Bab 1

67 5 0
                                    

"Eh ada PR Matik ya?" tanya Tara polos.
"Eh lo kesambet apaan coba, ini nih PR dari Pak Rewan," sahut Ginanda Pradana Chandra atau Gina sambil mengerjakan PR.
Dengan cepat Tara mengambil buku PR Matematika dan menyalin milik Gina.
"Ra, tumben banget dah lo kagak buat PR apalagi dari Pak Rewan ckck,"kata Gina heran.
"Duh nanti gue cerita deh mendingan lo benerin tu buat PR-nya," sahut Tara sambil menyalin dengan cepat.

Teetttt

"YAAMZYONG! Gimana nihh, gue belom selesai, pelajaran pertama pula," ucap Tara sambil membereskan buku-bukunya yang berantakan.
Tak lama kemudian, sang ketua kelas dengan toa-nya yang berniat memberikan pengumuman.
"WOY SEMUA, PAK REWAN GAK MASUK. JADI SEKARANG LO LO PADA BEBAS MAU NGAPAIN!" seru Warda, sang ketua kelas.
"WOHOO, YOK SEMUA KANTIN. GUE TRAKTIR DAH. MERAYAKAN PAK REWAN GAK MASUK," seru Gery yang dikenal suka mentraktir teman-temannya.                      Semua penghuni kelas pun berhamburan keluar kelas.
Suasana kantin menjadi kacau ketika kelas 9B menghuni kantin disekolah. Kantin yang awalnya berisi anak-anak yang sekedar sarapan dan sunyi kini menjadi rusuh dan berantakan. Air minum tumpah, mangkok bakso pecah, jejak kaki yang meluas, dan masih banyak lagi.
Tara yang melihatnya hanya geleng-geleng kepala. Hal ini yang tidak akan dapat dilupakan oleh Tara ketika lulus dari jenjang SMP. Tara pun ikut berbaur dengan yang lain. Dalam satu meja yang terletak paling pinggir dan paling pojok merupakan tempat yang pas untuk pergi dari kebosanan. Dera, Sista, Misya, dan Gina bergabung dalam satu meja dengan Tara.
"Eh kalian mesen apa?" Tanya Dera.
"Gue es jeruk sama batagor deh," sahut Sista.
"Gue samain aja deh," sahut mereka bertiga.
"Sip, jagain tempat duduk gue," pinta Dera.
Berselang beberapa menit, pesanan mereka pun datang dan mereka langsung menyantap batagor serta tak lupa dibubuhi oleh sambal yang terkenal pedas disekolah yaitu sambal Mak Perti.
"Duh pedes banget gila, tapi enak ahaha," kata Tara sambil mengibas-ngibaskan tangannya di depan wajahnya.
"Jelaslah lo ngambil sambelnya 5 sendok, gimanain gak pedes," sahut Misya.
"Duh gila untung banget Pak Rewan gak masuk, jadi PR nya gak diperiksa. Indahnya dunia," gurau Gina.

——————————————

      Begitulah keseharian Tara disekolah. Waktu pun terasa cepat berjalan bagi Tara. Lantaran seminggu lagi ia akan menghadapi Ujian Nasional.
"Eh gak nyangka deh, cepet banget udah mau UN aja gila," seru Misya.
"Jelaslah. Lo tinggal di goa mana? Sampe baru nyadar kalo waktu berjalan cepat," sahut Tara sambil menyuapkan potongan donat terakhir ke mulutnya. Yap, mereka kini sedang berada disalah satu kedai yang terkenal ramai. Mereka memang selalu berkumpul alias nongkrong Di kedai tersebut. Hanya untuk sekedar melepas lapar maupun bercanda ria.

——————————————

      Seiring berjalannya waktu, Ujian Nasional sudah dilaksanakan dengan baik oleh Tara. Ia belajar satu bulan sebelum UN. Jadi, ia tak perlu khawatir dengan soal-soal UN. Kini tibalah saat ia menunggu hasil Ujian Nasional di sekolah. Dengan gugup ia berjalan menuju aula untuk mendengarkan nilai-nilai murid yang tertinggi.
"Baiklah, saya akan membacakan peringkat ke-3 nilai Ujian Tertinggi diraih oleh, Ferdando Revland Vistonegara. Peringkat ke-2 adalah Kanari Tarasya Asvana. Peringkat pertama ialah Citra Vedrista Prasta. Silahkan bagi yang disebutkan namanya maju ke depan," ucap Miss Vanya. Dengan rasa campur aduk, Tara maju ke depan dengan langkah yang cepat. Tara sedikit kecewa dengan hasil yang menempati peringkat kedua.Karena ia menginginkan berada pada peringkat pertama. Setelah penyerahan hadiah, semua murid diperbolehkan pulang tak terkecuali Tara dan teman-temannya. 
Dengan gontai ia memasuki halaman rumahnya yang terbilang cukup luas.
"Halo ma," sapa Tara malas.
"Eits kenapa ni anak Mama, lesu banget," celetuk Mama Tara, Isna.
"Lihat ni ma, aku dapet peringkat kedua UN," sahut Tara lesu.
"Loh loh bagus dong peringkat kedua. Kenapa malah lesu? Sini deh duduk sama Mama,"kata Isna sambil menuntun Tara menuju meja makan. "Gini ya, Mama bilangin, hidup kamu itu seperti bola, terkadang kamu akan menyentuh tanah dan terkadang kamu akan mencapai langit, kalau misalnya kamu maunya di langit terus, hidup kamu gak bakalan ada spesialnya," jelas Isna. Hal tersebut membuat Tara merasa tidak bersyukur dengan pemberian Tuhan. Ia merasa selalu ingin menjadi yang terbaik tanpa memperdulikan bersyukur atas yang diraihnya.
"Ohya kamu mau sekolah di SMA Hasmuna Graha?" tanya Isna
"Mau banget dong Ma, kapan ni aku bakalan daftar disana, Ma?" tanya Tara.
"Dua hari lagi ya, mama besok ada arisan, hehe" ucap Isna.

——————————————

      Setelah beberapa hari acara kelulusan Tara, kini ia sedang dalam masa MOS. Yap ia diterima di SMA Hasmuna Graha. Jangan bayangkan bagaimana keadaan Tara. Kaos kaki sebetis yang berbeda warna dengan kaki kanan berwarna pink dan kaki kiri berwarna hijau neon, rambut dikepang 10 dengan pita yang berwarna-warni, name tag yang berisi kan kalimat 'Saya rela mau diapain aja'. Huft kalimat tersebut merupakan suruhan dari ketua MOS yang memimpin kelompok Tara.
'Yaelah panas banget gila'
"Heh kamu yang pake kaos kaki pink sama hijau neon sini! Cepetan!" Suruh seorang senior yang bernama Rama yang dilihat dari name tag nya.
"Itu kamu ngapain malah melamun? Kamu gak dengerin saya didepan? Kamu kira saya iklan tv? Hah?!" Seru Rama yang membuat Tara bergidik.
"E..enggak Kak," sahut Tara ketakutan.
"Kamu ini lancang sekali menjawab pertanyaan saya," kata Rama.

Lah?! Tadi dia tanya kan? Sengklek.

      Tara pun diam seribu bahasa karena kegarangan seniornya yang satu ini. Wajahnya lumayanlah, gak jelek jelek amat. Tapi sifatnya, beuh bikin Tara ingin menjarit bibirnya.
"Sekarang kamu hitung jumlah daun yang jatuh dari pohon belimbing! Cepat!"
      Dengan cepat Tara memungut sambil menghitung jumlah daun yang berguguran.
Yaelah buat apa sih ngitung beginian? Emang mau dipake bayar hutang?
Tara pun menghitung daun belimbing sampai habis. Dan menyerahkannya kepada Rama.
"Ini Kak, jumlahnya 223 Kak," kata Tara.
"Sekarang lo buang daun itu di wajah orang yang duduk santai dibawah pohon yang dipojok," kata Rama.
"Loh kok dibuang kak?" tanya Tara.
"Lo mau gue tambahin hukuman?" ancam Rama.
"O..ke kak," jawab Tara.
Tara pun berjalan mendekati orang yang sedang santai mendengarkan lagu lewat earphone.
"Permisi.. um, sebelumnya saya minta maaf sebesar besarnya," ucap Tara yang membuat pemuda itu bingung. Tanpa aba-aba, Tara pun langsung menghamburkan daun yang sudah dikumpulkannya tadi. Pemuda tersebut pun langsung naik pitam.
"Heh! Lo apa apaan ni?! Lo ngapain lemparin gue pake daun hah?!" kesal pemuda itu.
"Eh..um m..aaf kak. Saya ngelakuin itu karna suruhan dari Kak Rama, maaf banget kak, maaf," jelas Tara.
"Oh lo siswa baru? Ohya kenalin gue Verdio Gerland Lendra, panggil aja Dio," ucap Dio sambil menyodorkan tangan kanannya. Tara pun menyambut jabatan tangan tersebut.
"Um... Kanari Tarasya Asvana panggil aja Tara Kak," ucap Tara.

SteepedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang