"BI, mau practice berapa rambahan lagi?"
"Nggak yakin," kata Abi sebelum menenggak air minumnya sekilas dan mengusap mulutnya. "Mungkin dua rambahan lagi."
"Lo bilang gitu tiga rambahan lalu, Bi. Dan itu abis lo latian berapa, enam rambahan berturut-turut?"
"Tembakan gue lagi berantakan, Bam. Gue mau nyari feel-nya dulu."
Bambang mengernyit. "Emang kemaren lo belom dapet feel-nya?"
"Udah sempet. Makanya gue bingung kenapa gue berantakan banget hari ini."
"Santai, sih. Udah tau mental lagi drop gini malah lu paksain."
Abi mengerang. "Yang latian gue, oke? Santai aja."
"Padi udah mulai nanyain, tuh. Kak Andi juga. Jangan kecapean dulu, Bi. Ini belom hari tanding. Dan lo bahkan belom sarapan."
Persis saat itu juga, bel berbunyi tiga kali dan perut Abi berkeruyuk ria. Abi menghela napas. "Kampret lo. Gue udah bisa lupa, njir."
"Istirahat dulu, Bi. Lagi pula, mumpung Kak Andi nanyain, tuh. Kesempatan begini masa lo buang?"
Abi memutar bola mata begitu Bambang menyebut soal Andi. "Jadwal latihan sesi pertama ini tiga jam, Bam. Gue ga mau nyia-nyiain waktu."
Dia tidak berbohong—begitu para pemanah kembali dari mencabut anak panah mereka, Abi segera mengambil busurnya dan melambai singkat pada Bambang, disusul mengambil posisi menembak yang ditinggalkan oleh seorang atlet dari Meksiko. Target 4C—targetface kanan bawah di bantalan 4. Menembak di targetface bawah memang terkadang agak menyebalkan, tetapi Abi tidak berniat membiarkan satu tahun latihannya menjadi sia-sia.
Abi menghela napas. Bambang ada benarnya. Berkat pemanasan dan intensitas latihannya, otot Abi tidak terlalu pegal; tapi Abi bisa merasakan benih-benih perih di punggung atas dan pundaknya. Beban tarikan busur bisa mencapai puluhan kilogram, biasanya antara dua puluh hingga dua puluh lima untuk kategori compound putra, dan seorang atlet panahan harus menarik beban seberat itu berkali-kali sejumlah anak panah yang ditembakkannya. Karena inilah seorang pemanah tidak menarik busurnya dengan otot lengan, tetapi dengan kompleks otot di punggung atas, dada atas, dan pundak yang sering disebut archer's muscles. Otot-otot ini bukan jenis otot yang kita latih secara khusus di hidup kita sehari-hari, jadi seperti seorang pemanah yang belum tentu kuat mengangkat barbel, seorang binaragawan juga belum tentu kuat menarik sebuah busur panah.
Dan Abi menarik beban tarikan ini sebanyak sembilan rambahan latihannya sedari tadi; karena setiap rambahan berisi enam anak panah, berarti Abi total menarik beban itu sebanyak lima puluh empat kali—dan tarikan kali ini membuat angka itu naik jadi lima puluh lima. Itu bukan angka yang terlalu bersahabat untuk ronde latihan, bahkan bagi orang yang sudah terlatih sekalipun. Kebanyakan pemanah pro berhenti latihan setelah beberapa rambahan saja hanya untuk memastikan teknik mereka konsisten, memastikan posisi fisir mereka, atau mungkin sekadar membuat lawan mereka gentar.
Jika begitu caranya, berarti Abi adalah kasus unik.
Klik.
SET!
Anak panah Abi mendarat di ring 10, tetapi seperti semua pemanah di garis tembak, Abi tahu bahwa itu belum banyak berarti. Setiap anak panah adalah sebuah awal baru, dan seperti setiap awal lainnya, dia bisa berhasil dan bisa gagal pada akhirnya nanti.
Abi tidak mau gagal.
Klik.
SET!
10 lagi. Abi masih belum puas dan memasang anak panah berikutnya. Dia baru sadar bahwa garis tembak tidak seramai tadi lagi, dan kebanyakan atlet yang sekarang berlatih serambahan dengannya adalah atlet-atlet yang berbeda dengan yang tadi berlatih dengannya sebelum dia rehat satu rambahan untuk minum. Atlet-atlet tadi menghemat tenaga mereka untuk kualifikasi besok.
KAMU SEDANG MEMBACA
Release
Teen FictionSetelah berlatih kilat selama setahun, Abimanyu akhirnya mendapatkan kesempatan untuk bertanding dalam ajang Archery World Tournament: praktis, turnamen internasional paling bergengsi dalam dunia panahan. Dan dia tiba di sana sebelum usianya bahkan...