#2

1.8K 102 10
                                    

Maaf kalau storyku kali ini. Gajee:( .

Happy reading.

*justin pov*

Lagi dan lagi perang dingin antara aku dan marisa terjadi. Tadi aku tak bermaksud bersikap kasar padanya, hanya saja entah kenapa setiap aku melihat marisa berpapasan dengan lelaki, itu membuat emosi ku memuncak.

Gadis itu membuatku gila. Batinku lalu menjambak rambutku frustasi.

Pikiranku kembali melayang tentangnya. Aku tak mengerti kenapa aku bisa menyukai gadis, yang menyebalkan dan seceroboh itu. Padahalkan aku tampan dan juga kaya, malahan aku termaksud salah seorang terpandang di sekolah. Aku juga bisa dapatkan gadis yang lebih darinya. Tapi entahlah aku selalu merasa bahwa gadis itu ditakdirkan untukku. Dia yang selalu mengertiku. Aku terkadang terheran mengapa gadis itu begitu tahan dengan sikapku yang begitu dingin.

Lagi dan lagi aku mengacak rambutku frustasi.

"Arghh,, gadis itu membuatku gila" geramku.

aku kesal dengan sikapnya yang selalu ambekan. Sudah sedari tadi aku telah sampai dirumah, dan saat diperjalanan aku terus memikirkannya. Aku tahu aku memang bodoh, aku terlalu overprotective padanya. Aku memang benar-benar bodoh.

Aku merogoh kantung celana jeansku dan mengambil ponselku lalu kemudian aku mengetik beberapa nomer yang sudah kuhafal diluar kepalaku. Apa lagi jika nomor kekasihku.

Awalnya hanya dentingan operator yang terdengar tapi tak lama kemudian marisa mengangkatnya.

*otp*

"Halo,Marisa kau disana?" Tanyaku membuka pembicaraan yang awalny sangat hening.

"Ya" akhirnya ia menjawab, tetapi dengan nada dingin. Yang sama sekali tak ingin kedengar.

"Kamu dimana? Sudah sampai rumah?" Tanyaku masih dengan suara lembut.

"Ya" jawabnya lagi singkat di seberang sana. Ku hembuskan nafas lelah.

"Kamu ma-----"

"Just sudah dulu yah, aku mau istirahat. Capek" ucapnya memotong ucapanku.

"Bai----"

Tut.....tut....tut...

Belum sempat aku berbicara.ia sudah memutuskan sambungannya. Kali ini mungkin ia benar-benar marah padaku.

Shit!!! Umpatku. Lalu membating ponselku diatas ranjang.

*skip*

mentari pagi mulai memasuki celah kamar marisa. Ia tengah bergelut di ranjangnya. Ia terbangun karena suara alarm dari sebelahnya. Perlahan ia membuka mata, dan seketika melotot mengetahui bahwa sekarang sudah pukul 06. 45. Berarti hanya tinggal setengah jam lagi waktunya untuk bersiap. Tanpa menunggu lagi marisa lalu melempar selimutnya lalu berlari kecil ke kamar mandi. Marisa keluar dari kamar mandi lalu melangkah kearah lemari pakaiannya dan mengambil seragam sekolahnya, kemudian ia memakainya. Setelah selesai marisa hanya menyisir rambutnya didepan cermin menjamin agar ia tak terlihat buruk pagi ini. Ia tak memakai bedak, atau make up. Ia hanya ingin terlihat natural.

*Marisa Pov*

Aku mulai keluar dari kamarku lalu melangkah kebawah menuju meja makan. Aku dan JUstin masih kelas XI, aku satu sekolahan dengannya. Membiacarakan tentang justin membuatku malas pagi ini.

"Pagi mom dad" sapaku lalu mengecup kedua pipi mereka.

"Pagi sweetheart" jawab dadku. Dan momku hanya tersenyum.

My BoyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang