Halo ! Makasih bagi yang udah mau ngluangin waktu berharganya buat baca cerita ini!
(Sekedar info,kalimat italic itu maksudnya batin irene)
Happy Reading !***
Irene menatap langit - langit UKS sekolahnya kemudian menghela napas. Ia masih memikirkan ucapan Vando yang membuat kepalanya semakin pusing. Itulah alasan mengapa sekarang ia lebih memilih untuk beristirahat di UKS.
"Membantu ? Apa gue bisa ?", gumam Irene pada dirinya sendiri. Ia tidak yakin. Tentu saja ia ingin membuat Vando bahagia, tapi..
Irene memejamkan matanya, berharap rasa sakit di kepalanya akan berkurang. Ia mulai terlelap hingga tak menyadari bahwa kini ada seseorang yang berdiri di samping ranjangnya.
"Ren lo ngapain disini ? bolos ya ?"
Irene mengucek matanya sebelum benar - benar membukanya. Aroma cokelat yang manis menyeruak, membuatnya tidak bisa tidur lagi.
"Dih apaan sih, gue pusing tau. Eh lo, ngapain lo disini ?"
Ternyata itu Tania, salah satu murid baru di kelasnya.Tania mengedikkan bahunya.
"Lo sendiri ngapain di UKS ? Hayoo bolos ya ?" goda Tania. Irene menggeleng lalu berdiri merapikan bajunya.
"Balik kelas yuk. By the way, gurunya udah dateng ?"
"Udah lah, malah dikasih tugas bikin puisi."
"Lah terus lo ngapain keluar ?"
"Kan gue tadi izin ke kamar mandi, hehe."
"Mampus", desis Irene menepuk jidatnya. Ia paling tidak ingin telat saat jam Bahasa Indonesia. Bukan karena takut ketinggalan pelajaran, tapi karena gurunya, 'Bu Mar' yang sangat disiplin dan suka memberi tugas yang menurutnya tak manusiawi karena terlalu banyak. Coba bayangin, sehari ngasih tugas 20 halaman ! Tangan Irene keriting mengerjakannya.
Ah Bu Mar urusan belakang, yang penting sekarang, bagaimana ia harus bicara kepada Luna ?
***
KRIINGGG
Bel pulang berbunyi. Semua siswa tampak bersiap untuk pulang, terkecuali Luna yang sedari tadi memperhatikan teman sebangku sekaligus sahabatnya sejak kecil yang daritadi melamun. Ia yakin pasti Irene sedang menyembunyikan sesuatu darinya.
"Ren lo kenapa ? Nglamun aja kayak kebo. Ati - ati kemasukan Luna wkwk." Bisik Tania yang tiba - tiba berada di depan wajah Irene. Gadis itu menyadarkan Irene dari lamunannya.
"Ih emang mulut gue goa apa bisa kemasukan Luna. Lagian mulut gue nanti tercemar kalau kemasukan dia."
"Dih emang siapa juga yang mau masuk ke mulut lo Ren ?Eww"
Mereka bertiga saling bertatapan kemudian terbahak. Mumpung Irene sudah tidak melamun lagi, Luna tidak akan berbasa - basi.
"Ren lu kenapa daritadi ? Cerita dong", Luna merengek manja, Irene menirukan suara orang muntah menanggapinya.
"Iya lo napa ? Tadi lo bolos di UKS kan", imbuh Tania. Mereka berdua menatap Irene. Irene pun seketika menjadi gugup.
'Duh masak gue harus bilang kalau Vando suka lo dan dia minta bantuan gue untuk pdkt ke elo, Lun ? Lagian ini si Tania kepo amat, baru juga kenal sehari' renung Irene.
Ia mengedarkan matanya ke seluruh kelas, siapa tahu ada objek yang bisa membuatnya untuk mengalihkan pembicaraan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Unpredictable
Teen FictionAku benci takdir. Kenapa? Karena dia tidak akan pernah membuat aku dan kamu menjadi 'kita'. Setiap orang mempunyai jalan ceritanya sendiri yang sudah tersusun rapi. Namun, tidak semuanya memiliki akhir yang bahagia. Mungkin aku salah satu yang me...