Lolyta Putri

3.8K 288 25
                                    

 Lolyta hanya bisa terdiam sambil bertopang dagu, menyakiskan ramainya jalanan Jakarta yang begitu padat, deretan mobil tidak ubahnya seperti rentetan semut yang berarak-arakkan berjalan sesuai jalur, bahkan jalur buswaypun sama menyesakkannya seperti jalanan lainnya. Ya, memang selalu seperti ini, terlebih saat jam makan siang datang, semua pegawai pemerintahan dan pegawai kantoran seolah-olah mencari menu makanan mana yang enak, atau bahkan lebih memilih diam di ruangan kerjanya dan menghindari kemacetan.

"Kenapa kamu mengacuhkan makananmu Lolyta? Apa kamu ingin tetap mungil seperti itu? Lihatlah tubuh dan wajah mungilmu, bahkan kamu masih pantas disebut anak SMA."

Lolita mengerucutkan bibirnya dengan sebal membuat Berliana mencubit pipinya gemas, sesekali Lolyta membenarkan posisi kaca matanya, sementara mata hazelnya manatap kakaknya dengan pandangan ingin membunuh. Setelah menjemput Rendra dari bandara, mereka berlima langsung menuju ke sebuah restoran keluarga dekat denga kantor RR Group dan itu semakin membuat Lolyta sebal.

Bagaimana tidak, jika Berliana dengan Roy dan Karenina dengan Rendra, sementara dirinya? Seperti orang bodoh yang hanya bisa meratapi nasibnya, duduk di sudut ruangan sendiri sambil diam-diam memandang kearah Rendra.

"Ohya Karen, puisi-puisi yang kamu kirimkan padaku sangat bagus..aku sama sekali tidak menyangka jika kamu memiliki bakat menulis yang luar biasa, kamu perayu hebat sayang." Mata Lolyta langsung melotot, wajahnya memerah karena tersedak, kenapa dari sekian banyak topik Rendra harus memilih topik sialan itu? Tidak bisakah dia rayu-rayuan saat berdua saja!

"Makanya kalau makan hati-hati Lolyta." Ucap Karenina sambil menyodorkan air mineral, sementara Berliana menepuk-nepuk punggung Lolyta dengan lembut.

"kamu tidak apa-apa? Apa perlu aku panggilkan dokter?" Wajah Lolyta semakin memerah saat Rendra terlihat begitu mengkhawatirkannya, 'cih....itu hanya khawatir seorang sahabat Lolyta, jangan besar kepala dulu kamu!!' Batin Lolyta sambil menggeleng cepat.

"Buka mulutmu!" Lolyta mengerutkan keningnya saat Roy memberinya perintah, ragu-ragu Lolyta menurutinya.

Roy melingkarkan tangannya kemudian menempelkan pada mulut Lolyta yang terbuka, sementara ujung tangan yang lain ditempelkan pada mulutnya. Mata Lolyta melotot saat Roy meniupkan udara kedalam mulutnya dengan keras, namun tidak berapa lama benda yang mengganggu tenggorokannya itupun masuk kedalam dengan sempurna.

"Kakak...itu menjijikkan..!! malu dilihat banyak orang!" Dengus Lolyta, sementara Berliana hanya bisa terkekeh melihat tingkah adik kakak itu.

"Lalu apa lagi yang bisa aku lakukan, kamu begitu kesakitan sampai-sampai matamu berair seperti itu Lolyta." 'Tenggorokanku memang sakit, tapi hatiku jauh lebih sakit jika terus berada di sini kakaku yang bodoh!!'

"Thanks a lot my big brother..but, I want to go now!! Aku ada perlu, dan aku akan naik taksi... nikmati double date kalian oke."

"Kakak antar." Belum sempat Roy berdiri Lolyta langsunng menatap Roy sambil berkacak pinggang.

"Stop it!! I'am not children my big bro..!! aku bisa pergi dengan kedua kakiku sendiri oke... dan jaga kak Berliana, aku bisa mengurus diriku sendiri!" Ucap Lolyta ketus,

Lolyta bisa melihat Rendra tersenyum dari sudut matanya, senyuman yang begitu manis namun memilukan, kenapa Rendra tersenyum disaat dirinya melakukan hal-hal konyol? Apakah dirinya harus menjadi comedian agar Rendra selalu tersenyum ke arahnya? Ataukah dia perlu ikut sule dan kawan-kawannya agar Rendra selalu tersenyum saat bersamanya? Bodoh! Tidak mungkin,

Diantara DiaWhere stories live. Discover now