Chapter 9 - Toby Seperti Bintang

4.5K 225 0
                                    

"Kau itu seperti bintang. Dapat kulihat, tapi aku tak bisa mendapatkannya atau bahkan menyentuhnya. Sangat mustahil untuk bisa menyentuh dan mendapatkan bintang." - Karin

****

Aku terlonjak kaget, aku bangun dari tidurku, jam sudah menunjukan pukul 5 sore. Aku tertidur sehabis makan siang tadi. Aku segera melangkahkan kakiku keluar kamar.

Aku membuka pintu kamar sedikit, dan melihat Noira dan Toby ada di dapur, mereka sedang membuat sesuatu. Rasa penasaran mendorongku untuk menghampiri mereka,

"Oh, kau sudah bangun?" Noira menyapaku lebih dulu. Tepatnya sih berbasa-basi.

"Hmm.. Ya." Jawabku dihiasi senyum. Aku mengambil air minum di kulkas

"Mau bergabung? Kami sedang membuat kue, lho." Ajak Noira sembari menatapku sumringah. Bibirnya yang tipis selalu melemparkan senyum padaku.

Namun Toby hanya diam, dia tidak menawariku untuk bergabung, dia justru sibuk dengan segala macam peralatan membuat kue itu. Jadi, kupikir aku memang tidak penting. Iya, 'kan?

"Tidak, terima kasih. Aku tidak bisa membuat kue." Jawabku

"Oh ya? Sayang sekali." Noira menatapku sedih. Atau mungkin dengan tatapan meledekku.

"Aku pergi ke halaman saja. Ingin mencari udara segar." Kataku dan hanya dibalas anggukan oleh Noira. Sementara Toby masih tetap tidak mau menoleh.

Aku duduk di bangku yang ada di halaman, menghembuskan nafasku berat. Pandanganku lurus ke depan, entah menatap apa..

Oh ayolah, memang pantas jika Toby menyukai Noira, atau bahkan pantas saja jika mereka berpacaran.

Noira cantik, rambutnya (sepertinya) tidak kasar, matanya bagus, bibirnya tipis, dan menurutku ia punya segala hal yang perempuan inginkan.

Sedangkan aku? Rambutku kasar, ah sudahlah, aku rasa aku tidak perlu menyebutkannya lagi. Intinya adalah, aku jelek.

Meskipun semua teman-temanku selalu bilang,
"Kau sangat cantik," atau "Kau selalu mendapatkan apa yang kaumau," atau "Kau sangat beruntung, ya."

Kenyataan pertama adalah: aku tidak cantik. Mungkin mata mereka mengalami kerusakan yang parah saat berkata bahwa aku cantik.

Kenyataan kedua adalah: aku tidak selalu mendapatkan apa yang kumau. Seperti sekarang, aku mau Toby, tapi aku tidak bisa mendapatkannya. Lagipula, aku hidup untuk mendapatkan apa yang kumau, jika semua yang kumau sudah kudapatkan.. Lalu untuk apa aku hidup? Jadi bisa disimpulkan, perkataan teman-temanku tentang "Kau selalu mendapatkan apa yang kaumau." itu adalah salah besar.

Kenyataan ketiga adalah: aku tidak seberuntung yang mereka pikir. Mungkin mereka berpikir aku beruntung bisa mempunyai orang tua kaya, rumah besar, dan sebagainya. Tapi nyatanya.. Aku tidak seberuntung itu.

****

Angin berhembus kencang menerpa wajahku, aku memejamkan mataku sebentar, meresapi keheningan yang ditimbulkan angin..

"Karin!" Suara seseorang di belakangku membuatku membuka mata.

Aku menoleh, dengan wajah penuh tanya

"Masuklah. Anginnya tidak bagus. Sebentar lagi pasti hujan, ayo!" Noira melambaikan tangannya, mengisyaratkanku untuk segera masuk.

Aku hanya mengangguk dan melangkahkan kakiku menuju kerumah.

Setelah aku masuk, Noira menutup pintunya.

"Kau lapar?" Tanyanya

Aku hanya menggeleng

"Kau mau makan apa nanti?" Noira bertanya lagi. Dia kelihatan seperti orang baik, tapi tetap saja aku membencinya.

"Terserah kau dan Toby saja." Jawabku.

Tanpa sadar, kakiku mengikuti langkahnya yang berjalan menuju dapur.

Kulihat Toby sedang memotong kue menjadi beberapa bagian. Noira menatap Toby terkejut dan langsung menghampirinya sembari tertawa kecil,

"Kue itu memalukan! Itu kue gagal, sebaiknya kau buang saja." Noira terus tertawa, diikuti dengan tawa Toby,

"Tidak apa-apa. Ini 'kan memang percobaan kita." Jawab Toby menyodorkan sepotong kue pada Noira

"Rasanya gosong." Kata Noira dan tertawa. Aku seperti angin di hadapan mereka berdua. Ada, tapi tak terlihat.

"Kau mau juga?" Tanya Toby kepadaku

"Jangan menawarkan makanan yang tidak enak kepada orang, Tob." Ucap Noira

"Tidak. Terima kasih." Jawabku.

Oh ayolah, bilang saja kau memang tidak mau membagi itu padaku. Dasar!

Aku muak berlama-lama disini.

****

Jam sudah menunjukan pukul 9 malam

"Hey, kemari!" Noira memanggilku yang sedang di dapur membuat teh

"Ada apa?" Tanyaku

"Ayo nonton film horror. Kau suka film horror kan?" Kata Noira mengajakku

"Tidak. Aku tidak suka." Jawabku dan kembali ke dapur.

Apa-apaan sih dia? Sikapnya sok baik padaku. Membuatku semakin muak melihat wajah dan tingkahnya.

"Ah, sayang sekali." Ucap Noira lirih. Bisa kulihat Toby melihatku dengan tatapan aneh.

****

Aku membaringkan tubuhku diatas kasur. Kamar yang sekarang kutempati adalah kamar Toby. Dan Noira akan tidur disini juga. Sungguh menyebalkan.

Suara Noira yang kadang menjerit ketakutan, tawa Toby yang menertawakan ketakutan Noira.. Itu membuat kepalaku seakan-akan penuh dan enggan tertidur.

Aku melirik jam dinding di kamar Toby. Sudah menunjukan pukul 11.

Cklek

Pintu kamar terbuka. Aku menoleh dan mendapati Toby di depan pintu,

Aku duduk di pinggir ranjang dan diikuti dengan Toby yang duduk disebelahku

"Ada apa?" Tanyaku enggan menatap wajahnya

"Tidak apa-apa kan tidur disini?" Tanya Toby

"Tidak."

"Maaf harus membuatmu berbagi kamar."

"Tidak apa-apa."

"Baiklah. Permisi. Selamat tidur." Toby mengusap kepalaku dan beranjak pergi.

Sesak. Hanya itu yang kurasakan.
Bolehkah sekarang aku menyebutnya sebagai play boy? Pacarnya ada disini, dan dia baru saja melontarkan pertanyaan yang seolah-olah memastikan bahwa aku baik-baik saja. Dan pergi dengan sebuah usapan.

Apa maksudnya? Ingin pamer bahwa ia tampan dan berhasil membuat dua wanita mengaguminya sekaligus? Hina sekali.

****

Aku dan Noira tidur dengan keadaan saling memunggungi.
Aku sudah menerka-nerka, pasti sepanjang malam akan terjadi keheningan. Pasti.

"Hey, kau sudah tidur?" Noira membuka suara

"Belum." Jawabku

"Kau menyukai Toby, ya?"

Nafasku seperti tiba-tiba berhenti mendengar pertanyaannya barusan. Sialan!

To be continued...

Kritik, saran, vote, dan comments sangaaaat diterima^^ terima kasih buat yg masih membaca cerita abal-abalku ya:'v

Trouble MakerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang