#2

13 0 0
                                    

Ruth langsung memejamkan matanya, dan tidak terasa apapun.
Saat membuka kelopak matanya, Ruth langsung memukul-mukul badan kean dengan tasnya.
"Ampun manis, aku tidak bermaksud membuat kamu marah dan salting seperti ini hahaaha" ucap Kean sambil berusaha menetralkan ekspresi dan nada suaranya agar bisa kembali normal.
"Bodo.. asal lo tahu ya, gw gak salting tapi kesel sama lo, mending gw berangkat ngantor sendiri" ucap Ruth sambil berjalan menjauh.
Baru beberapa langkah Ruth berjalan, Kean langsung bersuara
"Yakin mau berangkat sendiri? Ini udah jam 06.30 dan aku pastikan kamu akan tiba terlambat dikantor dengan bau badan yang udah gak jelas baunya, dikarenakan asap dari polusi, abis itu kamu harus lari-larian biar tidak dimarahi oleh atasanmu" kata Kean sambil berpura-pura melihat jam tangan rolex di tangan kanannya.
Seketika Ruth langsung berbalik badan serta berjalan cepat ke arah Kean dan mendorong pria itu agar cepat masuk ke dalam mobilnya.
"Duh, an bisa gak sih lebih ngebut dikit? Dua puluh menit lagi, gw udah mesti tiba ada di kantor" ucap Ruth sambil memandang kearah Kean
"An an an aja kamu, manggil yang bagusan dikit dong. Tenang aja aku pastikan kita sampai dalam waktu lima belas menit lagi" jawab Kean santai.
Ruth mencibir dan memanyunkan bibirnya, 'situ sih enak yang punya perusahaan, bisa seenak jidat masuk kantor jam berapa aja' gerutu Ruth dalam hati.
"tak perlu memanyunkan bibir seperti itu manis, kalau ingin meminta sebuah ciuman dariku"
"Diem lo, ampe berani lo nyium gw, gw buat 'adek' lo gak bisa berfungi" ancam Rutj sambil mengacungkan kepalan tangan mungilnya dihadapan Kean.
"Uhh ohh, takut" cibir Kean
Tak terasa sepuluh menit kemudian- lebih cepat dari pekiraan Kean sebelumnya- Ruth sudah tiba di kantornya.
Kini diatas meja dihadapannya, sudah terdapat bertumpuk-tumpuk kertas yang harus dikerjakannya.

'Semangat kerja Ruth, lo pasti bisa melewati satu hari ini'
Saking semangatnya kerja tak terasa jam sudah menunjukkan angka 13.00 wib untuk makan siang dan tumpukan kertas dimejanya sudah berkurang banyak.
"Ruth, lunch bareng aku yuk?" Kata Agio, atasan dan temannya dikantor.
Michael Agio Kirch, pria berparas tampan dan mempesona yang memiliki tinggi kira-kira 180 cm- sangat tinggi bila dibandingkan dengan Ruth-, berkulit putih serta kedua lesung pipit yang akan terlihat saat tersenyum.
"Tunggu, lima menit lagi ya gi, kerjaanku nanggung banget ini" ucap Ruth tanpa mengalihkan pandangannya dari kertas

5 menit setelahnya
"Loh gio? Kamu ternyata dari tadi nungguin aku disini? Kirain nunggu aku di lobby" ucap Ruth kaget karena melihat Agio masih berdiri di depan mejanya.
"Gpp, sekalian mandangin wajah kamu yang nambah 100% cantiknya, kalo lagi serius" goda Agio sambil mengedipkan sebelah matanya.
"Jangan godain aku mulu deh gi, nanti aku dilabrak dan diteror lagi sama fans kamu" ucap Ruth sambil bangkit berdiri mengambil tasnya lalu menghampiri Gio- panggilan khusus Ruth untuk Agio.
"Gpp, berarti biar gak ada yang godain aku, kan orang-orang taunya kamu pacar aku" kata Agio sambil merangkul pinggang ramping Ruth untuk berjalan ke basement, tempat dimana mobilnya diparkir.
Sesampainya di rumah makan, mereka memilih tempat duduk yang berada di pojok ruangan dan menghadap ke jendela.
"Kamu mau makan apa, Gi?" Kata Ruth sambil melihat ke menu makanan.
"Aku ikutin kamu aja ruth" kata Agio sambil men-scroll smartphonenya untuk melihat berita hari ini.
Setelah memesan makanan Ruth memukul pundak Agio yang terlihat sangat serius dan lupa keadaan.
"Kita disini mau makan ya Gi, kalo kamu udah kenyang gara-gara baca berita, mending tadi aku makan sama Vera aja" gerutu Ruth sambil melipat tangan di dada.
"Iya.. iya aku minta maaf. Gimana kerjaan kamu?" Ucap Gio sambil memasang muka bersalah.
"Kamu kalo ngasih kerjaan kira-kira dong Gi, masa udah dapet kerjaan segunung lagi, yang kemaren aja belom slesai" sembur Ruth yang tiba-tiba teringat keluhannya tadi pagi.
"Hahhhahaha... puas ngeluarin uneg-unegnya?? Duduk gih, kamu diliatin, gak masalah sih, cuma mereka apalagi semua pria disini liatnya kayak mau makan kamu" kata Gio santai sambil mengedarkan pandangannya.
Ruth mengikuti Gio memandang sekeliling dan duduk sambil menundukkan wajahnya yang memerah malu, karena tanpa sadar sudah berdiri.
"Hey, ruth, kamu kenapa? Udah biasa aja, lupain mereka semua" kata Gio lembut dan menggenggam tangan Ruth dengan kuat, seakan mengalirkan kehangatan.
Ruth hanya mendongak dan memberikan senyuman tipis atau tepatnya meringis.
Tak lama pesanan mereka datang, saat sedang menikmati makan siang, tiba-tiba ada wanita yang meneriakkan nama Agio dan langsung berhambur memeluknya
"MICHAEELLLL"
Ruth terpaku seketika dan menatap mereka dengan pandangan yang tak terbaca

*
Chapter ini finishhh !!
Huhh, siapa ya wanita itu? Dan bagaimana perasaan Rianti yang sesungguhnya??
Ruth-Kean? Atau Ruth-Agio?
Ditunggu supportnya, kawan :D ({})

Smile When You SadTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang