Chapter 10 - Soal Kepergian

4.3K 249 3
                                    

"Saat-saat dimana pertama kali mengenalmu, semuanya seolah terputar kembali di dalam otakku. Bolehkah aku memilikimu walau sejam saja?" - Karin

****

"Kau menyukai Toby, ya?" Pertanyaan Noira membuatku terlonjak kaget dan membuat nafasku sesak.

"Ti.. Tidak." Jawabku gugup.

"Tenanglah. Aku bukan siapa-siapa Toby." Kata Noira, badannya berbalik menghadap ke arahku. Aku langsung duduk menatapnya

"Mau kau pacarnya pun aku tidak perduli. Aku tidak menyukai Toby. Jadi terserah saja." Ujarku dan Noira tertawa

"Oh ya? Tapi matamu seperti menunjukan bahwa kau menyukainya." Jawab Noira dan duduk di hadapanku

"Tidak. Jangan konyol." Kataku

"Mau kuceritakan sesuatu?" Tanyanya

"A.. Apa?"

"Aku tahu kau akan penasaran." Jawab Noira, "Dulu, umurku masih 12 tahun, dan Toby 10 tahun. Kami bertetangga, bahkan tetangga kami banyak yang mengira kami itu saudara kandung. Lalu suatu kejadian yang tidak kuinginkan terjadi, aku dan Toby sedang mengikuti perkemahan waktu itu. Orang tuaku sering menitipkan aku dengan Ibu-nya Toby. Tiba-tiba, ayah Toby menjemputku dan menyuruhku pulang. Mereka bilang, orang tuaku kecelakaan dan meninggal di tempat. Maka sejak saat itu, aku harus membiasakan diriku untuk tinggal bersama keluarga Toby. Itulah mengapa aku sangat dekat dengannya. Dan aku sudah menikah dengan Kevin, Kevin adalah kakak laki-laki Toby. Usianya 4 tahun lebih tua dibanding Toby. Aku dan Kevin tinggal di German sekarang, dan aku kesini hanya untuk berkunjung." Lanjut Noira menjelaskanku tentang asal-usulnya.

"......" Aku hanya bisa diam

"Aku tahu kau menyukainya, Karin." Ucap Noira dan aku hanya mengangguk lirih

"Tapi, sewaktu Toby sakit, Toby mengigau dan menyebut namamu." Ucapku

"Toby memang sering mengigau. Dia bisa menyebutkan nama siapa saja, atau bisa berkata apa saja dalam tidurnya. Sewaktu kecil, dia bahkan pernah tidur berjalan mengelilingi kamarnya. Dan dia biasa mengigau karena terlalu merindukan sesuatu." Jelas Noira. Dia seakan-akan mengenal Toby dengan sangat baik.

"Berarti dia merindukanmu, 'kan?" Tanyaku

"Ya. Mungkin saja. Merindukanku sebagai "saudara"nya. Bukan karena dia menyukaiku, Karin."

"Aku mengerti." Ucapku

"Toby bukan tipe orang yang mudah di dekati. Pacar terakhirnya saja saat dia berumur 17 tahun, dan sekarang umurnya 19 tahun. Jadi, kuharap kau bisa bersabar mendekatinya. Dia juga tipe orang yang dingin, jadi jika dia menunjukan perubahan sikap padamu, tandanya dia tertarik padamu." Noira tersenyum menatapku

Jantungku berdebar, Toby memang menunjukan perubahan sikap akhir-akhir ini.

"Seperti itu, ya? Jadi, boleh aku berharap aku bisa mendapatkan Toby?" Tanyaku

"Tentu." Jawab Noira, "Maafkan sikapku seharian ini, ya. Aku tahu kau pasti jengkel melihat aku dan Toby. Kuharap kau tidak membenciku." Lanjut Noira.

****

Pagi mejelang, aku bangun agak siang hari ini. Aku semalam tidur larut dengan Noira. Kami banyak membicarakan sesuatu.

Aku melenguh dan merentangkan badanku, disampingku sudah tidak ada Noira. Aku melirik jam dinding, dan sekarang pukul 10 pagi

Aku duduk di pinggir ranjang, aku seperti mendengar suara laki-laki lain. Bukan suara Toby. Aku membuka pintu sedikit dan mengintipnya,

"Apa itu yang namanya Kevin?" Pikirku

"Kau tidak bisa seperti ini terus, Tob. Ikutilah apa yang ayah mau." Kata lelaki berambut hitam yang duduk di hadapan Toby.

"Ya. Aku tahu." Jawab Toby.

Aku tidak mengerti apa maksudnya. Jadi aku kembali lagi ke kasur dan melihat ponselku. Tidak ada signal disini, jadi aku menghidupkan flight mode saja pada ponselku.

Cklek

Pintu kamarku terbuka, Toby berdiri di pintu itu dengan kaos putih polos dan celana pendek selutut.

Aku menoleh padanya,

"Sudah bangun?" Tanya Toby dan duduk di pinggir ranjang

"Hmm.. Ya." Jawabku

"Ada kakakku diluar, dan Noir ingin pulang, maukah kau ikut aku mengantar mereka?" Kata Toby

"Baiklah. Aku rapih-rapih dulu." Jawabku dan hanya dibalas anggukan oleh Toby. Dia lalu pergi meninggalkan kamarku.

****

"Dia kakakku, namanya Kevin." Toby mengenalkan aku dengan kakaknya, "Dan Kevin, dia Karin, dia adalah..." Noira memotong ucapan Toby,

"Karin adalah pacar Toby." Lanjut Noira tersenyum. Aku dan Toby terbelalak kaget

"Oh, hai Karin. Senang mengenalmu." Kata Kevin menjulurkan tangannya untuk berkenalan, dan kusambut tangannya.

"Baiklah, kami harus pulang sekarang, Tob. Atau kami akan ketinggalan pesawat." Kevin berpamitan

"Ya sudah. Ayo kuantar. Sampai bandara saja, ya." Jawab Toby

"Tidak usah. Kami bisa berdua saja kok, iya 'kan, sayang?" Noira menjawab ajakan Toby dengan bersemangat dan menatap Kevin seakan minta persetujuan

"Ya. Noira benar. Ya sudah, jaga dirimu ya. Dan ayah menunggumu, cepatlah kesana." Ucap Kevin dan menepuk pundak Toby. Noira hanya tersenyum dan mengecup pipi Toby.

****

Aku dan Toby duduk diruang keluarga. Keheningan terjadi, hanya ada suara TV yang menyala

"Tob?" Panggilku

"Ada apa?"

"Kevin bilang ayahmu menunggumu. Lalu mengapa kau tak kesana?"

"Itu tidak semudah yang kau pikir."

"Lalu?"

"Ayahku menyuruhku berhenti bermain-main dalam bekerja, aku harus bekerja dengan serius, aku disuruh melanjutkan bisnisnya. Kau tahu? Itu tidak mudah. Aku tidak tertarik samasekali dengan dunia bisnis. Dan jika aku meneruskan bisnis ayahku, aku tidak akan tinggal disini lagi. Semua keluargaku menetap di Amerika. Hanya aku yang disini." Toby menjelaskan

"Mungkin ayahmu ada benarnya juga."

"Tidak!" Toby berteriak agak keras

Aku terlonjak kaget dan menatapnya penuh heran

"A.. Aku tidak bisa.." Lirihnya

"Tidak bisa apa?"

"Meninggalkanmu begitu saja.."

To be continued...

Trouble MakerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang