Chapter 5

6.2K 646 46
                                    

Kini Pangeran Digo dan Sisi sudah berada di Depan pintu penjara bawah tanah tempat Pangeran Fathan di tahan. Jantung Sisi berdetak tidak karuan. Tanpa ia sadari ia mempererat genggaman tangannya yg digenggam oleh Digo. Digo menoleh ke arah Sisi, matanya mencari mata Hazel Sisi, Digo merasakan sesuatu yang janggal disini. Di Mata Pelayan Cantik.

"Kenapa?" tembak Digo yang membuat Sisi melihat kearah Digo.

Sisi menggeleng dan mencoba melepaskan Tangannya yg di genggam oleh Digo namun Digo malah makin mempererat genggamanya.

Prajurit yang menjaga Pintu Masuk Penjara memberi Hormat kepada sang Putra Mahkota, kemudian membuka pintu itu.

******

Sisi/Zahra POV

Rasanya mau pingsan saja sekarang. Aku melihat ka Fathan yang tergeletak tidak berdaya di dalam Tahanan, luka lebam dimana2. Ya Allah, kuatkan kak Fathan. Ka Fathan belum menyadari kehadiranku.

"Fathan Daud?.. Bagaimana?, sudah siap mati?" ucap Pangeran Digo kejam, membuat kak Fathan mau tak mau melihat ke arah kami. Semula, kak Fathan tidak menghiraukannya tapi matanya membulat melihat diriku yg berada di sebelah Putra mahkota Albertus.

Aku memejamkan mataku. Berusaha bertelepati dengan kak Fathan.

"Aku disini untuk kakak. Berpura2 lah tak mengenalku."

Ku buka mataku. Kulihat kak Fathan memejamkan matanya. Saat ia membuka matanya aku menutup mataku berkonsentrasi.

"Kenapa? Kenapa kamu nekad Zahra!! Kenapa tidak Abigail yang kesini? Jika memang Abigail tidak bisa seharusnya kamu biarkan aku membusuk disini!! Ini bahaya Zahra. Aku mohon kembalilah ke Kerajaan.!!"

Aku membuka mataku setelah mendengar apa yang dikatakan ka Fathan. Kulihat dia menatap sendu ke arah ku. Aku tersenyum tipis dan menggeleng.

"Aku masih berbaik hati menjengukmu Putra Mahkota!.. Ku kira kau sudah mati disini.. Tp kau kuat juga? Apa aku harus memenggal kepalamu?" kata Pangeran Kejam itu lagi. Reflek aku berteriak. "Jangan!!"

Pangeran Digo beralih melihatku dengan pandangan yg sulit diartikan.

Aku Gugup(Lagi)

"Makk..maksud saya, apa itu tidak terlalu kejam Pangeran?.. Apa Pangeran tidak memikirkan keluarga tahanan itu?.. Saya tahu betul bagaimana rasanya di tinggal seorang Kakak karena di Fitnah dan di Hukum mati di Jerrussalem sana." ucapan kebohongan ku mengalir begitu saja.

"Persetan!!! Persetan dengan keluarga mereka. Bahkan aku akan membunuh semua keluarganya!" Pangeran Digo berteriak murka dan berjalan meninggalkan ku. Aku mendekat ke arah Tahanan. Aku berkata kepada ka Fathan.

"Tunggu Zahra. Ka." kemudian aku berlalu mengejar Pangeran Digo.

*******

Digo POV

Aku murka. Aku marah!! Baru kali ini ada Pelayan yg menasehati ku. Menurutku ini adalah Pelecehan! Bagaimanapun mereka itu orang rendah tidak pantas menasehatiku, yg jelas kaum bangsawan.

"Pa..pangeran?" sahut Pelayan Bodoh itu yang tiba2 sudah ada di pintu kamarku.

"Apa Lagi? Kau mau menasehatiku lagi? Tepuk tangan yg meriah untukmu!! Jangan mentang2 tadi aku mencium dan memelukmu kau bisa seenaknya menasehatiku. Kau itu Rendah! Kau tau? R E N D A H!!!" pekikku marah. Kulihat dia menunduk.

"Maaf, saya tidak bermaksud menasehati pangeran. Saya hanya kasihan pada tawanan tadi." kata Pelayan itu hampir seperti lirihan.

Aku menghela nafas panjang menahan emosiku. Ntah kenapa aku tidak ingin Pelayan Bodoh ini menangis karena ku.

Cinta Segitiga (Aku, Kamu, dan Tuhan)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang