dengan apa yang baru ia dengar. 

Gadis itu sangat tidak percaya, ia akan terus berada dirumah sakit ini untuk menjalani kemo. Kemo yang seperti orang banyak bilang rasanya sangat sakit dan akan menyebabkan rambut rontok. Apakah gadis itu kuat menjalani kemo? Ia sama sekali tidak menyangka dengan keadaan yang ada.

Sang kakak sangat keget ketika tahu kalau sang adik sudah mengetahui kalau adiknya itu terkena kanker. Ia terlihat sangat sedih dan tidak semangat untuk menjalani hidup di dunia ini.

“Liz, maafkan aku. Aku tidak bermaksud menyembunyikan ini kepadamu, tapi aku hanya tidak ingin membuat keadaan tubuhmu menurun,” seru sang kakak yang melihat wajah adiknya yang sangat lemah itu. 

“Tolong, jangan buat tubuhmu melemah. Aku tidak ingin kehilanganmu, aku sangat sayang padamu. Kembalilah semangat seperti dulu, aku sangat merindukan keceriaanmu,” lanjut sang kakak.

Gadis itu masih dalam keadaan diam. “Liz, kau harus bangkit.” ucap sang kakak lagi. 

Semenjak itu gadis tersebut berubah menjadi gadis yang pendiam. Sampai pada suatu hari gadis itu sangat menyukai boyband baru berasal dari Inggris-Irlandia, One Direction yang menginspirasinya menjadi gadis yang gembira dan penuh tawa tanpa merasakan sakit yang harus ia rasakan.

Moments [HOLD ON]Where stories live. Discover now