Lima (Last Part)

467 21 0
                                    

Untuk apa, untuk apa cinta tanpa pembuktian.
Untuk apa status kita pertahankan, bila kini tak lagi cinta.

●●●

Setelah puas melihat pemandangan yang terhampar di bukit pelangi, mereka memutuskan pergi ke sebuah kedai coffe break untuk membeli camilan dan tentu saja kopi.

"Dev,"

"Ya?"

keke memantapkan hatinya, menyiapkan segala sesuatu yang akan terjadi beberapa menit setelah ini, ia ingin menghentikan permainan yang telah terjadi.

"Makasih banget, lo udah nepatin janji lo. Seenggaknya, walaupun selama sebelas bulan ini kita pacaran baru kali ini elo ngebuktiin ke gue bahwa ada sesuatu yang indah di luar sana yang nggak pernah gue temuin." Keke menghela nafas nya.

"Gue tau, waktu lo itu singkat, sibuk banget, jadi gue berterimakasih karena untuk kali ini elo mau meluangkan waktu bareng gue,"
Deva yang kelihatannya enjoy dengan suasana sejuk disini hanya mengangguk dan menjawab,

"Santai kali ke, gue kan pacar lo, udah seharusnya gue ngelakuin itu."

"Tapi, sekarang nggak lagi, lo nggak perlu repot-repot."
"Maksud lo?"

"Gue mau kita cukup sampai disini." Keke menahan air matanya sekuat mungkin, tidak, tidak akan ada air mata, tidak akan ada penyesalan.

"Maksud lo apa sih ke?" Suara Deva tiba-tiba saja meninggi.

"Kita putus." Ucap keke penuh penekanan.

"Gue nggak mau. Elo nggak bisa mutusin gue sepihak begitu, elo egois!" Tolak Deva.

Keke terkekeh pelan, lalu tersenyum sinis, ia muak dengan semua ini!

"Egois lo bilang? Lo nggak ngaca? Buat apa dev? Buat apa gue pertahanin elo, sedangkan elo nggak pertahanin gu-"
Deva dengan cepat memotong perkataan keke,

"Kalau gue nggak pertahanin elo gue udah putusin elo dari dulu ke!"

"Elo bisa pertahanin raga gue, tapi ngga sama hati gue dev," Bibir nya bergetar, wajahnya mulai berkeringat. Keke melanjutkan ucapannya,

"Buat apa status kita di pertahanin? Kalau hati elo udah ngga bisa, cinta lo bukan buat gue."

"Cinta gue cuma elo,"
" Stop it dev!, please.. lo nggak bisa terus-terusan bohongin hati lo, dan elo nggak bisa bohongin gue. Gue nyerah, mungkin setelah ini elo bisa terbuka soal hubungan lo sama Zevana."

"Elo.. lo?" Deva tersentak kaget, bagaimana bisa keke mengetahuinya?

"Gue tahu, bahkan elo udah jadian 4 bulan kan sama dia? Bodohnya, gue nggak terima kenyataan, gue selalu berusaha buat percaya dan yakin kalau elo nggak seperti aoa yang gue fikirin, tapi gue nggak bisa dev, gue kalah sama kenyataan."

"Ke, maafin gue, gue nggak maksud,tapi gue-"

"Apalagi? emang udah nggak ada cinta di antara kita. Lebih baik elo pergi, bukannya Hari ini Zevana ulang tahun? Lo harusnya temuin dia."

"Astaga! Gue lupa kalau hari ini ulang tahun Zevana," Deva sedemikian paniknya memikirkan ulang tahun Zevana, ia hanya bisa tersenyum miris. Oh inikah akhir dari kisah cintanya?.

"Ke, gue minta maaf, gue harus pergi. Kalau itu keputusan lo gue terima."

"Ya," Keke menjawab seadanya.
Saat Deva mulai beranjak ingin pergi, keke melanjutkan ucapannya.

"Cukup gue dev, elo nggak boleh ngelakuin hal yang sama Ke Zevana. Lo bisa kan janji sama gue?"

"Iya, gue janji. Maaf karena kita harus putus."

"Memang udah seharusnya."

"Maaf, gue balik duluan." Deva pergi meninggalkan keke yang terduduk sendiri di kursi kedai kopi ini, ia berhasil memporak-porandakan hati keke.
Air mata itu luruh juga di pipinya, ia tersenyum setidaknya air mata ini tidak terlihat oleh Deva, dia bukan gadis lemah, ia adalah gadis yang kuat.

Segera mungkin ia mendial nomor yang sudah ia hafal di luar kepalanya.

"Hallo?" Sahut suara di seberang.

"Kak Gabriel, lo bisa jemput gue kan? Di bukit pelang-"

Belum sempat keke menyelesaikan kata-katanya suara di seberang telah memotongnya, kakaknya itu teramat hafal dengan suara keke yang serak seperti ini, ia pasti khawatir.

"Lo tunggu, gue kesana sekarang."

Telepon terputus begitu saja, keke mengalihkan pandangannya ke luar jendela, memandangi pemandangan yang tersuguh indah, lalu ia tersenyum.
Ia berjanji tidak akan menyesal, ia berjanji tidak akan ada air mata lagi, ini yang terkahir. Deva adalah kenangan termanisnya, masa lalu nya. Biarlah itu tertutup rapi tanpa harus kembali terbuka.

Life must go on and move on!

Ya ternyata begini akhir kisah cintanya. Kisah cinta seorang Keke di masa SMA bersama Deva.

●●●

Untuk apa, untuk apa cinta tanpa kejujuran.
Untuk apa cinta tanpa perbuatan, tak ada artinya.
Untuk apa, untuk apa cinta tanpa pembuktian.
Untuk apa status kita pertahankan, bila kini tak lagi cinta.

●●●

-END-

Minta vote nya yaaa semuaa.

Untuk ApaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang