part8

118 3 0
                                    

Aku segera keluar kamar, aku pergi ke kamar Devian dengan menggunakan piyama ntah siapa yang memakaikannya kepada ku

"Devvv... Deviannnnnnn keluarrrr!!"

"Hai good morning Jade yang cantik"

"Jangan merayu ku Dev!!"

"Oh my god Jade! Kau sangat cantik jika marah seperti itu"

"Deviannnnn!!"

"Sudah-sudah masuklah ke kamarku, apa kau tidak malu dilihat orang?" Siall dia terus-terusan mengejekku

Aku duduk dikursi dalam kamarnya dengan wajah yang menurutku garangg "Dev! Jelaskan kepadaku apa yang kau lakukan terhadapku semalam? Seingatku aku tidak memakai piyama ini saat terakhir aku sadar dimobil. Jangan bilang kalau kau yang mengganti pakaianku?"

"Tentu saja aku, siapa lagi yang sedang bersamamu?"

"Ya tuhannnn Deviannnn!! Aku akan bilang ini ke Ricard!!!"

"Aku tidak peduli! Tubuh kau sangat indah Jade, sayang kan jika aku biarkan?" Dia mengedipkan sebelah matanya dan itu membuat darahku naik sangat tinggi

Aku duduk terdiam tak bisa berkata apa-apa, aku tidak percaya bahwa Devian akan melakukan ini padaku

Biarpun aku lama tinggal di Eropa tapi aku tidak ikut pergaulan bebas, aku sangat sibuk mengurus perusahaanku disana dan sangat menjaga kesucianku

Dan sekarang lenyap begitu saja. Dan itu dilakukan sama orang yang baru saja aku kenal

Tak terasa air mengalir dari kedua pelupuk mataku. Aku menelungkupkan tanganku ke wajah. Aku tidak percaya dengan semua ini.

Ini sangat membuatku benar-benar hancur, hampa, dan rasa putus asa. Aku tidak bisa menjaga kesucianku untuk suamiku nanti

Devian yang melihatku menangis tersedu-sedu pun menghampiriku dan duduk disampingku. Menggenggam tanganku. Memang aku akui aku sedikit tenang tapi aku benci pada Devian aku sangat membencinya

Aku melepaskan tangannya dari tanganku dan segera keluar dari kamar itu. Aku berlari masuk ke kamar. Menangis sekuat-kuatnya tak peduli siapapun yang mendengarnya

Tak tau akan kehadiran Devian dan seorang pelayan wanita yang melihatku seperti orang yang benar-benar depresi.

Dia mendekat dan mencoba memegang tanganku untuk sedikit menenangkanku.

"Dengar penjelasanku Jade, kau masih suci, aku tidak pernah berniat jahat kepadamu. Aku meminta pelayan ini untuk menggantikan pakaianmu, jika kau masih tidak percaya kita ke dokter biar dokter yang menjelaskan apa kau masih suci atau tidak" Devian menjelaskan panjang lebar dan tak sedikit pun terlihat kebohongan dimatanya.

"Baiklah kita pergi ke rumkit, tapi aku yang menentukan tempatnya"
"dan kau, terima kasih sudah membantuku,kau boleh keluar sekarang" aku berterima kasih kepeda pelayan itu

"Baik Ms, permisi"

Sekarang pelayan itu sudah tidak ada dikamarku dan hanya kami berdua, sungguh ini sangat memacu jantungku Tuhan

"Diamana pun Jade aku siap"

"Pergilah Dev, aku ingin mandi dan setelah aku mandi kau sudah harus siap di depan kamarku"

-
Setelah aku selesai siap-siap aku berniat untuk ke kamar Devian saat aku membuka pintu Devian sudah berada di depan kamarku dengan baju kerah polos merah lengan pendek, celana jeans pendek dan flat shoes merah senada dengan baju yang dikenakannya

Dia begitu tampan, sangat tampan, aku tak bisa berkata apa-apa lagi selain mengaguminya dalam hati

"Sudah puas mengagumiku? Sebaiknya kita cepat"

"Gilak ni cowok pede banget!"

"Ayolah Jade kita harus cepat, aku sudah menunggumu setengah jam disini"

"Yayaya baiklah"

Kami selalu diam jika berdua didalam mobil. Dan tak lama kami diperjalanan sampailah di rumkit.

Saat aku diperiksa aku sangat merasa takut. Dan 5menit kami menunggu dokter memanggil kami dan dia memberitahukan hasilnya

"Gimana dok?" Tanyaku penasaran

"Selamat anda masih suci, tidak ada masalah Ms. Alexis"

"Terima kasih ya dok," Devian berjabat tangan dengan dokter itu dan segera mengajakku kembali

Dalam perjalanan kami masih diam, tak ada satupun yang bersuara. Dan akhirnya aku yang angkat bicara

"Dev"

"Hmm"

"Maafkan aku"

"Iya"

"Kau marah?"

"Tidak, aku hanya ingin fokus dijalan"

"Oh iya maaf"

"It's oke Jade, wajar jika kau menuduhku yang tidak-tidak"

"Hmmm"

Kami kembali diam dan tak terasa sudah sampai di hotel. Devian turun lebih dulu. Dia terlihat aneh pagi ini. Tidak biasanya dia seperti ini

Setibanya aku di kamar aku melihat sosok laki-laki yang tak asing lagi bagiku. Yaa dia Ricard, orang yang membiarkanku sendirian sore itu.

"Hey sudah pulang? Aku ingin bicara Jade"

"Apalagi yang ingin kau bicarakan? Mau bilang jika kau punya pacar baru? Yayaya aku sudah melihatnya kau tidak perlu memberitauku" jawabku ketus

"Tidak Jade, aku ingin minta maaf karna sore itu aku meninggalkanmu. Sungguh aku tidak berniat seperti itu, tapi aku sudah mencoba bicara denganmu dan kau tidak mendengarku. Jadi aku langsung pergi karna ada temanku di cafe itu, saat aku bertemu Devian aku memintanya untuk menemanimu agar kamu tidak kesepian, maafkan aku Jade" Ricard memohon padaku, tapi aku mencoba untuk tidak peduli padanya

"Terserahlah, itu urusanmu aku tidak marah padamu dan masalah yang itu sudahlah lupakan. Hanya itu kan yang ingin dibicarakan? Kalau sudah silakan keluar, aku ingin istirahat hari ini"

"Ya Jade aku akan keluar, jika perlu apapun pergilah ke kamarku"

"Hmm"

Aku langsung menutup pintu dan menghempaskan tubuhku di kasur. Sungguh baru 3 hari berada disini sudah membuatku tak karuan seperti ini.

Tak terasa hari sudah gelap. Aku tidur dalam kelegapan tak ada cahaya apapun selain cahaya bulan yang terpancar dari langit-langit transparan dikamarku. Bukan karna mati lampu atau tak ada listrik, tapi aku ingin menenangkan diriku dalam kegelapan malam ini

Unforgotten StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang