Bab 3

44 5 1
                                    


Teeettttt

      Suara yang menyelamatkan siswa dari kejenuhan belajar dikelas. Bunyi bel pulang. Yap semua siswa tentu menunggu bel keberuntungan tersebut. Tak terkecuali Tara yang kini tengah membereskan buku dan alat tulis di bangkunya. Dia sangat jarang merasa bosan ketika guru menjelaskan. Kini Tara sudah berubah. Tara kini sudah mulai tampak bosan dengan celotehan guru yang menjelaskan didepan kelas. Semua murid pun keluar kelas dengan membawa tas mereka masing masing. Tara pun keluar kelas dengan Jey yang dilengkapi dengan sedikit obrolan.
"Eh Ra, lo mau nebeng sama gue gak? Mumpung gue bawa motor tuh," tawar Jey.
"Um... nggak deh makasi lain waktu aja, bokap gue yang jemput gue sekarang," ucap Tara.
"Oh yaudah, gue ngambil motor dulu ya, bye." Ucap Jey sambil melambai-lambaikan tangannya.
"Daaaa hati hati dijalan ya, Jey" ucap Tara sambil melambai-lambaikan tangan kanannya. Ia pun langsung ke depan gerbang setelah kepergian Jey dengan motor kesayangannya. Saat Tara mengambil handphonenya ia sedikit panik karena handphone nya mati akibat tidak mencharger handphone malam kemarin. Lah trus gue pulang gimana? Naik bis? Yaelah jauh banget dari sekolah. Batin Tara.
      Dengan terpaksa Tara pun menunggu ayahnya menjemput walaupun mustahil ia akan dijemput oleh ayahnya. Tara mengeluarkan buku biografi yang paling ia sukai. Ia bediri di depan gerbang sekolah sambil melihat kendaraan yang berlalu lalang. Tak lama kemudian terdengar suara knalpot motor sport yang mendekat ke arahnya. Ia pun tidak menghiraukan suara motor yang ribut dan mengganggu telinga bagi yang mendengarkannya. Yaelah tu motor kok bikin budek aja. Batin Tara.
"Hey," sapa seorang pemuda yang menaiki motor sport tadi. Tetapi, Tara tidak menghiraukannya. Siapa tau dia nyapa orang lain. Batin Tara.
"Hey," sapa pemuda itu lagi. Tetapi Tara tetap fokus terhadap buku yang kini tengah ia baca.
"Hey, lo Tara kan?" Tanya pemuda tersebut. Yang membuat Tara otomatis mendongakkan kenapanya. Tara agak bingung karena ia tidak melepaskan helm dari kepalanya. Hal tersebut membuat Tara menyerngitkan dahinya. Lalu, sang pemuda tersebut melepaskan helm dari kepalanya. "Lo Tara kan?" Ulang cowok itu, Dio.
"Um... i..ya" jawab Tara agak gugup. "Dari tadi lo nyapa 'hey' ke gue?" Tanya Tara.
"Disini gak ada orang selain lo sama gue," ungkap Dio.
      Setelah Tara menyapu pandangan, ia baru menyadari bahwa kini ia hanya sendirian berdiri dengan ditemani buku biografi. Tara pun tak bisa mengatakan apapun pada Dio. Suasana canggung pun menyelimuti keduanya.
"Um... gue anter lo pulang deh, gimana?" Tawar Dio halus.
"Kalo gue pulang sama lo jaminannya apa?" Skak Tara.
"Lo bakal pulang dengan selamat sampai tujuan," ungkap Dio.
"Dari mana lo tau kalo gue bakal pulang dengan selamat sama lo?" Tanya Tara.
"Eh gini ya, kesempatan tu gak dateng dua kali lho, kalo lo terima ajakan gue langsung naik keatas motor gue, kalo nggak terima langsung jalan ke belakang," ucap Dio.
      Tara pun memilih menaiki motor Dio yang artinya ia menerima ajakan dari Dio. Lantaran jarum jam sudah menunjukan pukul 15.40 dan keadaan sekolah yang sepi akan menambah tingkat ketidaknyamanan Tara.
"Awas ya lo gebut naik motornya, gue giles lo," canda Tara.
"Pegangan yang kuat, jangan tas gue dipake pegangan yailah," ucap Dio. Dio pun memiliki ide yang agak licik.
      Dio pun sengaja menancap gas secara mendadak yang membuat Tara secara otomatis melingkarkan tangannya di pinggang Dio.
"EH ANJING PEREK LO!! DIO GUE BAKAL BENERAN GILES LO DIOO!!" teriak Tara yang masih berada di area sekolah. Dio pun terkekeh kecil mendengan celotehan yang keluar dari mulut manis Tara. Aish apaan sih lo Dio. Batin Dio.
      Dalam perjalanan Dio selalu membuat Tara jantungan lantaran Dio yang sengaja mengendari motor sportnya dengan kecepatan yang lumayan tinggi.
"Eh alamat lo dimana?" Tanya Dio saat berhenti di traffic light.
"Jalan Seruling nomer 06 disebelah Kedai ada jalan tinggal belok aja," ucap Tara.

——————————————

"Eh makasi ya Dio udah mau nganterin gue, mau masuk dulu atu nggak?" Basa basi Tara.
"Um... boleh deh, sekalian mau kenalan sama keluarga lo," ucap
Dio sambil melepas helm dan turun dari motor sportnya.

Haduh mampus gue, niatnya basa basi ehh malah bikin petaka.

"Eh kok melamun, katanya gue disuruh mampir," ucap Dio yang menyadarkan Tara.
"E..eh..i..ya gue masuk duluan," ucap Tara.
      Ketika masuk ke pintu utama, Tara langsung disambut oleh Gata dan Isna yang sedang bersantai di ruang tamu. Melihat putrinya membawa seorang laki laki membuat Gata tersenyum hangat.
"Halo Om, Tante saya Dio. Tadi saya nganterin Tara pulang Om. Kebetulan tadi dia sendirian disekolah jadi saya anter aja Om,"jelas Dio.
"Oh nak Dio, perkenalkan saya Gata, ayahnya Tara terima kasih ya sudah mengantarkan anak Om dengan selamat," ujar Gata
"Iya Om gak apa apa, saya gak keberatan kok," kata Dio.
"Oh ya saya Isna, ibu Tara. Kamu pacarnya Tara, nak Dio?" Tanya Isna. Hal tersebut membuat Tara yang awalnya duduk menunduk disebelah Isna menjadi menganggkat kepalanya akibat ucapan dari Isna.
"Eng--"
"Iya Om, saya pacarnya Tara. Saya nembak Tara dua hari lalu Om, Tante," ujar Dio dengan santau yang dihadiahi tatapan tajam dari Tara.

Gue makan lo Dio!!! Argh!

"Eh ibu, ayah Dio kayaknya harus pulang deh, udah sore kan yah,"tanya Tara sambil melirik ke arah Dio. Tara pun mengantarkan Dio kedepan gerbang sambil mencubit dan memukul lengan Dio.
"Eh maksud lo apa apaan ngatain gue pacar lo? Gue aja baru kenal sama lo!" Ucap Tara sambil menendang dan memukul Dio.
"A-aduh duh santai kali Ra, gue cuma jadiin lo pacar boongan doang, biar gak ada cewek yang deket sama gue lagi, plis bantuin gue," pinta Dio.
      Tara pun memikirkan dampak negatif dan positifnya. Negatifnya ia harus memiliki hubungan dengan seorang Dio. Positifnya ia tidak akan didekat-dekati oleh laki-laki yang berniat jahat padanya. Emangnya Dio bakalan berniat baik sama lo? Tanya batin Tara.
"Tapi ada satu syarat! Lo harus nurutin apa yang gue mau" syarat Tara.
"Oke gue bakal lakuin apa yang lo mau," jawab Dio sambil mengedipkan sebelah mata.
"Ih najis gue liat lo, sana sana ah, gue giles juga lo besok!" Kata Tara sambil mendorong Dio menuju motor sportnya.
"Bye, nanti tidur mimpiin gue, awas aja lo!" Ucap Dio.
"Lo tu cuma merusak mimpi indah gue tau nggak!" Ucap Tara.
"Yakinn???" Ucap Dio dengan mengedipkan mata.
"Udah ah sana lo pergi, bosen gue liat muka lo," kata Tara
"Bosen apa ketagihan nihhh," canda Dio.

Yaelah susah amat ngusir ni anak kuda.

"Lo pengen gue nendang 'masa depan' lo? Cepetan pulang sana, hushh," usir Tara.
      Setelah mengusir Dio, Tara pun memasuki kamar tanpa ngengucapkan apa apa ke ayah dan ibunya. Alhasil ia dicegat oleh Vana di depan kamarnya.
"E cieeee Tara udah gak jones lagi nih, pj juga bisa kalii," ucap Vana
"Apaan sih lo anak kecil belajar yang bener tuh,"  kata Tara
"Eh beneran tu cowok lo? Kok ganteng abis, kasi gue aja dahh," ucap Vana.
"Sana aja ambil emang gue peduli," kata Tara.





SteepedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang