Kapten Armada Bersabda

49 1 1
                                    

Jendela mungil di pojok sana menganga
Beri lintas peri paru berhijrah
Melandas ia di perahu telaga mimpi
Peraduan letihnya kondaktur hidup berinti memori
Di samping seorang pembantai batang putih hitam
Yang terbujur lemah merutuki diri
Tak henti bertanya
Mengapa bisa begini

Mulanya, kanan berkuasa
Imajinasi disemai berbuah tautan kreasi
Sekelebat sastra diacak temukan syair berarti
Sebatang kayu dipulas mencuat seabstrak seni
Lilin warna digerus hilang mono jadi harmoni
Pipa berlubang diembus kunci nada bernyanyi

Apa daya, semua berganti
Itu hanya mulanya
Awal, pembuka
Itu hanya mulanya

Kini, kiri berjaya
Logika berlari menangkap intuisi
Kata-kata tak ubahnya seberkas misteri
Seujung pena menjumpa variabel menanti
Mistar berotasi menerka yang tak terdefinisi
Adu cepat pembabat tandas gumpalan hipotesis abadi

Ini bukan dia, bagaimanapun
Sama sekali bukan
Jati dirinya dengan senang hati ditutupi
Jubah kontras bertolak arah

Sampai akhirnya kapten armada menariknya
Membangunkannya dari sempit mimpinya
Berceloteh penuh wibawa
Kamu berbeda, dan kamu istimewa


Subang, 15 November 2013



LondonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang