Malam ngedate Anisa

58 4 1
                                        

"Cie... Ada yang mau pergi ngedate nih!" Teriak Asya saat berada di ruang tamu.

"Iya dong!" Jawabku sambil merapikan kerah bajuku.

"Gimana Sya? Udah keren?" Tanyaku pada Asya

Malam ini adalah malam pertamaku ngedate bersama Anisa, untuk masalah gaya aku minta bantuan Prastio untuk kuminta sarannya. Kali ini aku cukup yakin dengan Prastio, dia pernah bilang kalau dulu Kakeknya adalah seorang pelaut. Eh.. maksudnya seorang stylist.

"Aneh aja sih Vid. Kacamata hitam elu itu lo Vid. Gak nahan_"
Jelas asya belum selesai

"Ehem... Gimana Vid udah siap?" Pembicaraan Asya pun terpotong karena Prasetio nyelonong duluan. Prasetio datang sambil menepuk pundakku serta mengedipkan mata genit ke arah Asya.

"Kenapa lo Pras? Minta dicolok mata lo?" Asya melototkan matanya pada Prastio.

"Ah! Ini mataku kelilipan, kemasukan debu kali ya?" Prastio membuktikannya dengan mengucek-ngucek kasar mataya.

"Keren kacamatanya." Puji Asya padaku. Aku semakin PD setelah dipuji, mungkin gaya kampungku ini sudah tertutup 90% karena kacamata ini.

***

"Vid masih ingatkan?" Tanya Prastio.

"Masih la. Jadi orang kota dan harus kelihatan cool, kalau gitu aku cabut dulu ya." Kulambaikan tanganku pada Prastio yang berdiri di depan pintu.

Saat aku ingin masuk ke dalam restoran tiba-tiba aku langsung dicegat oleh dua orang pelayan restoran.

"Maaf ya Bang, gak baca pengumuman di pintu restoran?" Aku kebingungan kenapa orang sekeren aku bisa kena cegat. Aku pun langsung melihat pengumuman yang ditunjuk oleh salah satu pelayan restoran itu.

"Maaf. Tidak memberi sumbangan berupa apapun!" Wah, mereka kira aku pengemis. Aku langsung membuka kacamataku untuk membuktikan kalau aku bukan pengemis. Tiba-tiba mereka mengeluarkan uang sepuluh ribu.

"Ini Bang, semoga berguna untuk beli makan ya." Kata salah satu pelayan restoran lainnya sambil menyodorkan aku uang sepuluh ribu itu.

"Tapi mas, aku..." Kataku belum selesai..

"Udah gak apa-apa kami ikhlas kok Bang." Potong Pelayan itu.

Tiba-tiba ada suara teriakan Anisa dari dalam restoran.

"Vid...!" Teriak Anisa dengan suara lengking sambil melambaikan tangan dari dalam restoran.

Sekarang keadaan berubah sebaliknya, kedua pelayan restoran itu terheran-heran melihatku.

"Maaf ya Mas tadi kirain gembel." Kata pelayan restoran itu.

Aku hanya masuk tak peduli dan langsung menghampiri Anisa. Aku tak bisa menyalahkan mereka mungkin mukaku ini sudah keturunan.

"Udah lama nunggunya?" Tanyaku sambil menarik kursi.

"Oh, gak kok. Aku juga baru sampai."

"Mau pesan apa Mas, Mbak?" Seorang pelayan menghampiri kami dan menyodorkan buku menu dengan sopan. Aku terkejut saat membuka buku menu restoran ini. Makanannya mahal banget air mineral aja sepuluh ribu.

"Mbak, air mineralnya pakai galon ya?"

"Gak Mas gelas biasa." Jawaban pelayan itu sungguh tak memuaskan.

Buset ini air putih atau anak jenglot

"Mbak, aku pesan itu satu ya." Pasrahlah sudah. Gila banget ni restoran, air mineral satu gelas saja harganya sepuluh ribu.

Lol days Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang