Bab 7

54 4 0
                                    

        Rama yang melihat kejadian itu hanya melongo tidak percaya. Ia merasa bahwa Dio dan Tara merupakan sepasang kekasih. Loh? Bukannya mereka pacaran?

      Lain halnya dengan Tara. Tara hanya mampu menahan airmatanya agar tidak jatuh tanpa izin. Namun, sekuat apapun air mata nya jatuh juga.

"Gue pergi dulu," kata Tara sambil meninggalkan Rama.

"Tar, Tara!" Kata Rama sambil mengejar Tara. Rama pun berhasil mencekal tangan Tara. Lantas Rama pun memeluk Tara dari belakang.

"Lo kalo ada masalah cerita aja, gue siap jadi tempat curhat lo," ujar Rama tulus. Tara yang mendengarnya hanya menangis semakin menjadi-jadi.

"Udaah, lepasinn!" Kata Tara memberontak.

"Gak, gak gue gak bakal ngelepasin lo," ujar Rama.

"Gue mau pulang, plis lepasin," kata Tara.

"Gue anter lo, motor lo biarin suruhan gue yang bawa," kata Rama menarik tangan Tara menjauh dari keramaian. Tara hanya diam dan pandangannya kosong.     

————————————

      Setibanya di sekolah, Tara disambut tatapan menerkam dari orang-orang yang melihatnya. Bagaimana tidak? Kini ia sedang menuju kelasnya yang disebelahnya ada Rama. Rama terkenal dengan ketampanannya dan ketegasannya dalam memimpin organisasi.

"Idih genit banget sih jadi cewek, kemaren Dio sama Brian eh sekarang Rama, murah banget,"

"Eh lagi diskon tahun baru ya? Kok murah banget,"

"Iuw tukang tikung,"

"Gatel banget sih, perlu dibeliin bedak gatel ya?"

      Dann masih banyak lagi bisikan yang didengar Tara. Bisik bisik gausah sampe kedengeran juga kali. goblok.

"Eh tunggu bentar," ucap seseorang yang mencekal tangan Tara. Saat Tara menatap pemilik mata, Tara dapat melihat ada sarat penyesalan (?)

"Apa sih, lepas!" bentak Tara.

"Plis kasi gue ngomong bentar," pinta Dio.

"Lo bukannya daritadi ngomong ya?" kata Tara dengan datar.

"Yaa, tapi ini beda Tara,"

"Yaudah cepetin ngomong," ucap Tara sambil melihat jam yang melingkar di tangan kirinya.

"Tapi gak disini,"

"Arah, banyak banget sih syaratnya. Cepetan gue belom ngerjain tugas Kimia," bohong Tara. Jelas gue udah buat dirumah lah.

"Gue tau lo udah buat," ucap Dio.

"Suer, gue belom buat," ujar Tara sambil menunjukan tanda peacenya.

"Ikut gue dulu," ujar Dio. Tara ditarik menuju rooftop sekolah.

"Gue gak suka lo deket deket sama cowok lain," tegas Dio.

"Lah? Kok lo ngatur?!" Bentak Tara.

"Lo masih berlaku sebagai pacar gue! Oh ralat, bohongan," kata Dio.

"Yaudah trus kenapa lo ngelarang? Kan cuma bohongan? Apa salahnya?!" Tolak Tara.

"Ya intinya kita masih pacaran," ujar Dio enteng.

"Gue gak peduli," kata Tara.

"Tapi gue peduli," kata Dio.

"Dan itu bukan urusan gue," ujar Tara. Tara pun berbalik badan untuk meninggalkan Dio. Namun, saat hendak berbalik Dio kembali menarik pergelangan tangannya dan ia merasa ada benda lembab yang menempel pada bibirnya. Tara pun tersadar karena bibir bagian bawahnya digigit.

Plakkk

"Lo kurang ajar!! Lo gak punya otak!! Lo!! Pokoknya gue benci sama lo!!" Ucap Tara meninggalkan Dio sambil mengusap air matanya.

—————————————

"Eh Tar, ntar pulang sama gue ya," tawar Rama. Tara hanya membalasnya dengan tatapan kosong.

"Eh Tara, lo udah makan?" Tanya Rama.

"Biarin gue sendiri," ucap Tara dengan tegas.

"Lo kenapa?" Tanya Rama khawatir.

"Biarin gue sendiri, Ram. Terkadang dengan cara menghibur belum tentu ampuh mengatasi masalah,"

———————————

"WOYYY ADA YANG BERANTEMM!! ANAK IPS XI 2 SAMA ANAK IPA XI 1 WOYY!!! TONTON DI LAPANGAN BASKET!!" ujar Gio dengan semangat.
     
      Semua anak di kelas IPA X 2 pun berhamburan keluar. Tara yang melintasinya hanya cuek dan tetap berjalan menuju kelasnya.

"Ehhh itu bukannya Kak Rama sama Kak Dio ya?? Kok bisa berantem?"

"Iiihhh pangeran gueee! Kenapa lo berantem??? Ngerebutin gue??"

      Tara yang mendengar celotehan teman temannya hanya berjalan bagaikan tak ada masalah apapun.

———————————

      Bel sekolah telah berbunyi menandakan bahwa kegiatan belajar mengajar telah usai. Hanya Tara yang terlihat masih merapikan peralatan belajarnya.

"Hey Tar," sapa Brian.

"Apa?" Ucap Tara sinis.

"Yaelah mak, galak amat. Lagi bulanan ya?" Canda Brian.

"Udah ah lo bikin tensi gue naik aja dah," kata Tara sambil menutup tasnya.

"Eh mak, pulang bareng gue yuk," tawar Brian.

"Bayar atau nggak?" Canda Tara.

"Buat lo khusus hari ini karena gue enggak remed Kimia, gue kasi gratis dah," ujar Brian.

"Oke, yuk," kata Tara yang berjalan mendahului Brian.

"Eh maak, tungguin bisa kali," kata Brian.

"Ah lo kayak banci di danau tempe aja," ujar Tara. Tara hanya terkekeh mendengar dengusan napas yang terdengar dari Brian.
————–————————

Dio POV

      Setelah gue nyium Tara, gue baru sadar satu hal. Kenapa gue lakuin itu? Gue semakin uring-uringan kala liat Tara yang berpandangan kosong dan gue gak liat dia keluar kelas. Gue khawatir. Gue gak tau kenapa gue bisa nyosor gitu aja. Tapi gue gak mau liat dia deket sama cowok lain. Ya tapi gak usah pake nyium Tara juga, sompret! Argh! Gue gila ni lama lama.

"Eh Dio, dicariin sama Rama noh!" Ujar salah satu teman Dio.

"Kenapa?" Tanya Dio.

"Sinu bentar ikut gue," suruh Rama.

"Ngapain kita di kantin?" Tanya Dio.

"Gue mau tanya satu hal sama lo, lo apain Tara sampe bengong melulu? Lo ada apain dia?!" Kata Rama yang menaikkan nada bicaranya.

"Kalo gue bilang, gue nyium dia gimana? Kenapa?" Ujar Dio polos.

"Dasar tikus got lo!! Lo ngapain nyium Tara? Hah?!" Kata Rama sambil menghadiahi Dio sebuah bogeman.

"Eh lo gausah main pukul ya!!" Ujar Dio sambil mengusap sudut bibirnya yang berdarah.

"Gue gak terima lo nodain Tara!" Kata Rama.

"Lo gak liat Tara sampe kayak mayat hidup gitu, Hah?!" Tambah Rama dengan satu bogeman di pipi kanan Dio.

"Emang lo siapanya Tara?" Skak Dio.

————————————

Halooo maaaaafff banget kelamaan update nya hehe. Maaafff juga kalo bab ini banyak typo okay.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Dec 24, 2015 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

SteepedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang