Chapter 2 - Menaati Peraturan

7.1K 359 5
                                    

"Masih ingin membolos sekolah?" Tanya Toby, lamunanku seketika buyar.

"Masih!" Jawabku mantap

"Oke, baiklah." Toby langsung menghampiriku, aku tersenyum bangga, ia menuruti kemauanku untuk membolos sekolah!

Ah, tapi sepertinya dugaanku salah, ia mengembangkan senyum mencurigakan di wajahnya. Tak perlu waktu hingga bermenit-menit, Toby langsung menarik tanganku yang sedang bermalas-malasan diatas sofa

"A.. Apa yang kau lakukan?!" Aku mencoba melepaskan genggaman tangannya di pergelangan tanganku, tapi rasanya mustahil, bagaimanapun ia lelaki, tenaganya lebih besar dibanding aku.

"Kau harus sekolah. Tidak ada kata "melanggar peraturan" selama aku disini." Jawab Toby santai sambil terus menarik tanganku

"Sial! Sepertinya hari-hari burukku harus dimulai dari sekarang!" Bicaraku dalam hati.

****

"Sudah siap?" Tanya Toby melihatku keluar dari kamarku

"Aku tidak pernah siap untuk sekolah di cuaca yang seperti ini." Jawabku

"Oh, kau sudah siap? Bagus! Ayo kita pergi." Toby menarik tanganku (lagi). Mungkin jika tanganku terbuat dari sesuatu yang lunak, tanganku mungkin sudah "hancur", mengingat Toby menggenggam dan menarik pergelangan tanganku sangat kuat.

"Apa kau tuli, hah?! Aku bilang aku tidak siap!" Aku berteriak saat Toby membawaku keluar rumah menuju mobil

"Oh ya? Bicaramu barusan terdengar seperti kau sangat siap. Ayolah, berjalan lebih cepat sedikit, waktumu tidak banyak." Jawab Toby santai

"Sialan!" Aku menggerutu dalam hati

****

Toby menurunkanku di depan gerbang sekolah. Aku kesal dengan sikapnya, tidak! Lebih tepatnya, aku sangat kesal!

"Aku akan menjemputmu tepat waktu." Ucap Toby

"Tidak perlu. Aku bisa pulang naik bus, dibanding harus dijemput pria kasar sepertimu." Jawabku menunjukan ekspresi tak suka

Toby hanya tersenyum -senyum penuh arti- dan langsung melajukan mobilnya pergi.

"Apa benar dia itu anak dari teman ayah? Kenapa sikapnya kasar sekali? Apa jangan-jangan dia penjahat yang menyamar sebagai Toby? Dan Toby disekap? Ah, aku harus menanyakannya nanti!" Pikiranku terus bergerumuh tentang siapa sosok Toby sebenarnya.

"Selamat pagi, Karin!" Elsa menepuk pundakku

"Hai, Elsa. Selamat pagi juga." Jawabku datar

"Kenapa lesu sekali?" Tanya Elsa

"Ibu dan ayah "mengirim" seseorang kerumahku pagi ini. Ia tampan, tapi..." Elsa memotong ucapanku,

"Tapi apa? Apa yang kau tunggu? Ia tampan! Dan kalian hanya berdua dirumah! Apalagi yang kau tunggu, Karin? Kau bisa menjadikannya pacarmu!" Ucap Elsa sumringah

"Stop! Kenapa kau selalu bersemangat jika mendengar kata "tampan"? Ayolah, Elsa, tidak semua yang tampan itu baik 'kan? Contohnya Toby, ia tampan, tapi sikapnya sangat kasar! Ia dua kali menarik pergelangan tanganku pagi ini!" Ujarku dan menunjukan pergelangan tanganku yang sedikit merah

"Ouch, maaf!" Jawab Elsa melihat pergelangan tanganku dengan ekspresi terkejut

"Kupikir aku harus merencanakan sesuatu untuk mengusirnya dari rumahku." Usulku pada Elsa

"Lalu?" Tanyanya

"Hey, aku memintamu untuk membantuku!"

"Itu bukan ide yang bagus, Karin. Bagaimana jika ia berlaku kasar padaku juga karena aku berkerjasama denganmu untuk mengusirnya? Bagaimana jika aku diculik olehnya? Atau bahkan yang lebih buruk dibunuh?! Aku tidak mau mengambil resiko, Karin!" Jelasnya panjang lebar. Kupikir anak ini terlalu banyak membaca novel yang berbau kejahatan. Dasar!

"Tapi..." Elsa memotongnya,

"Sudah dulu, ya! Sampai bertemu nanti!" Elsa melambaikan tangan padaku dan berlalu pergi.

"Ya Tuhan! Mengapa hidupku sial sekali?!"

****

Bel pulang berbunyi, aku melangkahkan kakiku secara hati-hati menuju gerbang, berharap tidak ada Toby disana.

Dan...

Yes! Dugaanku benar! Tidak ada Toby!

Tapi, tunggu dulu, sebuah mobil hitam berlaju dengan kecepatan sedang menghampiriku dan menyamakan kecepatannya dengan langkah kakiku.

"Masuklah!" Ucap Toby saat kaca mobil terbuka

"Sial! Sial! Sial!!" Aku menggerutu kesal di dalam hatiku

"Apa yang kautunggu? Cepat masuk. Aku sudah dihadapanmu, dan kau tidak mungkin masih bersikeras ingin naik bus. Atau akan kutarik lagi tanganmu seperti tadi pagi." Ujar Toby dingin

Aku memasuki mobil dengan perasaan sangat kesal. Mobil perlahan melaju,

"Apa kau benar anak dari teman ayahku?" Tanyaku menatap Toby yang sedang menyetir,

Toby tidak menjawab apapun

"Hey, aku bertanya! Apa kau benar anak dari teman ayahku?!" Tanyaku agak lebih keras dibanding tadi

"Hey, Toby!!" Aku benar-benar berteriak sekarang

Toby menatapku sekilas -dengan tatapan sinis-,

"Kau bisa menanyakannya nanti saat makan siang. Aku sangat tidak suka saat menyetir diajak berbicara." Jawabnya dingin. Tatapannya kembali fokus menatap jalanan.

"Aarrgghh.. Kenapa dia begitu menyebalkan?!"

To be continued..

Trouble MakerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang