Bab-5

1.3K 48 10
                                    

"Hihihi... kacian anak mamih," ejek Kak Kevin dengan nada alay.

"Hmm. Terserahlah."

Aku merasa sangat menyesal karena mengikuti hukuman konyolnya ini. Aku juga bingung, mau kemana aku dibawa?
Perjalanan kami terhenti di sebuah tempat parkiran. Wow.

"Ikut."

Kak Kevin berjalan terlebih dahulu. Aku masing menganga melihat apa yang ada di depan mataku. Dan kini langkahnya terhenti. Tanda sudah sampai pada tujuan.

"Masuk."

"Masuk?"

"Keluar. Ya masuklah! Aku bilang masuk tadi?"

"Oh. Ya." Aku memasuki apartemennya. Suasana dingin langsung menerpaku. "Wow!"

"Dasar. Kampungan," gumam Kak Kevin.

"Hei! Aku dengar!"

"Baiklah. Mari kita mulai hukumannya. Buka bajumu!"

"Heh! Apa-apaan kau! Aku bukan perempuan murahan ya!"

"Ehm. Maaf. Ganti bajumu di kamar itu, aku sudah menyiapkan pakaianmu,"

"Ya."

Mendengar hal itu, aku langsung pergi ke arah jarinya tadi. Kamar yang mewah. Kasur yang empuk. Huft... seandainya kasur ini bisa dibawa pulang.

Aku langsung mengganti pakaianku. Sepertinya aneh. Entahlah. Aku akan memperlihatkannya pada Kak Kevin.

"Bagaimana?"

"Hahahah! Kau cocok sekali memakai pakaian itu! Jadi asistenku."

"Terserah! Kalau begitu, aku pulang saja!"

"Eh, eh! Nggak bisa! Hukumannya bukan ini, tapi itu!"

Aku melihat apa yang ditunjuknya. Kumpulan map yang sangat tebal dan astaga! Itu daftar nilai para murid. Jangan bilang aku harus...

"Kau sudah tahukan itu apa? Kalau begitu, silahkan bekerja,"

"Tap-"

"Tidak ada penolakan! Atau nilaimu tidak ada."

Hanya bisa memasrahkan diri saja pada yang Maha Kuasa. Tuhan, berikan aku kekuatan untuk bisa mengerjakan ini semua.

Aku mulai mengerjakan tugas yang seharusnya dikerjakan oleh Kak Kevin. Teliti aku melihat semua daftar-daftar nilai itu. Setelah 4 jam, akhinya selesai.

Aku tidak melihat tanda-tanda keberadaannya Kak kevin. Huh! Biarkan saja! Siapa juga yang peduli? Kutatap sofa empuk itu. Sepertinya enak jika dicoba.

Tanpa aba-aba, aku langsung merebahkan diri dan mulai merajut mimpi. Entah apa yang membuatku terbuai oleh angin.

"Woi! Enak betul tidur ya?"

"Ma, nanti aja, ini hari Minggu,"

"Bangun!" Gemas Kevin.

"Nanti aku cium pipi mama baru tahu."

"Cium aja kalau berani,"

Kemudia Kevin mendekatkan wajahnya dan Ve benar-benar membuktikan ucapannya. Mencium pipi Kevin dengan lembut dan setengah sadar.

Melihat respond "mama" nya, Ve terbangun dan melihat siapa orang itu sebenarnya. Soalnya, Ve sangat ingat bahwa mamanya tidak suka jika dicium di pipi.

"WHUUAAAA!!!"

"Udah puas cium saya? Puas juga tidurnya? Hmm?"

***

Oi.
Aku gak tahu harus tulis apalagi.
Hehe, maaf.
Bye. Renata.


Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Mar 15, 2016 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Fake SmileTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang