chapter 7

467 43 10
                                    

Aku terbaring lagi di kasurku yang membeku, seharian ini jauh seperti yang kukira, hari ini begitu menyenangkan, kami berempat menghabiskan pizza milik Leo yang sudah dipanaskan. Honbin juga tak pernah membahas tentang betapa konyolnya aku, yang langsung berlari meninggalkan rumah Hongbin sambil berteriak ketakutan.

Ketika ibunya bertanya apa sebenarnya yang terjadi, Hongbin menjawab sesuai dengan yang kuinginkan. Pria itu, Hongbin, dan ciumannya seakan sudah melekat di dalam benakku.

Sejenak aku melupakan perbedaan usia kami yang selisih 5 tahun, walaupun ia lebih muda dariku 5 tahun, kedewasaannya melebihi kedewasaanku. Benar rupanya, sebuah penelitian dari luar negeri yang mengatakan kalau kedewasaan seorang pria tak pernah terpaut umur. Ada anak laki-laki yang berumur 12 tahun yang dinilai lebih dewasa daripada seorang pria berumur 21 tahun.

Dan Hongbin salah satunya.

Drrrttt... Drrrrttt... handphone ku bergetar, kulihat siapa yang malam begini mengirimkan pesan padaku.

"Nuna... jangan lupa kembalikan suratnya pada Leo, atau pernikahan kakakku akan gagal... gomawo... have a nice dream... Nuna"

pesan dari Hongbin, bagaimana aku membalasnya?.

Kutarik bedcover dan menutupi wajahku yang memanas. Saat ini dalam bayanganku hanya ada wajah Hongbin, suara yang kuingat hanya suara tawanya yang renyah.

"jeongmal baegopa!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!! OOOOOOOOOOOH!!!!!!!!"

BRAKKK!! BRAKKKK!!

Teriakan itu kudengar begitu jelas, tentunya dari arah apartement Leo, bayanganku tentang Hongbin buyar seketika. Penasaran dengan apa yang dilakukan Leo, kuputuskan untuk mendekati dinding dan mendengarkan suara pria itu lebih jelas.

"jeongmal baegopa..... huaaaaaaaaaaaa...... naneun pijaleul meoggo sip-eo huaaaaaaaaa" kudengar ia melempar barang-barangnya ke dinding.

BRAKK!!! aku meloncat ke belakang, ketika ada benda yang menghantam dinding di depanku.

Sedetik aku merasa begitu bersalah, telah mencuri pizza milik Leo, ia pasti sedang kelaparan sekarang. Mengetahui ia hanya pria yang berprofesi sebagai wedding organizer, aku pun memberanikan diri mendatanginya.

Sebelum itu tak lupa aku membawa dua pak tteokbokki instan dan dua telur, lalu surat dari Hyuk untuk Leo. lorong apartement sudah sepi, hanya ada suara hantaman benda berat ke dinding yang dilakukan Leo berulang kali.

TING TONG... TING TONG... bel apartement Leo berbunyi begitu nyaring di tengah malam.

Lama tak ada balasan.

"Leo...... Buka pintunya......." teriakku.

Pintu pun terbuka dengan kasar, Leo menatapku dengan tatapan sinisnya.

"eotteohge?" tanya Leo dengan nada sinis.

"Ah... kudengar kau lapar... aku hanya ingin membantumu... lihatlah aku punya dua tteokbokki... humm kau mau aku memasakkan untukmu?"

"Huh! kau sudah gila? kemarin kau mengusirku! kemarin kau mencuri suratku! lalu sekarang kau mau memasakkan untukku?"

"mianhae... sepertinya kita perlu bicara... agar kesalahpahaman ini tak berlarut-larut. LAGIPULA!! kau sudah membuat perutku luka dengan sepatumu kemarin lusa... kita impas kan?"

"Okey.... berarti kau mengaku telah mencuri suratku.. iya kan? begini saja... serahkan saja surat itu... kau boleh menyingkir dariku! dan aku akan pindah dari apartement ini!"

"Ah... jeongmal jeongmal jeongmal jeongmal jeongmal mianhae... Leo... aku telah..." Leo merebut surat yang ingin kuberikan padanya.

"Jangan kau ulangi lagi! gara-gara kau! Aku tak dapat setoran hari ini! Dasar gadis paranoid!" bentak Leo, ia pun membuka suratnya dan membacanya dengan seksama di dalam apartementnya yang remang. Aku masih berada di luar apartementnya, kalau aku memaksa masuk, ia akan semakin membenciku.

"hmmm itu peta Dongjak-gu... Seoul Technical High School iya kan?" tanyaku.

"Ahssss!!! Jangan mengurusi urusan orang lain!"

Brak! Leo menutup pintunya, tapi aku berhasil mengganjalnya dengan sepatuku.

"Leo... apa kau tak lapar? biarkan aku membuatkan kau tteokbokki... kalau kau tak mau aku masuk ke dalam... kajja.. datanglah ke apartementku..."

"ANDWAE!" bentak Leo sambil melotot padaku.

"baiklah... padahal di rumah aku juga punya sisah pizza yang kubeli tadi siang... bukan kah kau mau pizza?" aku tak berani mengaku kalau pizza itu yang kucuri darinya.

"benarkah?" Leo rupanya mudah sekali di rayu, ia pun membuka pintunya, lalu menguncinya lagi. "Ok. aku ikut denganmu... buatkan aku makanan yang enak.. setelah itu kumaafkan kau!"

"Okey... here we go...!" kami pun masuk ke dalam apartementku, aku muai memasak di dapur, sedangkan Leo sedang sibuk dengan handphonenya, ia menghubungi beberapa orang, lalu mengetik sesuatu di smartphonenya yang lain.

"Leo... maaf sebelumnya..." kataku.

"Moraguyo?" tanya Leo kebingungan.

"Ada apa sebenarnya di apartementmu?"

"Bukan urusanmu..." jawab Leo singkat tapi begitu menusuk.

"Leo.. apa kau tak pernah mandi? baumu busuk seperti isi tong sampah" balasku, kuharap ia juga tertusuk hatinya karena kata-kataku.

"Ya........ aku tak mandi dua bulan, dua tahun, bahkan dua abad itu bukan urusanmu..!! Kajja! kau mau memasakkan aku atau mau investigasi?? HAH!!"

"Ah... mianhae...karena tingkahmu yang menakutkan... aku sempat mengira kau seorang pembunuh bayaran hehehehehe" aku mencoba tersenyum membuat suasana lebih hangat.

BRAKK!! Leo lagi-lagi melempar vas bunga yang baru saja dibelikan Hongbin sebagai pengganti vas bunga yang dilempar Leo kemarin.

"Ah...... jangan lepar barangku... jeongmal jeongmal jeongmal jeongmal mianhae... aku akan menjaga kata-kataku.... mianhae" aku pejamkan mata ketika Leo menghampiriku.

"Kau... ingin memasakkan aku tteokbokki.... atau SEMAKIN MEMBUATKU MARAH HAH!!!" Bentakkan Leo membuat dadaku begitu sesak, nafasnya yang bau juga sempat membuatku ingin muntah "Aku... kalau aku katakan semua tentangku... MAUKAH KAU MEMBANTUKU HAH!!! ATAU KAU SEPERTI YANG LAINNYA !! MENJAUHIKU HAH!!"

aku mengangguk dan menggelengkan kepala, Leo pun menjauh dan duduk lagi di tempatnya semula, sepertinya ia merasa bersalah dengan pot bunga yang ia hancurkan. Dengan kakinya, ia menendang pecahan pot bunga hingga terkumpul jadi satu di bawah meja.

"Kulitku akan melepuh bila terkena sabun... aku juga takut air... dua kali Ayah tiriku menenggelamkanku di kolam renang. dua kali percobaan pembunuhan itu... membuatku membenci air... aku sempat mencoba untuk mandi, tapi itu membuatku sangat ketakutan..."

Kupandangi Leo yang tetap sibuk dengan smartphonenya, matanya sedikit berair, entah mengapa sepertinya hidupnya begitu menderita.

"Saat usiaku 16 tahun... kuputuskan untuk lari dari rumah... dan hidup sendiri... Ayah tiriku bila ia mabuk... selalu menyekapku dan ibuku di lemari yang gelap... setelah ibuku meninggal ditangan Ayah tiriku... aku begitu merindukan ibuku... maka dari itu... aku suka kegelapan... aku tak pernah menyalakan lampu... dan... bisakah kau matikan lampu ruang tengah ini? mataku sangat sakit..." lanjut Leo.

"Ah ye...." aku berlari ke ruang tengah dan mematikan semua lampu kecuali dapur, "Bagaimana? kau sudah tenang? maafkan aku... kalau terlalu banyak menanyakan hal yang tak ingin kau ceritakan..."

"Hmmm... Justru... aku yang harus berterima kasih padamu... kau mau menanyakan itu padaku... sudah bertahun-tahun tak ada yang peduli padaku sepertimu..." dalam kegelapan bisa kulihat senyum Leo yang menawan.

to be continue

I NEED YOUR LOVETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang