Chapter 10

6.1K 680 28
                                    

-SISI-

Ya Allah apa yang harus aku lakukan?.. Ucapan Digo terus terngiang di telingaku..

"Si? Apa kau bisa merasakan apa yang kurasakan terhadapmu?" kata Digo menatap dalam mataku. Ada kilatan yang tak ku mengerti di matanya.

"Aku... Aku mencintaimu, Si. Aku mencintaimu Silvia Sisilia Gulva. Aku mencintaimu Pelayan Cantikku, Permata Hati Hazelku. Aku Mencintaimu!!"
Bisa kurasakan Digo mengatakan itu dengan satu helaan nafas, dan aku bisa merasakan ketulusan yang ia salurkan melalui tatapan dan genggaman tangannya

"Digo?.."
Aku bergumam tidak percaya. Pasalnya Digo bukan mencintaiku. Dia mencintai Silvia Sisilia Gulva bukan Sisilia Zahra Arbiah.

Digo terus menatapku dengan tatapan elangnya yang seakan mengunci pandanganku agar tidak berpaling ke mana pun.

"Kau tidak boleh mencintaiku, Digo! Tidak boleh!!" tanpa ku sadari setetes air mata ku keluar begitu saja.

"Kenapa?" suara Digo tertahan di tenggorokannya. Airmata ku semakin deras menetes.

"Tidak bisa Digo. Itu malah akan membuat diantara kita sakit. Aku akan menyakitimu dan kau akan menyakitiku. Kita.. Kita.. Argh. Maaf Digo" dengan kasar aku menghapus airmataku dan berlari kearah kamarku. Ku dengar digo meneriakkan namaku -SISI-.

Arghhh..... Ya Allah, jujur aku mencintainya, mungkin lebih dari ia mencintaiku. Namun, aku sadar ini salah. Aku sadar kami tidak akan bersama. Takdir ku dan takdirnya berbeda.

"Sisi?, kau didalam, Nak?"

Itu Paman Gerald. Ah paman.. Aku ingin bercerita padamu...

"Iya, Paman. Sebentar."

Aku bergegas membuka pintu dan mempersilahkan Paman Gerald masuk.

"Duduk, Paman" aku mempersilahkan beliau duduk di kursi samping tempat tidurku dan aku duduk di tepi tempat tidur, karena tidak ada kursi lagi.

"Besok adalah kebebasanmu, Si"
Ucap Paman Gerald.

Ya, aku tau itu. Dan itu berarti besok Digo akan tahu siapa sebenarnya gadis yang ia cintai.

"Paman? Bisa kita tidak membicarakan itu dulu? ... Adahal yang ingin aku ceritakan pada paman."
Aku menatap Paman Gerald memohon.

"Ada masalah apa, Nak?"

"Paman, apa rasa cinta ini salah? Aku mencintai Pangeran Digo, Paman. Dan.. Dan tadi dia.. Dia mengatakan bahwa dia mencintaiku, ah bukan, dia tidak mencintaiku, tapi dia mencintai Sisi bukan Zahra.. Paman aku.. Aku takut... Aku tak mau kehilangannya. Tanpa kami berdua sadari kedekatan kami sebagai teman itu menumbuhkan rasa yang asing,, belum lama memang kami mengenal namun, aku merasa aman dan nyaman berada di dekatnya, sifatnya yang terkadang membuat orang kesal itu yang membuat nya istimewa dimataku. Paman,, apa yang harus aku lakukan..."

Ah aku benci saat airmata ini jatuh di wajahku...

Terlihat sedetik Paman Gerald terkejut namun sekejap ia langsung tersenyum dan memelukku hangat bagai seorang ayah, air mata ku semakin deras di pelukan Paman Gerald.

"Si, Rasa Cinta itu datang dari Tuhan, hanya Tuhan yang bisa mempermainkan hati seorang hamba, menempatkan Cinta, melepas Cinta, dan mempertahankan Cinta... Ini mungkin sudah Takdir mu, Nak. Kau dan Pangeran Digo tidak bisa melawan takdir-NYA. Tuhan hanya satu, Si, ingat itu, hanya Keyakinan lah yang membedakannya. Itu artinya DIA sudah menuliskan semua suratan tentang Kalian. Jadi, jangan pernah berfikir bahwa kalian tidak bisa bersatu. Karena bukan Kalian yang menentukan. Sudahlah, Nak. Jangan kau fikirkan, jalani apa yang ada sekarang. Tuhan selalu bersamamu."

Cinta Segitiga (Aku, Kamu, dan Tuhan)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang