Catatan Penulis: Sori update-nya lama, ehehe. Masalah teknis. Oke, di bab ini aku mau mulai berbicara teknis. Tapi santai, penjelasan-penjelasannya tetap kucantumkan seringkas mungkin. Jika masih ada yang belum dipahami, aku akan menjelaskannya di bab berikutnya.
Untuk yang kemarin bertanya, rambahan itu maksudnya satu kali giliran menembakkan sejumlah anak panah sebelum pemanah itu berhenti sebentar untuk mencabut lagi anak-anak panahnya. Buku ini diformat sesuai dengan format tanding babak final untuk Archery World Cup Stages kategori Compound Men, yang berarti ada 5 rambahan, dan tiap rambahannya, seorang atlet menembakkan 3 anak panah.
Jadi cerita ini akan terdiri dari 5 part, dengan tiap part terdiri dari 3 bab.
Tambahan info 09 Dec 15, aku menambahkan mulmed video venue kualifikasi di Shanghai. Semoga membantu membayangkan tempat tandingnya =)
Oke, aku juga akan segera mulai rilis Archery Tidbits untuk cerita ini. Sekalian mempromosikan panahan, hehehe. Maaf membuat lama menunggu, dan selamat menikmati!
***
KEDUA perwakilan tim kesiangan itu akhirnya berpisah saat mereka mendekati gerbang masuk venue.
"We'll see you on the shooting line!" sapa Cory bersahabat sambil melambaikan tangan. Abi membalas salam perpisahannya dan bergerak menuju timnya—seragam merah-putih mereka agak sulit dibedakan dari seragam tim Spanyol, tetapi perbedaan coraknya cukup jelas, dan loreng hitam di baju tim Spanyol cukup membantu mencegah Abi dari harus tersesat dulu.
Itu juga mengesampingkan warna kulit pemakainya.
"Oi," sapa Abi ringan pada timnya, sementara Bambang bernapas berat. Pak Karno, pelatih mereka, tidak tampak terlalu senang.
"Kalian telat sepuluh menit," katanya dengan alis berkerut. "Ada yang mau menjelaskan?"
"Kunci kamar kami tadi ketinggalan, Pak," kata Bambang pelan. "Jadi Abi harus lari ngambil dulu. Maaf."
Pelatih mereka memperhatikan kedua remaja di depannya dengan galak sebelum menghela napas.
"Yaudah. Jangan gitu lagi. Untung ini masih practice day. Awas kalian kalau sampai terulang. Abi, kamu daftar ulang sama cek peralatan dulu di registrasi. Bambang, kamu bantu saya sebentar."
Kedua pemuda mengangguk dan melambaikan perpisahan mereka—Bambang mengikuti Pak Karno, sementara Abi membongkar bowcase-nya.
Dengan hati-hati, Abi mengeluarkan busurnya—sebuah busur compound, busur dengan katrol mekanis di setiap ujung lengannya, berwarna biru lembut. Abi membuka salah satu kantong lain di tas busurnya dan mengeluarkan sebuah batang serat karbon berlapis laminasi lembut sepanjang nyaris satu meter—long stabilizer-nya. Stabilizer ini diletakkan di depan busur dan memberi busur beban tambahan, sehingga busur akan lebih stabil saat diarahkan dan terasa lebih ringan saat ditarik. Di samping itu, untuk busur Abi, long stabilizer adalah kaki depannya saat diletakkan di tanah—kedua kakinya yang lain adalah kickstand yang dijepitkan di lengan bawah busurnya.
"Kalian udah pada cek peralatan?" tanya Abi. Umumnya, dalam turnamen panahan besar, kontingen dari tiap pihak yang ikut serta mengirimkan banyak anggota agar bisa bertanding di berbagai kategori. Kontingen Indonesia bukan pengecualian. Untuk Archery World Tournament, ada empat kategori dan jumlah atlet tiap negara untuk tiap kategori dibatasi maksimal empat. Tim Indonesia kali ini tersusun atas sepuluh atlet, satu manager, dan satu kacung. Abi tahu Bambang tidak suka dipanggil kacung, tapi jika bicara murni teknis, anak itu memang kurang-lebih berperan sebagai kacung tim ini. Abi suka terkekeh sendiri tiap teringat itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Release
Teen FictionSetelah berlatih kilat selama setahun, Abimanyu akhirnya mendapatkan kesempatan untuk bertanding dalam ajang Archery World Tournament: praktis, turnamen internasional paling bergengsi dalam dunia panahan. Dan dia tiba di sana sebelum usianya bahkan...