part7

144 4 0
                                    

***

Aku bersama teman-temanku telah selesai makan, dan kami segera pergi ke tempat tujuan awal kami, pantai pink.

Ricard menyematkan jarinya di jariku menggenggam erat tanganku. Aku dan Ricard berjalan paling depan sedangkan Arkin, Bogdan, dan Devian dibelakangku. Tak lama Devian berjalan disampingku dan menatapku dengan tatapan yang aku tak tau tatapan apa itu, aku yang melihatnya pun segera mengalihkan pandanganku.

"Ricard, kau yang menyetirkan? Aku ingin duduk di depan" pintaku

"Baiklah, aku yang akan menyetir. Apapun yang kau minta sayang"

"Hmm....so sweet" Devian menyenggol tanganku dan segera masuk ke mobil

"Anak itu kenapa sih, seperti ada sesuatu" Bogdan angkat bicara

"Sudahlah, biarkan saja. Sebaiknya kita segera berangkat agar bisa melihat senja di pantai cantik itu" kataku membayangkan keberadaan kami nanti sesampainya di sana

Sudah satu jam kami diperjalanan. Jarak dari hotel ke pantai memang lumayan jauh, tapi itu tidak menjadi masalah buat kami. Tak lama kemudian pun kami telah sampai di pantai. Memang benar apa yang orang bilang mengenai pantai ini.

Pantai cantik bersih dan pasirnya memantulkan warna seperti warna pink. Sungguh indah pemandangan di waktu sore ini. Menikmati sunset bersama orang yang selalu ada untukku, Ricard. Ya Ricard yang selalu bersamaku selalu menemaniku selalu menyayangiku sepenuh hati. Dia orang yang penting untukku saat ini.

Tetapi pikiran dan hatiku tidak pernah mau berkompromi selama aku berada di sini. Pikiranku selalu memikirkan orang itu, orang yang selalu membuatku tak karuan belakangan ini.

Nama dan wajah Devian seolah-olah selalu menari terus-menerus dalam otakku. Padahal sebenarnya aku menyayangi Ricard. Ricard yang selalu bersamaku. Tapi kenapa selalu Devian yang ada di pikiranku, kenapa Devian yang selalu membuatku tak karuan?

Saat aku sibuk dengan pikiranku, aku melihat disampingku tak ada siapapun. Padahal Ricard tadi duduk disampingku. Aku melihat sekelilingku tak kutemukan wajah dari Arkin, Bogdan, Devian, maupun Ricard.

Aku berdiri melihat sunset ditepi hamparan laut yang indah sendirian. Menyaksikan betapa indahnya ciptaan tuhan.

Aku merentangkan tanganku menghirup udara yang ada di pantai ini. Menikmati angin yang berhembus kencang seiring terbenamnya matahari. Tiba-tiba aku merasa ada tangan yang memeluk tubuhku, erat sangat erat.

"Apa kamu suka tempat ini?"

"Ya aku sangat menyukainya Ricard. Di Indonesia memang sangat indah"

"Hey nona, lihatlah, siapa yang memelukmu, tatap aku Jade"

Mendengar pernyataannya aku langsung melepaskan pelukannya, dan segera berbalik badan untuk melihat siapa yang memelukku.

"Ya tuhannnn. Apa yang kau lakukan Dev?!"

"Aku hanya ingin menemani kesepianmu Jade"

"Mana Ricard?"

"Bisakah kau menghargai adanya aku disini? Ricard pergi, ada urusan penting yang kebetulan rekan kerjanya berada di daerah ini. Dia tadi sudah meminta izin padamu, tapi kau sibuk dengan khayalan-khayalanmu. Jadi dia menyuruhku untuk menemanimu disini" Devian menjelaskan padaku

"Aku bisa sendiri! Aku tidak butuh kau, pergilah Dev" aku mengalihkan pandanganku ke laut

"Tidak! Aku tidak akan meninggalkanmu sendiri disini"

"Aku ingin sendiri"

"Lebih baik kita duduk di cafe tempat Ricard bertemu dengan rekan kerjanya"

"Baiklah"

Aku mengikuti Devian dibelakang, Devian sesekali menoleh kebelakang melihatku. Tiba-tiba dia berhenti, dan tak sengaja tubuhku menabrak punggungnya yang keras itu

"Jalan itu hati-hati Jade"

"Maaf aku tidak sengaja"

Devian tak menanggapi ucapanku, dia malah langsung menggenggam tanganku dan membawaku ke sebuah cafe tempat dimana Ricard bertemu dengan rekan kerjanya.

Ya Tuhan dadaku tiba-tiba sesak pikiranku ntah kemana jantungku berdebar dengan kencang. Aku melihat Ricard berpegangan tangan dengan rekan kerjanya yang aku tak tau itu siapa.

Dekat, Ya sangat dekat sekali. Sangat mesra, apa aku cemburu? Benarkah aku cemburu pada teman dekatku itu?

Aku menghilangkan pikiranku itu, mencoba untuk tetap santai dan terlihat biasa-biasa saja

"Apa yang kau pikirkan Jade?"

"Tidak ada, aku ingin pulang ke hotel saja"

"Apa kau cemburu melihat Ricard bersama wanita cantik itu"

"Tidak, aku tidak peduli dengan dirinya dan wanita itu" aku mencoba untuk menjawab dengan tenang walaupun hatiku serasa sesak

"Jangan membohongiku Ms. Alexis aku sangat tau kau, walaupun kita belum kenal lama. Kau pasti cemburu kan? Tenanglah aku akan selalu ada disampingmu kapanpun kau mau" Devian tersenyum kepadaku dan semakin erat menggenggam tanganku

Ya tuhan mengapa dia selalu tau yang aku pikirkan? Mengapa dia sangat tahu tentangku? Matanya, bibirnya,senyumnya,hidungnya, rambutnya yang ikal, ya tuhan dia begitu tampann

"Hey! Apa yang kau pikirkan? Jangan berpikir macam-macam tentangku Jade" Devian cekikikan melihat wajahku yang merah

Betapa malunya aku dilihat Devian seperti itu, aku terlalu terpana dengan ketampanannya.
"E...ee.. tidak ada, ayo kita kembali ke hotel"

"Temani aku makan malam, setelah itu kita kembali"

"Baiklah"

Kami makan dalam diam, hening hanya suara ombak pantai dan alunan musik santai yang menemani

Aku melirik ke arah meja Ricard, dia tampak bahagia sekali bersama wanita itu, sangat mesra sekali

Devian yang menyadari bahwa aku tampak sedih melihat Ricard pun segera mengajakku kembali ke hotel

"Ayolah Jade, sampai kapan kau terus memandangi mereka, lebih baik kita ke hotel"

"Bogdan dan Arkin bagaimana?"

"Mereka itu bukan anak kecil, mereka bisa pulang sendiri"

Devian segera jalan kearah parkiran mobil, aku bergegas mengikuti Devian yang sama sekali tidak memperdulikanku saat itu

Kami tidak banyak bicara dalam perjalanan. Karna hanya ada keheningan aku memejamkan mata berusaha agar bisa tidur.

Saat aku terbangun, aku melihat di sekelilingku dan ternyata aku sudah berada dalam kamarku. Aku melihat pakaianku sudah terganti, dan seingatku semalam aku bersama Devian. Ya tuhan apa yang sudah Devian perbuat terhadapku

Unforgotten StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang