Perjodohan

64 8 0
                                    

"Mau sampe kapan Drien? Udah lah. Mama sama papa udah nyiapin calon buat kamu." Mata Adrien membulat.

Calon? Untuknya? Apa ini berarti perjodohan?

"Tunggu dulu. Ma.." Rajuk Adrien. Ia tak ingin menikah dengan orang yang tak dicintainya, bahkan tak dikenalnya.

"Adrien.. Kamu udah 27 tahun. 2 bulan lagi Yudith nikah. Dan mama ingin, bulan Maret tahun depan, kamu nikah juga." Nada bicara mama Adrien terdengar tak bisa dibantah.

Matilah gue, batin Adrien.

"Kak.. Bilang sama mama papa. Aku bisa cari jodohku sendiri." Adrien menarik narik lengan baju pria berambut hitam disampingnya. Usianya berbeda 2 tahun darinya.

"Mungkin mama bener, Drien. Sejak Si Raven brengsek itu ninggalin kamu, kamu nggak pernah keliatan deket sama cowok lain. Pengecualian buat Dylan." Bahkan Yudith tak berpihak padanya.

"Besok, calon suamimu bakal dateng. Dandan yang cantin. Dan inget, papa nggak mau ada acara kabur – kaburan." Perkataan papa Adrien penuh penekanan.

"Terserah kalian." Adrien naik ke kamarnya. Kamar bernuansa cokelat pastel yang tak lagi ditempati setelah Adrien pindah ke apartemennya.

Wanita itu melemparkan tubuhnya keatas kasur. Mengambil ponselnya dan mengetikkan sesuatu disana.

To : Asha

(11-08-2014 / 21.03)

Bad day :( nyokap bokap bakal jodohin gue sama mas – mas yang gue nggak tau wujudnya. Kak Yudith juga nggak mau belain gue. Ah, mendadak iri sama lo yang udah punya Dylan, jadi nggak harus dijodohin macam cewek ngga laku gini

Tak lama kemudian, pesan itu dibalas..

From : Asha

(11-08-2014 / 21.05)

Hahaha.. Simple. Lo harus cari pacar. Tapi, kayaknya nggak ada salahnya liat dulu deh calonnya nyokap lo. Kali aja bisa bikin degdegser :D daripada lo repot nyari cowok baek baek yang mau jadi pacar settingan lo. Yang semangat sayang! Susul gue ke pelaminan <3 hehehe. Jangan lupa, 4 bulan lagi.

Adrien memikirkan apa yang dikatakan Asha pada pesan itu. Mencari pacar? Tak akan semudah itu, apalagi 'Calon Suami' nya akan datang besok! Mata kelabunya menatap langit langit. Kakek Adrien adalah keturunan Amerika, maka dari itu matanya tak seperti orang Indonesia kebanyakan. Wanita itu beranjak dan melihat keluar jendela. Hiruk pikuk ibukota tak terlihat dari sini. Rumah keluarganya memang terletak agak jauh dari pusat kota. Kediaman yang tenang.

Pintu kamar Adrien diketuk. Wanita itu menoleh. Tampak siluet pria yang sudah amat dikenalnya.

"Boleh Kakak masuk?" Adrien mengangguk. Yudith mendekat dan membawa Adrien kedalam pelukannya.

"Jangan mikir kalo mama papa jodohin kamu gara – gara alasan klise kaya di novel – novel kamu. Jangan juga mikir kalo kami nggak sayang sama kamu. Sebaliknya, mama sama papa cuman pengen kamu bisa dapet calon yang pantes. Mau kamu jadi perawan tua?" Adrien memukul kecil dada kakaknya.

Yudith terkekeh, "Jangan bikin mama kecewa, Drien." Adrien mengangguk.

Yudith melepaskan pelukannya, "Sana bobo.. Besok jam 8, calon adik ipar dateng." Yudith mengacak pelan rambut adiknya, lalu keluar dari kamar itu. Adrien tersenyum. Kakaknya sudah menjadi dewasa. Berbeda dengan Yudith yang dulu selalu menjahilinya.

<><>

Adrien enggan membuka matanya. Rasa besar hati dan kedewasaan yang ia bangun sejak semalam, pagi itu runtuh tak bersisa. Hari ini hari Minggu dan seharusnya Adrien bisa tidur lebih lama. Pintu kamarnya sudah digedor sejak 15 menit yang lalu, namun Adrien tak menyahut. BRAK.. Pintu kamarnya terbuka begitu saja. Menampakkan wajah mamanya yang terlihat berapi api.

"Mama tahu kamu udah bangun dari tadi. Astaga.. Kamu sengaja bikin mama darah tinggi terus cepat mati Drien?" Andrein langsung bangkit dari rengkuhan selimutnya. "Jangan ngomong yang enggak – enggak, Ma." Kata Adrien. Mata wanita itu terbuka lebar.

"Terserah kamu. Kamu mau dateng ke pertemuan ini atau dateng ke pemakaman mama." Mama Adrien keluar begitu saja dari kamar puterinya. Gue nggak akan bisa ngabur lagi, Adrien mengacak rambutnya.


Coffee and LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang