Chapter 13

427 37 4
                                    

Sesuai dengan alamat rumah sakit yang diberikan polisi yang mengintrogasiku tadi, akhirnya aku bisa menemukan bangsal rumah sakit, tempat dimana Leo sedang berbaring dengan tenang di ranjang rumah sakit.

Di dalam ruang inapnya, tak ada siapapun yang menjaga Leo. aku melangkah masuk dengan memelankan suara langkah kakiku. Lalu kuletakkan bunga mawar ungu kesukaan Leo, yang selama ini selalu terpajang cantik di sebelah jendelanya.

Dan kutuangkankan tteokbokki juga odeng kesukaan Leo. kuharap aroma odeng bisa membuatnya bangun dan sadar kembali. Tubuhnya yang kekar, kini tampak lemah di tempat tidurnya. Masih terbanyang dibenakku, suara tubuh Leo yang jatuh menghempas atap mobil.

Sebuah keajaiban bila ia tak meninggal saat ini, aku yakin Tuhan sangat marah padanya.

"Ini bukan saatnya untuk menyerah Leo..." kubisikkan kata itu ke teliganya. Kedua kaki dan lehernya di perban begitu rapat, kurasa ada retakan di leher dan kedua kakinya.

"Apakah dengan keadaan ini... kau bahagia Leo? Apakah dengan bunuh diri... kau bisa mencari kebahagiaan? Leo..." kugenggam tangan Leo yang mendingin.

"Maafkan aku.. yang sering kali mengecewakanmu... aku tak tahu... sebesar itu harapanmu padaku.. Bunuh diri... apa yang kau lakukan semalam.. sama sekali tak membuatmu bahagia.... benar kan kataku?"

"Leo... aku sudah merelakan cintaku untukmu...kini... sadarlah untukku dan untuk dirimu... aku akan hidup untukmu...aku akan berusaha melupakan Hongbin yang sangat kucintai hanya demi dirimu... maka... sadarlah... agar kesedihanku... tak terlalu lama... Leo..." gumamku sambil menaruh tangannya yang dingin di atas dadanya.

"selamat malam Nona.. kau saudara pasien?" tanya seorang suster yang masuk ke dalam ruang inap. Ia memeriksa infus dan table data Leo.

"Ya... Suster.. bagaimana perkembangan Leo?"

"Dia cukup kuat.. selama penyembuhan, ia sama sekali tak mengeluh... hanya saja sejam yang lalu ia sadar dan ingin melakukan percobaan bunuh diri..."

"Dengan keadaannya seperti ini ia masih mau bunuh diri?"

"Iya... tolong kau jaga dia... sampai saat ini hanya kau satu-satunya yang mengunjunginya... kalau perlu perlengkapan tidur.. datanglah ke kantorku.. aku akan pinjamkan untukmu... sepertinya kau begitu lelah..."

"Ye... gomawo..."

'Hmmm.. kuatkanlah dirimu nona" kata suster sambil menepuk bahuku, lalu keluar dari ruangannya.

PLAKKK!! aku begitu marah pada Leo, akhirnya kutampar ia sekali lagi, tak peduli apa yang terjadi dengannya sekarang.

"Kalau kau melakukan hal itu lagi... aku tak segan-segan menamparmu sampai mati LEO!! ARRASEO!!" bentakku pada Leo yang masih tertidur lelap.

"Hongbin... mianhae...... mianhae... jeongmal mianhae...." kututup wajahku yang memerah, aku tak mengerti dengan diriku sendiri, sejam yang lalu, aku yang memutuskan untuk berpisah. Tapi mengapa sekarang aku masih teringat pada Hongbin. Aku ingin merasakan lagi pelukannya yang hangat dan menenangkan. Haruskah aku mengecewakannya?

PLAKKK!! kutampar wajahku sendiri, betapa bodohnya aku meninggalkan Hongbin, demi pria yang sama sekali tak kukenal sebelumnya.

Ketika ingin sekali menampar wajahku sekali lagi, tangan Leo menghalangiku. Ia terbangun karena kegaduhan yang kubuat atau karena tamparanku yang penuh emosi tadi.

"Dayeon.... jangan lakukan itu... jangan lukai dirimu..." gumam Leo ketika ia melepaskan tanganku.

"Apakah kau meninggalkan pria itu?"

Kuanggukan kepala, sambil menahan tangisku, serta sesaknya dadaku.

"Apa karena aku?"

Kuanggukan lagi kepalaku, akhirnya tangisanku tak bisa terbendung lagi, airmata yang hangat membasahi wajahku, ada ketidak adilan yang telah kulakukan pada Hongbin. Yang membuat diriku begitu kecewa.

"Dayeon... kau tahu... saat ini... aku bahagia melihatmu disini... mengetahui bahwa kau memperhatikanku... mengkhawatirkan aku... aku merasa begitu bahagia.... tapi... melihatmu seperti ini... aku ingin sekali menghukum diriku Dayeon... maafkan aku..."

"Leo..... saat ini... hanya kau yang kumiliki... dan hanya aku milikmu... jangan pikirkan hal yang lain... kau harus pikirkan kesehatanmu Leo... tenanglah... ada aku disini..."

"Huh... kau tak bisa membohongiku Dayeon... kau masih mencintainya... dan aku tak bisa membohongimu Dayeon... aku tak bisa hidup lebih lama..."

"ANDWAE!! jangan seperti itu LEO!! AKu sudah mengorbankan cintaku hanya untukmu... sekarang kau ingin meninggalkanku?? Lalu bagaimana dengan harapan-harapan yang sempat kau pikirkan? bagaimana denganku?"

"Dayeon..... ini permohonan terakhirku..." Leo menarik tanganku hingga aku terpaksa mendekat mendengarkan apa yang sebenarnya ingin dikatakannya.

"Dayeon.... dadaku... sakit sekali.... ini waktunya...." bisik Leo.

"Leo... kuatkan dirimu aku akan panggilkan suster dulu..."

"ANDWAE! tetaplah disini... bersamaku.... ini terakhir kali aku memohon Dayeon..."

"Leoo... jangan seperti ini.... Leo..."

"Dayeon..." Leo semakin memelukku, mendekatkan telingaku ke bibirnya. "Dayeon... aku mencintaimu.... sampai kapanpun aku mencintaimu... kembalilah pada pria itu... ia menunggumu di depan... Dayeon... aku akan selalu ada untukmu...saat aku di surga... aku akan selalu melihatmu dari sana... Dayeon.... salanghae... gomawoyo...." Leo mengecup pipiku lembut.

Lalu, tak bisa kurasakan hembusan nafas dari hidung dan mulutnya.

"LEO!!!! LEOOOOOOOO!!!!! Kumohon!! JANGAN TINGGALKAN AKU LEO!!! Leoooooooooooooo andwae......... Leo! mengapa kau lakukan ini padaku Leo!!!...."

Beberapa suster masuk ke dalam ruangan, memeriksa detak jantung Leo, memeriksa denyut nadinya, lalu mereka menutup wajah Leo yang tersenyum dengan selimut rumah sakit.

"Leo.... andwae......... lepaskan aku!! kau bawa kemana Leo!! HYAAAAAAAAAAAK!!! KAU BAWA KEMANA LEOKU!!!" Aku berontak ketika seseorang menahanku, ketika dokter dan suster membawa tubuh Leo yang membeku menghilang dari pandanganku.

"ANDWAE!!! LEPASKAN AKU!!!" teriakku ditengah tangis yang menyesakkan dada. "Lepaskan aku... ia belum mati... ia harus hidup untukku!!"

"NUNA!!! LIHATLAH AKU!!! DIA SUDAH MENINGGAL!!! LIHATLAH!!! DIA SUDAH MENINGGAL NUNA!!" aku pun sadar, sedari tadi Hongbin lah yang mencoba menahanku.

"Hongbin!!! Hongbin!!.... Leo... mengapa dunia begitu kejam padanya...? mengapa Hongbin???!! mengapa!???" Hongbin memelukku begitu erat, ia menenggelamkan wajahku yang basah karena airmata ke pundaknya.

"Ia sudah bahagia Nuna... percayalah padaku... inilah pilihannya... dan ia bahagia..."

to be continue

I NEED YOUR LOVETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang