Empat

412 17 0
                                    

Untuk apa, untuk apa cinta tanpa kejujuran.
Untuk apa cinta tanpa perbuatan, tak ada artinya.

●●●

"Gimana? View nya bagus kan?" Tanya Deva.

Mereka saat ini sedang di bukit pelangi, sudah sejak lama keke menginginkan untuk pergi ke tempat ini tapi Deva baru mengajaknya tepat di anniv mereka yang ke 11 bulan.

"Maaf baru sekarang aku ngajak kamu kesini."

"Nggak masalah, aku tahu kamu sibuk terus, sampai nggak bisa nepatin janji kamu." Keke menahan intonasi nada nya agar tidak terdengar parau.

Kekasihnya itu banyak sekalu mengumbar janji, tapi yang ia lakukan? Sama sekali tidak ada.
Bukit pelangi adalah janji pertama yang baru ia tepati dari sekian banyak janji.

☆☆☆

"Maaf lama sayang,"

"Hm."

"Kamu marah? Maaf deh tadi aku ada janji ngerjain tugas sama temen." Deva mencoba menjelaskan alasan keterlambatannya.

"Temen yang mana?" Tanya keke. Ia jengkel dengan kekasih nya yang seolah bersikapa biasa saja.

"Pokonya ada deh, oh iya kenapa? Tumben banget kamu ngajak aku ketemu, hm?" Keke melengos, ia tahu Deva mencoba mengalihkan pembicaraannya.

"Kamu kan pernah janji mau ngajak aku ke bukit pelangi. Aku mau kita ke sana sekarang." Terang keke.

Deva yang sedang meminum kopi yang baru saja di pesannya spontan tersedak dan segera mengendalikan dirinya kembali.

"Em, Harus banget ya sekarang?" Tanya Deva setengah enggan.

"Kenapa? Kamu nggak bisa?"

"Bukan gitu,"

"Terus?" Keke menyambar ucapan Deva dengan cepat,

"Ini udah sore, lagian aku sibuk. Habis ini aja masih ada janji mau anter mama belanja."

"Oh gitu, yaudah." Jika Deva orang yang peka, tentu ia sadar bahwa jelas sekali tersirat kekecewaan dalam suara keke. Tetapi sayang nya Deva bukan termasuk orang yang peka.

Dering ponsel Deva mengintrupsi telinga mereka, Deva permisi untuk mengangkat telepon tersebut. Segudang pertanyaan bermunculan di benak keke, siapa yang menelpon Deva?

"Siapa dev?" Tanya keke.

"Oh, eh mama" keke mengangkat sebelah halisnya seolah tak percaya, Deva yang melihat itu pun sibuk-sibuk mencari alasan.

"Em, aku pulang duluan ya ke? Mama udah nunggu. Kamu bisa pulang sendiri kan?" Ujar deva

"Ya, mama kamu lebih penting."
Keke mencoba tersenyum meski hati nya sakit, ia tak tahu mengapa ia begitu sulit mempercayai Deva.
Sebenarnya ia tahu, Deva terlambat bukan karena mengerjakan tugas bersama temannya, apa Deva terlalu bodoh untuk menipu nya? Tugas kelompok apa? Bukankah ia sekelas? Setahunya tidak ada tugas apapun yang di berikan oleh guru di sekolahnya.

Asumsi nya semakin menguat ketika Oliv -sahabatnya- memberi tahu bahwa ia melihat Deva tengah bercanda gurau dengan seorang gadis yang Oliv kira itu adalah dirinya. Tapi apa? Ia sedari tadi disini, sejak 2 jam yang lalu.
Ponselnya bergetar menandakan ada sms masuk.

Olivia Ruth
Ke, kali ini gue serius! Gue ada di swalayan deket persimpangan rumah gue. Gue liat Deva, sama cewek yang tadi gue liat di sekolah. Kalau itu bukan elo terus siapa?!!!

Keke Thalita
Mamanya kali.

Olivia Ruth
Sumpah, bukan! Gue baru sadar kalau itu Zeva. Iyaa!! ZEVANA! Mata gue normal gue yakin, fix banget ke!!.

Keke Thalita
Terserah elo deh.

^send^

Setelahnya Oliv benar-benar memberikan sebuah gambar melalui Line.

Sesuatu yang tak ingin ia percaya tapi itu harus ia percaya,

Deva dengan baju yang sama saat menemuinya beberapa menit yang lalu kini tengah merangkul dan mencumbu gadis lain? Secepat itu kah deva melabuhkan hatinya ke pelabuhan yang baru?.

☆☆☆

Untuk ApaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang