Dream Walker (vol. 7)

206 24 6
                                    

"Girl, you knock me out."

***

"Permisi."

Seorang pemuda berseragam sekolah lengkap saat ini tengah berdiri di sebuah rumah dengan tangannya yang sesekali mengetuk pintu rumah tersebut. Ia nampak berdecak tak sabar menanti pintu itu terbuka. Pasalnya ia kini sangat khawatir mendapati gadis yang sudah membuatnya jungkir balik itu tak masuk sekolah.

Hei, baru kali ini dalam sejarah hidupnya ia sangat khawatir pada seseorang. Terlebih seorang gadis yang bahkan acap kali mengacuhkannya.

"Tunggu sebentar." sahut seseorang yang ada di dalam rumah tersebut.

Setelah beberapa menit menunggu, akhirnya pintu tersebut terbuka dan menampilkan sosok wanita paruh baya yang hanya mengenakan terusan panjang yang sangat longgar dengan rambut yang digelung ala kadarnya. Ya, kau taulah selera ibu-ibu.

"Oh ada yang bisa ku bantu nak?" tanyanya ramah.

Keadaan menjadi hening sejenak,

"Em bibi, tadi aku tak melihat Yuka disekolah. Apakah dia sakit?" tanya si pemuda pada akhirnya dengan raut canggung sekaligus khawatir.
Sebenarnya ini baru pukul satu siang dan ia sudah memutuskan untuk pulang walaupun masih ada sisa satu jam pelajaran. Membolos tepatnya. Namun apa pedulinya? Toh ia juga sudah dicap sebagai one of bad guy in school.

"Ah kau teman Yuka ya? Ayo masuk dan duduk dulu. Biar kubuatkan minuman."

Si pemuda itu lantas menurut dan mengekori ibu Yuka untuk masuk ke dalam rumah tersebut. Ia pun duduk dan dengan sopan ibu Yuka meminta izin untuk membuatkannya minuman.
Setelah beberapa menit, ibu Yuka kembali dengan segelas jus orange di atas nampan yang ia bawa.

"Jadi, benar kau ini teman Yuka?"

Ibu Yuka memulai percakapan setelah ia duduk di hadapan pemuda itu. Diam-diam diamatinya dengan seksama pemuda yang berseragam persis dengan seragam milik Yuka itu. Dan betapa tak menyangkanya ia bahwa ternyata putrinya yang ia ketahui pendiam dan jarang memiliki teman ini malah tiba-tiba didatangi oleh pemuda tampan yang mengaku temannya. Sungguh diluar dugaannya.

"Ya bibi. Aku kesini ingin memastikan alasan ia tidak masuk sekolah. Pasalnya tadi seorang gadis yang duduk di bangku Yuka mengatakan ia tengah sakit." jelas si pemuda.

"Aah itu pasti Reina."

"Reina?"

"Ya, sepupu Yuka. Beberapa hari yang lalu ayahnya menitipkannya untuk tinggal disini sampai ia lulus SMA. Jadilah sekarang ia satu sekolah dengan Yuka. Dan syukurlah satu kelas." ujar ibu Yuka. Si pemuda pun mengangguk-angguk sembari bergumam kecil 'oh ternyata sepupunya.'

"Tadi pagi Reina mengatakan Yuka sedang tak enak badan. Reina juga yang membawakan sarapan dan obat Yuka ke kamar. Entah kenapa dengan anak itu. Dari tadi pagi sampai sekarang ia belum mau keluar." sambung ibu Yuka yang menampilkan raut heran di wajahnya.

"Em, boleh aku melihatnya bibi?" tanya si pemuda agak ragu. Ibu Yuka dengan segera mengangguk,

"Tentu saja. Kau kan teman Yuka. Oh ya siapa namamu nak? Aku hampir lupa menanyakannya."

"Aku Jae Hong bibi. Panggil saja Jay." tukas si pemuda bernama Jay itu.
Ibu Yuka mengangguk, kemudian ia meninggalkan Jay setelah berkata 'tunggu sebentar.' Dan kembali lagi dengan kunci di tangannya.

"Katanya ia tidak ingin diganggu. Tapi kau boleh menjenguknya. Dia memang agak manja dan nakal jika dirumah. Yasudah sana jenguklah. Kamarnya ada di pojok kiri dekat almari itu, kunci cadangannya ada di gantungan almari. Aku akan mencuci piring sebentar." tukas ibu Yuka setelah menunjuk lokasi kamar Yuka. Jay pun mengangguk mengerti dan segera melangkah menuju kamar Yuka ketika ibu Yuka sudah meninggalkan menuju dapur.

Ia menghela nafas sejenak, kemudian memasukan kunci dan memutarnya pelan hingga berbunyi 'KLIK' dan terbuka perlahan ketika ia memutar gagangnya.

Ia agak tersentak mendapati Yuka yang terbaring dengan wajah pucat dan peluh yang mengalir dari dahinya.

Jay mendekat, kemudian duduk di sisi ranjang Yuka dan tangannya dengan perlahan mengusap peluh di dahi Yuka.

"Hei gadis aneh. Kau bisa sakit juga ya." gumamnya.

Jay lalu mengedarkan pandangannya ke seluruh sudut kamar Yuka. Kamar yang tak terlalu luas namun cukup membuat nyaman penghuninya. Dindingnya yang berwarna cream dengan sticker pepohonan tertempel manis membuat kesan simple dan tak lupa jendela besar di sudut ruangan yang langsung menghadap ke bukit yang tak jauh dari kompleks perumahan Yuka menambah kesan santai.

Di dekat jendela itu terdapat rak buku yang cukup besar dengan banyaknya jumlah buku milik Yuka. Jay pun melangkahkan kakinya mendekati rak tersebut dan anehnya matanya tertuju pada satu buku yang sangat mencolok karena memiliki warna tosca dengan corak cokelat polkadot di sisinya.

Dengan rasa penasaran, ia dengan lancangnya mengambil buku tersebut dan membaliknya yang kini menampilkan cover depan buku tersebut.

YUKA'S BOOK. DON'T TOUCH

"Apakah ini semacam buku diary?" gumam Jay.

Meskipun di buku tersebut tertulis 'don't touch', bukan Jay namanya jika ia mematuhi. Diliriknya Yuka sebentar, kemudian ia memasukkan buku tersebut ke dalam tas miliknya, lalu melangkah keluar kamar Yuka.

"Bibi, aku ada urusan dan harus segera pulang, terimakasih sudah diijinkan menjenguk Yuka."

***

"What the--"

Yuka dan Tama sama-sama menampilkan ekspresi terkejut di masing-masing wajah mereka. Ralat, bukan hanya terkejut, tetapi hampir shock! Pasalnya setelah 'ditelan' portal, mereka lalu keluar dengan terpental dan mendapati hal yang sangat em, di depan mereka.

Sepuluh serigala dengan tampang garang.


"

Apalagi ini?!" geram Tama. Bahkan setelah memasuki portal, ia pikir ia dan Yuka akan memasuki mimpi yang jauh lebih indah dari hutan di mimpi suramnya dan berharap ada yang mau menolong mereka. Namun sayang, itu bahkan hanya sekedar ekspektasi. Realitanya, mereka kini tengah berada di hutan yang berbeda, dengan sepuluh serigala yang siap menerkam.

Berbeda dengan Tama yang sedang shock parah, Yuka yang tadinya shock pun kini malah menatap takjub hutan di depannya. Hutan ini, jika dilihat dari sudut pandang Tama, sungguh-sungguh-dan sungguh-sangat-menyeramkan. Terlebih pasti banyak hewan buas yang sangat berbahaya banyak berkeliaran. Seperti, di depan mereka contohnya. Namun bagi Yuka ini adalah titik terang untuk bisa pulang!

"Hutan Terlarang" gumam Yuka.

Tama tersentak dari pandangannya yang terarah pada sepuluh makhluk buas ini dan menatap Yuka dengan terkejut.

"A-apa?" tanyanya mencoba memastikan. Yuka tersenyum penuh arti, kemudian mengulang kembali kata yang baru saja ia ucapkan dengan penuh penekanan.

"Hutan Terlarang, Tama! Kita berhasil! Disinilah kita harus menemukan sang rubah."

Yuka tersenyum haru sembari menatap Tama.

"Ya ya. Lebih baik simpan niatanmu menemukan sang rubah dulu. Yang harus kita pikirkan adalah bagaimana cara kabur dari sepuluh makhluk ini." bisik Tama.

Yuka yang tadinya tersenyum menatap Tama, kini pandangannya beralih kedepan dan ekspresinya berganti seolah mengatakan 'Oh My God'

APALAGI INI?!

.

.

.

.

ToBeContinue...

Hei, new cover guys. Happy Reading! Jangan lupa vote dan comment! Hargai penulis.

XOXO



Dream WalkerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang