Part 2

597 39 1
                                    

Flashback...

Perpustakaan sudah sangat sepi. Hanya tersisa satu dua orang yang tengah mengerjakan tugas dan dua orang petugas perpus. Ku hela nafas sebaik mungkin agar aku bisa merasakan kelegaan yang cukup membuat rasa lelahku sedikit menguap.

Setelah tubuhku relex, entah bagaimana awalnya, tiba-tiba saja mataku tertuju pada sosok yeoja yang sedang tertidur di ujung ruangan, lima batas bangku dari tempatku. Yeoja yang imut dan menggemaskan. Lihatlah, pipinya sangat chubby dan bibirnya berwarna merah muda mengkilap. Rambutnya warna kecoklatan dan diikat secara sembarang. Dia terlelap dengan pipi kanannya tertumpu pada kamus bahasa korea paling tebal di perpustakaan ini. yang aku tahu, kamus itu adalah kamus Korea terlengkap, tentu saja tebal.

Aku tak pernah puas memandang wajahnya, sampai-sampai aku berdoa agar tidak ada yang melihat wajahnya seperti itu, selain aku.

Satu jam kemudian, perpustakaan akan segera ditutup. Lee Sungmin, salah satu petugas malam ini, menghampiriku dan menepuk bahuku, "Waktu belajar memandang seorang yeoja yang sedang tertidur telah habis..." ujarnya. Aku tahu dia menyindirku. Aku balas dengan kekehan.

Belum sempat membalas perkataan Lee Sungmin, mataku sudah jatuh pada petugas yang satunya, Kim Heechul. Dia berjalan mendekati yeoja yang sedang tertidur pula situ. Tanpa berpikir lagi, aku beranjak dan menarik tangan Heechul untuk kembali menjauh dari posisi yeoja itu.

"Hey! Apa-apaan si jenius ini, kenapa menarik tanganku, eoh?!" keluhnya. Kim Heechul ini memang biasa memanggilku 'si jenius' lantaran aku mendahuluinya lompat semester dan terlebih dulu skripsi daripada dia yang notabene senior dua tingkat diatasku.

"Ehn... bisakah kalian tidak mengganggu yeoja itu? Apa kalian tidak bisa melihat betapa lelapnya dia?" tanyaku.

"Pabo! Kau ini jenius, tapi bodoh! Jadi kau lebih memilih membiarkannya tidur disini sampai besok pagi, begitu?" kesal Heechul.

"Hei, Kim Heechul, bisakah kau tenang sedikit saja?" protes Sungmin yang sedang mengatur buku di rak buku yang ada di dekat kami bicara. Dan Heechul ini hanya bisa mendengus.

"Bukan begitu maksudku, sunbae-nim..."

"Aku bukan Sunbae-mu!" cetusnya. Tuh kan, dia pasti merasa sangat tidak suka denganku karena berhasil mendahuluinya. Cih!

"Oh, baiklah. siapa pun kau, aku mohon, biarkan aku yang mengawasi yeoja itu. Mungkin sebentar lagi dia akan bangun." Kataku, masih berusaha merayu.

"Tapi kami harus segera pulang!" Heechul tak mau menglah rupanya. Baiklah...

"Oke, kalau begitu, bisakah kau tinggalkan aku disini? Kau bisa mempercayaiku. Aku akan mengunci perpus ini saat aku sudah menyelesaikan tugasku. Satu halaman lagi, bagaimana?" tawarku.

Kulihat mata Heechul melirikku, ah bukan, lebih tepatnya dia sedang menerawang kedua mataku. Apa dia sedang meragukanku?

"Kau..." bisiknya sambil menunjuk wajahku dengan telunjuk kanannya. "Yeoja itu..." kini dia menunjuk yeoja yang masih terlelap, "YAK! Kau jangan..." suaranya semakin tinggi sehingga terpaksa aku membekapnya dengan telapak tanganku. Syukur saja yeoja itu tidak terbangun.

"Tidak! Aku tidak merencanakan hal bodoh yang kau pikirkan sunbae!" tukasku, lalu kulepas bungkaman tanganku di mulutnya.

"Sudah kukatakan, Don't tell I'am by that word!" ucapnya yang berhasil membuat perutku geli.

"Don't tell me hyeong, bukan Don't tell I'm!" aku mengoreksi kesalahan grammer englishnya. Padahal aku sudah parah di English, ternyata ada juga yang lebih parah.

THAT MANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang