Bab 5

41 4 2
                                    


Pagi yang cerah seharusnya membawa hati yang tenang dan damai namun tidak bagi Tara. Ia merasakan perih pada bagian perutnya. Yailah isi kambuh lagi, kagak tau gue ulangan matik ya. Tara hanya bisa menahan rasa sakit pada bagian perutnya. Adik, ayah, dan ibunya sedang menjenguk kakek yang sedang operasi pada tulang bagian paha karena mengalami kecelakaan kemarin malam. Sedangkan kini ia sendirian tanpa ada pembantu. Sekolah nya besok aja deh, gue mau tidur.
Sebelum ia tertidur nyenyak ia merasakan perutnya terasa semakin perih dan sangat melilit. Ia benar benar tidak dapat menahan rasa perihnya. Ia hanya bisa pasrah antara hidup dan mati. Saat Tara ingin mengambil segelas air, semuanya menggelap dan terdengar suara pecahan kaca.

--------------

Dio POV

Setelah Dio sampai disekolah, Dio langsung menuju kelas Tara yang terbilang jauh dari kelasnya. Kelas Dio berada diseberang kelas Tara dan pastinya berbeda gedung. Dio yang baru ingin menghampiri Jey, tetapi Dio yang lebih awal dihampiri oleh Jey.
"Eh kak, tau gak kenapa Tara gak dateng? Telpon aku gak diangkat sama dia," cemas Jey.
"Lah? Gue kesini mau nanya sama lo Tara udah dateng atau belum," jelas Dio.
"Tara dari tadi aku hubungin gak diangkat," jawab Jey.
"Trus dia gak ada ngasi kabar ke elo?" Tanya Dio.
"Kalo dia ngabarin aku gak bakal nanya sama kakak," jawa Jey.

Teeeettttt

"Duh udah bel lagi, nanti pas istirahat gue mau kesini lagi, bye" pamit Dio.
"Sip," jawab Jey sambil masuk ke dalam kelas.
Selama perlajaran berlangsung Dio tidak bisa fokus terhadap apa yang dijelaskan oleh guru matematikanya, Bu Inka. Ia hanya cemas Tara dalam keadaan yang darurat. Apalagi kemarin Tara mengalami maag yang cukup parah. Dio hanya melamun sambil mengumpulkan persepsinya.

Teeetttt

"Baiklah anak anak, lusa akan kita lanjutkan," terang Bu Inka kepada seisi kelas. Dio yang mendengar itu, langsung melenggang ke kelas Tara.
"Heh Jey, Tara belum dateng?" Tanya Dio sambil mengatur napasnya.
"Belum Kak," jawab Jey lesu.
"Gue pergi dulu," jawab Dio sambil berlari. Kini ia tahu kemana ia akan pergi. Rumah Tara. Ia langsung mengambil motor sportnya dan melenggang ke jalan raya. Di perjalanan, Dio tak henti untuk menggerutu akibat jalan kota terjebak macet. Dalam waktu 20 menit akhirnya ia tiba dirumah Tara. Setibanya disana, Dio mengecek pintu pagar. Ternyata tidak terkunci, Dio pun langsung masuk ke dalam rumah Tara dengan rasa campur aduk. Ia langsung menuju kamar yang pintunya berisi tulisan 'Tara's'. Ketika membuka pintu, hatinya mencelos saat melihat Tara dengan balutan baju tidur beruangnya yang terkulai diatas tempat tidur dengan wajah yang pucat dan terdapat pecahan kaca yang berserakan. Dio tak tinggal diam, ia langsung menghubungi supirnya untuk menuju rumah Tara. Lalu, Dio pun memeriksa keadaan Tara yang memprihatinkan. Dio terus saja mengucapkan doa-doa agar Tara dapat diselamatkan. Dio terus saja menggenggam tangan dingin milik Tara. Ia takut kehilangan Tara untuk kedua kalinya. Akhirnya setelah beberapa menit, supir Dio datang membawakan mobil sedan milik Dio. Dio pun lantas menggendong Tara dengan gaya bridalnya. Dan memasukkan Tara ke jok belakang mobil Dio.
"Pak anter kerumah sakit, pak. Cepetan!!" Suruh Dio yang tersulut emosi.
Di perjalanan, Dio hanya diam memerhatikan wajah Tara yang pucat dan tubuh yang lemas. Dio hanya berdoa agar Tara diberikan kekuatan untuk hidup bersamanya lagi.
Sesampainya di rumah sakit, Dio memapah tubuh Tara dan membaringkannya di bangkar yang terlah disiapkan. Dio pun menunggu Tara di depan pintu ICU.
"Dok bagaimana keadaannya?" Tanya Dio.
"Syukur kamu membawanya tepat waktu, kalau tidak nyawa akan dipertaruhkan, sekarang saya akan memindahkan ke ruang perawatan," ujar dokter tersebut.

-------------

Bau ruangan yang putih bersih serta berisi perabotan rumah sakit begitu menyeruak di hidung milik Tara. Penglihatan Tara yang belum sempurna serta nyawa yang terkumpul belum maksimal membuat Tara hanya bisa mengingat kejadian yang lalu. Kejadian yang membuatnya tidur diatas bankar rumah sakit dengan bed cover berwarna putih serta berbalut selimut biru muda. Kala mengingat kejadian yang lalu, Tara menengok ke arah kanan. Tara terkejut melihat seorang pemuda tengah tidur di sofa sebelah kanan. Tara yang melihatnya hanya tersenyum tipis. Dio. Ya orang itu Verdio Gerland Lendra. Pemuda yang baru dikenalnya kurang dari satu bulan. Pemuda yang dengan mudah masuk ke kehidupannya. Saat sedang asik menelisik lekuk wajah Dio, Tara menyadari ada pergerakan dari Dio. Tara segera memalingkan wajahnya.
"Yaampun Tara, jantung gue udah ngesot di aspal pas liat lo dikamar sendirian dan keadaan lo yang mengenaskan," ungkap Dio. Sambil mencubit pelan pipi Tara. Tara yang mendengarnya membalasnya dengan memengang tenggorokannya yang terasa mencekat.
"Ohya lo belom minum ya hehe," ucap Dio sambil mengodorkan sedotan ke mulut Tara. Rasa canggung pun menyelimuti keduanya.
"Um.. Tar, gue mau hubungin ortu lo. Gue lupa ngabarin mereka, ada nomernya gak?" Pinta Dio.
"Um.. 08xxxxxxxxxx," sahut Tara.
"Gue keluar bentar ya," kata Dio.

Dio POV end

-------------
Selama menunggu Dio, Tara hanya diam memikirkan beberapa opininya. Kenapa Dio nolongin gue? Dio emangnya gak sekolah? Emang gue siapanya Dio sampe dia sebegitu khawatirnya? Dan masih banyak pertanyaan membendungi pikiran Tara.
"Eh gue lama ya, sorry" ujar Dio sambil menutup pintu kamar Tara.
"Engga kok santai aja," kata Tara.
"Eh gue ke toliet dulu ya," sahut Dio sambil menaruh iPhone nya dinakas Tara. Tara yang mendengarnya hanya tersenyum manis. Saat menunggu Dio, iPhone Dio berdering yang menunjukan nama 'Amanda' dan foto seorang wanita cantik yang diyakini bernama Amanda. Tara yang melihatnya hanya diam sambil melihat harapannya yang runtuh. Ternyata guenya aja yang terlalu ngarep.
"Eh hp lo bunyi Yo," ujar Tara.
"Oh ya, gue angkat dulu ya," sahut Dio.
"....... iya deh sayang banget deh... ahaha," kata Dio dengan orang disebrang sana.
"......iyaa nanti aku anter ke mall deh... " lanjut Dio dengan si penelpon.
Tara yang mendengar sayup sayup suara tersebut hanya tersenyum getir. Hanguslah harapan Tara. Tanpa izin, air mata Tara pun meluncur bebas.

Haduhhh maaaaafff banget baru update. Aku baru habis lomba 3 hari berturut turut daaaaannnn Astungkaraaa dapet juara 1. Dannn maaaafff bangettt kalo part kali ini terasa hampa (?) Ya gitu deh pokoknya semoga kalian seneng yaah.

SteepedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang