Bab 2

39 5 0
                                    

      Hari ini adalah hari pertama sekolah di SMA Hasmuna Graha setelah melewati masa penyiksaan junior. Hari ini Tara mengenakan pakaian sekolah lengkap dengan rompi yang berwarna biru tua. Pada sentuhan terakhir, Tara memoleskan sedikit lipgloss dan bedak tipis.

Perfect.

      Kata yang Tara utarakan pada dirinya yang terpantulkan di cermin. Tara pun langsung menyambar tas yang berwarna abu-abu dan sepatu Nike berwarna hitam. Tara memang menyukai warna yang tidak terlalu mencolok dan terkesan elegan nan simple.
      Tara pun langsung menuju meja makan yang disertai dengan Ibu, Ayah, dan tentu adiknya, Vana. Tara pun mengambil tempat duduk disebelah Vana.
"Tara, berangkat sama ayah atau naik motor sendiri?" Tanya ayah Tara, Gata.
"Di anter aja dulu yah," jawab Tara sambil memakan sandwich nya.
"Lah? Trus Vana sama siapa yah?" tanya Vana.
"Oh ayah kira kamu naik angkot, yaudah ayah siapin mobil dulu," kata Gata.
"Hahahaha lo kayak anak yang gak dianggap tau gak," celetuk Tara sambil tertawa yang membuat Vana kesal.
"Terus aja ketawa, semoga aja tu sandwich nyangkut di leher lo," seru Vanya.

'Uhuuk uhuuk'

"Hahahaha, rasain lo emang enak keselek sandwich!" kata Vana.
"Alah lo udah deh cepetan habisin sandwich lo, atau gue tinggal," ancam Tara.
"Yailah jahat amat mak lampir ni, masak gue yang imut nan cantik ditinggal ih," kata Vana sambil membenarkan letak poni yang berantakan.
"Salah apa gue punya adik semprul, sengklek, dan sok kecakepan kayak begini," kata Tara.
"Udah ah cepetin lo lelet amat makan segitu," tambah Tara.

———————————————

      Sesampainya di sekolah, Tara langsung menuju papan pengumuman untuk melihat pembagian kelas. Akan tetapi, di papan pengumuman masih begitu ramai dan banyak dari mereka yang berdesak-desakan. Tara pun memilih untuk diam di seberang papan pengumuman sambil menyaksikan acara desak-desakan antar siswa. Tanpa diperintah, mata Tara bertemu dengan mata yang mengingatkannya pada sesuatu. Tara pun mencoba mengingat kejadian apa yang membuat ia begitu akrab dengan tatapan itu. Ah ya! Tara ingat dengan kejadian dibawah pohon sekolah ketika ia menghamburkan daun belimbing di depan wajah cowok itu. Namanya Deo, Ido, Odi, atau siapa ya. Ah gak penting juga. Batin Tara.
      Tara pun merasa bahunya ditepuk oleh seseorang yang membuat Tara menoleh kan kepala ke kanan. Dan timbulah sosok pemuda yang ia lupakan namanya. Tara menyerngitkan dahi lantaran bingung pemuda tersebut hanya tersenyum menarik sudut bibir kanannya.
"Hey," sapa pemuda tersebut.
"Um...h..ey," ucap Tara linglung.
"Lo masih inget nama gue?"
Tara hanya membalasnya dengan gelengan.
"Hm, okay kita ulang perkenalan kita. Nama gue Verdio Gerland Lendra dipanggil Dio," jelas cowok yang namanya Dio tersebut. Lah trus? Gue harus apa? Batin Tara.
"Lo masih inget gue?" Tanya Tara balik.
"Kalo gue gak inget gak bakal gue nyapa lo," sahut Dio yang mengeluarkan senyuman mautnya. Oh, senyuman maut yang menurut gue kegatelan. Batin Tara.
"Um... okay, gue mau liat papan pengumuman dulu. Bye." Tara pun pergi tanpa mendengar balasan dari Dio. Peduli amat gue. Tara pun sibuk melihat rentetan nama yang tertulis di papan pengumuman. 'IPA X 2' gumam Tara. Berarti di lantai dua.
      Setibanya di kelas, ia menyapu pandangan ke penjuru kelas. Ia mendapatkan meja yang terletak di depan meja guru yang konon paling dihindari oleh murid. Baginya, meja di depan meja guru merupakan letak yang baik karena dapat mendengarkan penjelasan guru lebih jelas. Setela ia duduk di bangku, ia memiliki teman duduk dengan gaya yanh sedikit nerd dibanding yang lain karena ia mengenakan kacamata tebal dan ia membaca buku yang cukuo tebal.
"Hai," sapa Tara ramah.
"Oh, hai juga, kenalin gua Jey lengkapnya Jeynita Arsanda Walgina, " sahut Jey riang sambil menyodorkan tangan kanannya.
"Gue Kanari Tarasya Asvana, panggil aja Tara," jawab Tara sambil menyambut jabatan tangan dari Jey.
"Lo suka baca buku yang berbau fantasi ya?" tanya Tara.
"Umm.. lumayan tapi gue lebih suka baca buku yang bergenre horror sih tepatnya fantasi horror. Kalo lo suka baca buku genre apa?," tanya Jey.
"Ohh, gue  gak terlalu suka baca buku yang isinya fiktif begituan. Karena semua cerita yang dibuat itu pasti dari khayalan bukan dari realita, gue lebih suka baca buku tentang biografi gitu deh," jelas Tara.
"Ohh gue kira lo suka sama buku genre fiksi gitu," ungkap Jey.

Teeetttt

      Bel pun berbunyi yang membuat semua siswa kembali ke tempat duduknya masing-masing. Masuklah seorang guru wanita yang lumayan terlihat muda dengan balutan kemeja polos berwarna putih dan rok agak ketat berwarna hitam selutut serta high heels berwarna abu-abu.
"Selamat pagi semua, perkenalkan saya Raintan Prasada bisa dipanggil Miss Intan, saya merupakan wali kelas di IPA X 2," ungkap Miss Intan.
"Ohya, sekarang coba perkenalkan diri kalian masing masing dari bangku paling pojok," jelas Miss Intan sambil menunjuk bangku Jey. Setelah Jey, tibalah giliran Tara untuk mengenalkan sambil berdiri.
"Perkenalkan nama saya Kanari Tarasya Asvana bisa dipanggil Tara, saya dari SMP Drawdi Cipta," ucap Tara.
"Punya pacar gak?"
"Kalo nomor telpon punya dong," celetuk salah satu siswa yang sedikit ganjen.
"Sudah sudah, ayo lanjut perkenalkan diri kalian," suruh Miss Intan.

—————————————

      Setelah acara pengenalan diri tersebut, Tara pun meluncur menuju kantin bersama Jey. Ia duduk di meja yang terletak paling pinggir dari kantin. Ia pun memesan jus alpukat dan jus tomat. Ia menyukai alpukat sejak kelas 5 SD. Walaupun, alpukat sering dikatakan penyebab kegemukan Tara tidak pernah menggubrisnya. Setelah memesan jus, Tara pun kembali ke meja bersama Jey.
"Hey, nih kembaliannya Jey," ucap Tara sambil menyodorkan uang kembalian Jey.
"Thanks ya Tar,"
"Oke lah," ucap Tara.
Selanjutnya, keheningan saja yang melingkupi meja yang bernomor 05 tersebut.
"Eh lo tau gak nama kakak kelas yang itu," ucap Jey sambil menunjuk seorang pria yang memasuki area kantin. Secara otomatis pun Tara berbalik badan untuk melihat orang yang dimaksud Jey.
"Oh itu, gue sih pernah kenalan namanya Dio. Dia orangnya agak ganjen menurut gue sih," jelas Tara.
"Serius lo?! Lo pernah jabat tangan sama tu cogan?!," ucap Jey dengan jurus toa nya.
"Gila lo Jey, tu suara gak ada bedanya sama toa masjid," ungkap Tara sambil membekap mulut Jey.
"Eh iya iya sorry udah kebiasaan sih ehehe, eh tapi btw beneran lo pernah jabat tangan?" Tanya Jey penasaran.
"Gak guna juga gue bohong sama lo," ucap Tara santai. "Emangnya kenapa sih?" tambah Tara.
"Setau gue, dia itu termasuk playboy kelas kakap. Jadi hati hati lo jadi mangsa dia selanjutnya. Gue sih denger dari kakak gue, tapi gue lupa namanya siapa," jawab Jey.
"Yailah sebegituan amat buk, nyantai aja, kagak mungkin juga ahahaha," canda Tara

SteepedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang