[Special Part] Kang Seulgi

332 35 2
                                    

Dia lebih pucat di tiap harinya. Tangannya rapuh gemetar tak kuat memegang gelas kaca itu. Bibirnya tak semerah delima lagi, pucat putih.

Wajahnya, penuh dengan urat biru yang semakin lama semakin banyak. Rambut brown nya menjuntai berantakan, tak sehalus dulu. Berdiri? Untuk mendudukan diri di kasur pun ia tak sanggup.

Kematian akan segera menghampirinya, itu yang kurasakan. Seandainya bisa ku ubah takdir, aku pun tak ingin jadi seperti ini, tak ingin juga ia seperti itu. Wanitaku, diambang batas.

"Minum-lah darah ini seteguk saja, kumohon." Ucapku sambil memegang halus tangannya.

"Tidak, aku tak ingin. Malam ini indah sekali." Ucapnya mencoba tuk tersenyum di tengah penderitaan yang ia rasakan. Aku sadar, ia kesakitan.

"Iya, ini malam yang indah." Air mataku menetes, aku rasa ia sudah tidak dapat melihat apapun. Disana, diluar sana, matahari bersinar terang menerangi tempat ini.

"Oppa, kau tahu kan apa yang ku inginkan?"

"Iya, bukankah kau ingin menikmati sinar matahari di siang hari?" Aku menahan tangisku. Wanitaku yang sedang terbaring ini, ia ingin menjadi manusia.

"Aku sekarang merasa seperti manusia, aku sudah tak butuh darah lagi. Sudah 2 bulan ini oppa. Aku berhenti meminumnya. Sebentar lagi aku akan menjadi mereka. Hidup dengan penuh kehangatan, tidak sendiri lagi."

Matanya kini mulai berair. Pandangannya lurus kedepan, ia tak bisa menggerakkan bola matanya. Ia sekarat. Kini hanya aku, hanya aku yang bisa mengambil keputusan akan kelangsungan hidupnya. Memberinya darah untuk hidup, atau mengambil darahnya agar ia lenyap.

Semua lelaki didunia ini pasti ingin hidup bahagia dengan wanitanya, dalam keadaan apapun. Jika bisa mereka ingin hidup bersama hingga dunia kiamat. Tapi takdir tak seindah yang dipikirkan, akan ada sejuta rintangan yang mencoba memisahakan. Begitu pula aku, aku tak ingin dirinya pergi, aku ingin bersamanya hingga dunia ini berakhir.

"Ku harap di kehidupan selanjutnya aku akan menjadi manusia, dan bertemu denganmu lagi, Taehyun. Saranghae." Ucapnya tersenyum kecil.
Aku peka, aku mengerti. Ia tak inginkan darah itu, ia ingin mati. Ia lelah menjadi siluman berdarah dingin ini. Ia ingin menjalani kehidupan yang lain.

" Kang Seulgi, berjanji lah padaku, nanti suatu saat nanti kita akan bertemu. Kita akan dipertemukan kembali. Berjanjilah padaku untuk terus tersenyum di tengah kehangatan pada kehidupan selanjutnya. Jangan menangis, jangan pernah."

Aku perlahan mencoba mengambil segelas darah, berharap ia merubah pikirannya. Ia merengkuhku mencegahku agar tetap disampingnya. Matanya berair khawatir.ia takut aku akan pergi. Ia rengkuh kedua pipi ku ia kecup bibir kecilku , halus namun penuh makna.
Kami saling memandang, aku kini melihatnya menangis. Matanya merah penuh air mata. Aku pun jadi sedih dibuatnya.

" Aku mencintaimu." Ucap seulgi lalu kembali menempelkan bibirnya ke bibirku. Tapi kali ini aku merasakan yang beda. Bibirnya penuh darah, ia menggigit bibirnya sendiri danemberikan darahnya padaku.

Ku lumat habis bibirnya, rintihan kesakitan sedikit terdengar darinya. Aku tau ini amat sulit baginya. Mengorbankan dirinya untuk vampir sialan yang kini akan menggrogoti habis darahnya.

Tangan Seulgi pun mengalung di leher menandakan nikmatnya ciuman itu, sampai tanganya jatuh. Ia meninggak dipelukanku. Ku lihat wajahnya yang pucat itu perlahan menghilang, ia hilang. Ia mati, hanya jubahnya yang masih tertinggal untukku, untuk selalu ku kenang.

Tubuhku, di dalam tubuhku mengalir darah wanita yang ku cintai. Semua ini membuat tubuhku semakin segar, tetapi mematikan hati ku. Aku tak bisa lupa akan dirinya, sama sekali tak akan, sampai kapanpun. Tempat ini, lagi dan lagi menjadi sepi dan lebih gelap, dingin, aku tak menginginkannya. Aku rindu tawa dan kehangatan yang Seulgi ciptakan, ia matahari bagiku. Aku rindu saat-saat dimana kami berdua melihat sinar bulan yang indah.

Sepi dan sunyi, itu akan menjadi hari-hari yang harus ku jalani.
.....

Yuhuu special part yang ada disini itu dimaksudkan untuk mengenalkan tokoh yang selayaknya diketahui.

VOTE
VOTE
VOTE
PLEASE

LonelyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang