Ada kalanya dua orang yang saling mencintai tidak dapat bersatu. Alasannya hanya karena mereka memang tidak ditakdirkan bersama.
Aku menatap cincin disematkan di jari manismu, berisi jutaan janji suci nan manis untuk masa depanmu. Kulihat matamu beralih padaku, lalu kamu tersenyum, aku tersenyum, kamu bahagia.
Aku ingat sebelumnya kita bertemu, lidahku kelu saat kau bercerita tentang rancangan masa depanmu dengan seseorang yang telah kau pilih dan itu bukan aku. Kamu tidak memilihku. Karena kamu tidak pernah tau. Kamu pernah datang terlalu cepat, lalu aku terlambat, mungkin kita memang tidak pernah ditakdirkan untuk bersama.
Aku masih ingat matamu yang berkaca-kaca saat aku mengucapkan kata cinta padamu. Aku mengusap pipimu yang lembut, lalu matamu terpejam merasakannya. Kemudian kamu bilang mengapa sekarang? Kamu bilang aku sudah terlalu terlambat. Aku tak dapat menahan perasaanku lagi, aku memelukmu. Kamu hanya diam membisu dengan matamu yang berkaca-kaca, berbisik di telingaku bahwa tidak bisa melakukannya, kemudian pergi menjauh.
Aku tahu kali itu kamu benar-benar akan pergi menjauh. Karena aku tahu benar akan karaktermu, jika kamu sudah memilih, hati dan niatmu kuat seperti karang. Tak ada yang bisa menggoyahkannya. Menyisakan luka untuk orang sepertiku yang berusaha menggoyahkannya.
Tapi bukankah kamu lebih lama menahan luka daripada aku? Lalu dia perlahan menyembuhkannya?
Aku yakin pasti ada saatnya luka dalam diriku sembuh. Entah karena terbiasa dengan sakitnya, atau akan ada seseorang yang akan menyembuhkannya.
Tapi untuk saat ini, melihatmu tersenyum bahagia atas pilihanmu memberiku kekuatan untuk menahan pedihnya.
Segitu saja sudah cukup. Cukup.
Berbahagialah selalu, kamu pantas mendapatkannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kertasburam (Rasa)
Short Story"Setiap orang memiliki rangkaian kata yang tak sempat terucap, terdiam dalam sudut hati. Karena rasa, hanya yang punya hati saja yang mengerti" Bukan cerita pendek, bukan sajak atau puisi, apalagi novel. Hanya sekumpulan tumpahan perasaan yang tak s...