Dream Walker (vol. 1)

754 40 9
                                    


Ketika semua ini dimulai..

***

"Yuka, ayo bangun!!"

"Yuka!!"

Seorang gadis yang tengah terlelap di ranjangnya merasa terganggu dengan teriakan-teriakan yang sungguh sangat memekikkan telinganya. Ya, gadis yang namanya tengah di teriaki itu hanya mengerjapkan matanya beberapa kali karena terkena bias matahari pagi, namun dengan malasnya ia kembali menutup matanya dan memutuskan untuk tidur. Seingatnya ini adalah hari Minggu, jadi ia tak perlu repot-repot bangun awal karena takut terlambat sekolah.

"YUKAA!!!!!"

Dan lihatlah. Itu adalah teriakan terakhir, yang cukup dahsyat dari bibir seorang wanita paruh baya. Dan teriakan itu sukses membuat Yuka -si gadis yang terlelap- terlonjak bangun.

"Astaga ibu. Aku masih ngantuk." ujar Yuka seraya menguap lebar-lebar, tak lupa mengucek kedua kelopak matanya.
Wanita paruh baya yang ia panggil ibu hanya mendelik, kemudian dengan segera menyibak selimut bergambar Pororo yang membungkus tubuh gadis itu.

"Ayo cepat bangun!! Ini sudah pagi!" tegas ibu.

Yuka hanya menguap, dengan tubuhnya yang terduduk ia kembali menutup kedua matanya.

"Ibu ini kan hari Minggu. Tidak biasanya ibu membangunkanku pagi-pagi!" tukas Yuka malas, kemudian memposisikan tubuhnya untuk bersiap berbaring lagi. Namun sayang, sang ibu telah mencegahnya dengan menarik tangannya hingga ia terjungkal dan mau tak mau kini turun dari ranjangnya.

"Cepat mandi. Kita kedatangan tamu." ujar ibu sambil mendorong punggung Yuka menuju kamar mandi.

"Tamu? Siapa?"

"Pamanmu dan Reina"

Mendengar dua nama tersebut Yuka mendelik. Reina!! Dia adalah sepupu sekaligus sahabat Yuka yang sangat Yuka rindukan, karena Reina lah yang sangat mengetahui Yuka. Bahkan rahasia yang Yuka sembunyikan dari keluarganya, hanya Reina yang tahu. Rahasia seorang Yuka. Ya, mengenai dirinya yang seorang Dream Walker.

Setelah beberapa menit Yuka habiskan untuk mandi dan menata diri, ia memutuskan untuk menuju ruang tamu dimana pamannya dan Reina kini berada. Ia tersenyum begitu melihat sesosok gadis bersurai hitam sebahu tengah duduk di sofa pojok tengah tertawa kepada ibunya. Sudah dua tahun ia tak bertemu Reina. Maka tak salah jika ia merindukan gadis itu. Ia juga tak sabar ingin menceritakan petualangannya di alam mimpi akhir-akhir ini.

"Yuka?" panggil Reina ketika gadis itu melihat Yuka melangkah mendekat. Mereka sama-sama tersenyum senang, tak lupa saling berpelukan.

"Wah Yuka, kau tumbuh sangat cepat nak." ujar Paman sembari tersenyum hangat. Keriput juga terlihat di area matanya, menandakan ia juga semakin tua. Yuka memeluk Pamannya, kemudian duduk di samping ibunya dan memulai percakapan panjang tentang kabar masing-masing, hingga apa yang telah dilalui masing-masing ketika tak berdekatan.

"Untuk sementara Reina menginap disini karena Pamanmu ada proyek juga di daerah sini. Dan mungkin ia juga akan masuk di sekolahan yang sama denganmu." tukas ibu yang sungguh sangat membuat Yuka senang. Ia tak lagi kesepian sekarang. Ya, Yuka si gadis penyendiri tak lagi selalu sendirian sekarang. Setidaknya ada Reina.

***

"Jadi bagaimana petualanganmu?" tanya Reina begitu keduanya tiba di dalam kamar Yuka.

"Sangat menyenangkan! Kau tahu, kemarin aku menjelajah di New Zealand!" ucap Yuka girang. Reina hanya tersenyum, kemudian membaringkan dirinya diatas kasur empuk Yuka.

"Andai saja aku bisa menjelajah sepertimu. Pasti menyenangkan." ucap Reina dengan nada sedikit sedih. Yuka ikut membaringkan tubuh di samping Reina,

"Tidak selalu menyenangkan kok. Ada kalanya aku menjelajahi mimpi orang gila. Atau bahkan di kejar anjing." celetuk Yuka.
Keduanya pun tertawa, kemudian lambat laun kantuk pun menyergap, dan masing-masing dari mereka terlelap.

***

Yuka menatap sekeliling dengan bingung. Kini mimpinya menyeretnya pada sebuah hutan yang sangat asing baginya. Dan ini baru pertama kalinya ia menjelajah hutan yang menurutnya agak seram. Biasanya ia akan menjelah di tempat-tempat indah.

Baru kali ini mimpinya terasa aneh.

Ia terus menyusuri hutan itu tanpa rasa takut. Ia sadar bahwa ini adalah dunia mimpi.

"Kenapa sepi sekali. Biasanya di hutan banyak hewan." gumamnya seraya menoleh ke sekelilingnya yang di penuhi pohon-pohon besar dan semak belukar. Ia terus melangkah, hingga..

SRETTT~

Yuka terlonjak kaget ketika bunyi semak-semak tersibak terdengar di telinganya. Itu bukan dia yang melakukannya. Suara semak itu terdengar keras, sangat kentara jika disibak dengan kasar.
Sekali lagi ia menoleh ke segala arah, dan ia tak menemukan apapun atau siapapun di sekitar sini. Hanya ada dirinya.

Yuka berusaha mengabaikan bunyi itu dan kembali melangkah, menemukan tempat untuk berlindung karena langit sangat dipenuhi awan pekat saat ini dan itu tandanya akan turun hujan yang sangat deras.

Namun tiba-tiba suara semak-semak di belakangnya kembali terdengar. Refleks Yuka menoleh, dan lagi-lagi tak ada yang ia pergoki.

Yuka menelan ludah. Ini sudah mulai horror. Ia lalu mempercepat langkah kakinya karena pikirannya mulai kalut. Ia mulai takut kali ini.
Dan satu kali lagi, bunyi itu kembali terdengar. Bahkan sangat dekat.

Namun belum sempat ia menoleh dengan sempurna, tangannya tiba-tiba ditarik oleh sesuatu. Ia melihat kedepan, dan matanya menangkap seorang laki-laki tengah menarik tangannya sembari berlari, dan membuatnya ikut berlari juga.

Yuka mendelik kaget. Bagaimana ini bisa terjadi? Baru pertama kali ini ia bersentuhan dengan seseorang di dalam mimpi. Biasanya ia tak akan tersentuh atau bahkan dapat dilihat di mimpi seseorang. Ia hanya akan mengunjungi mimpi seseorang bahkan tanpa si pemilik mimpi tahu kehadirannya. Dan hanya hewan saja yang bisa melihat sosoknya. Seperti arwah bukan? Itulah seorang Dream Walker.

Yuka masih kalut dalam pikirannya. Tanpa ia sadari keduanya sudah sampai di subuah rumah kecil. Lelaki tersebut membawa Yuka masuk seraya terengah-engah, pun dengan Yuka.

"Duduklah" ujar si pria dengan suara bariton miliknya sembari menarik sebuah kursi di pojok ruangan. Seperti di komandoi, Yuka langsung duduk. Nampaknya ia masih memikirkan kejadian barusan.

Si pria menyalakan api di perapian, lalu menuju sebuah ruangan yang sepertinya dapur. Sepertinya membuat sesuatu yang hangat untuk bisa diminum karena pas sekali diluar sudah turun hujan.

Yuka tersentak ketika pipinya di sentuhkan benda panas. Ia menoleh dan mendapati si pria tengah tersenyum sembari membawa dua cangkir. Wajahnya kini terlihat jelas di dekat perapian.

Tampan.

"Ini minumlah." tukasnya seraya menyodorkan gelas di tangan kanannya pada Yuka.
Yuka menerimanya, kemudian menghirup aroma yang muncul dari cangkir tersebut. Ternyata cokelat hangat.

"Siapa kau? Dan bagaimana bisa.." tanya Yuka langsung ketika pria itu duduk di sampingnya sambil menyesap cokelat hangat. Ia meneguknya satu kali, kemudian menoleh ke arah Yuka dengan senyum hangatnya yang merekah,

"Aku Tama. Dan aku sama sepertimu."
.

To Be Continue..

Dream WalkerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang