Maut

20 2 0
                                    

Jessica POV

Sekarang pikiranku benar-benar kosong, aku terus berjalan sampai naikin tangga dengan mood datar. Pandangan lurus ke depan kearah kamar, tapi pandangan, pikiran, otak semua itu nggak ada d tempatnya dan nggak berjalan selayaknya normal. Tak lama setelah aku berada di kamar yang entah sudah berapa lama, tiba-tiba hujan turun bagaikan mereka tau kesedihanku. Aku duduk d samping jendela memandang hujan dan langit yang tak henti-hentinya bergemuru. Jujur aku bukannya suka dengan hujan, tapi mata memang memandang hujan, tapi pikiranku nggak. Sudah berjam-jam aku mengurung diri dikamar, tanpa mandi, makan, dan tanpa mengganti pakaian.

Flashback on

"Ica, kamu dirumah aja ya, jaga rumah sama bibi, mama perginya dengan Mikha aja. Kamu tau kan Mikha nggak mau ditinggal? Mama cumin bentar kok perginya kan cumin mau nganterin berkas Papa yang ketinggalan doank." Jelas mama

Aku pun hanya mengangguk mendengar penjelasan Mama walaupun hatiku menolak dan aku ingin ikut. Aku takut, ntah mengapa aku takut Mama pergi, aku takut ditinggal, dan reflex Ica kecil memeluk Mama yang menerima hangat pelukan itu. Sekarang Mama lagi menggendok Mikha dan mengambil kunci mobil dan aku segera membawa berkas yang Papa minta untuk membantu Mama membawanya ke mobil. Setelah itu mobil Mama mulai menghilang bersamaan dengan hujan dan angin kencang. Jam demi jam berlalu, sampai aku lelah dan akhirnya memutuskan untuk membaca buku dongeng yang Mama kemarin beli untukku. Aku meminta bantuan Bi Asih buat membacanya. Tak lama itu .....

Aku shock mendengar bahwa mobil yang Mama bawa ternyata sudah terbalik disana..tempat yang aku nggak tau itu dimana. Mendengar kabar dari rumah sakit yang mengatakan keadaan Mama sekarang sedang kritis, aku yang hanya anak berumur 6 tahun yang nggak ngerti harus bagaimana dan hanya bisa menangis dipelukan Bi Asih. Bi Asih dengan cepat memanggil taksi dan membawa aku ke RS.Harapan tempat dimana Mama berada sekarang. Dengan cepat Bi Asih berjalan dan kemudian berlari sambil menggendongku. Aku hanya bisa memandang Mama yang berbaring diatas tempat yang nggak terlalu besar itu sambil menangis terisak-isak...

"Ma...m...a...." berharap Mama akan segera membuka mata dan memeluknya.

"Sabar ya non Ica...Mama non bakal sembuh kok" ucap Bi Asih mengelus pelan punggung tanganku. Tak lama setelah itu tiba-tiba Bi Asih menjadi panik mendengar bunyi 'tiiiiiiiiiiiii........' sambil memanggil suster dan dokter, Bi Asih terus teriak-teriak..aku pun ikut menjadi panik. Yah, sekarang aku tau itu alat pendeteksi jantung.

Flashback off

Disaat itu Leo sedang tidur, jadi ia nggak tau kejadian sebenarnya dan kecupan terakhir yang diberikan Mama untuknya diapun nggak tau itu. Mama dan Mikha yang meninggal karena kecelakaan. Dan kalian tau mengapa aku dan Papa sekarang jadi begini? Yupps akan aku jelasin

Jadi setelah kecelakaan itu, Aku merasa ini semua salah Papa, harusnya Papa nggak minta berkasnya dianter. Andai kalau berkas itu nggak dianter Mama pasti masih disini berkumpul bersama...keluarga yang hangat dan bahagia. Dan saat Mama meninggal aku tau Papa selalu menyibukan dirinya, entah masih peduli akan keluarganya atau nggak. Dan disinilah aku. Disini....

Ketukan pintu membuyarkan lamunaku, tapi aku tetap nggak ngejawab orang itu, aku..hm... anggap aku sedang tidur now yeah...Im sleep now. Lagi-lagi memandang langit, menerawang apa Mama bahagia disana? Tiba-tiba air mataku jatuh dan semakin nggak tertahan. Kepalaku tiba-tiba semakin berat dan semua menggelap.


You and Me (SECRET)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang