Akhirnya hari telah berganti, langit gelap telah berubah terang, namun kekacauan di hati ini tetap tidak berubah.
Aku beranjak dari kasurku menuju meja rias, menatap wajahku yang sudah tak karuan bentuknya. Rambut berantakan seperti singa ditambah mata yang bengkak akibat nangis semalaman.
"Ampun deh, kenapa harus kantung mata yang terus nambah. Kenapa gak kantung dompet aja." Keluhku, sambil mengolesi gel pendingin pada bagian bawah mataku.
Mulai hari ini dan seterusnya aku kembali menjalani kehidupan seorang diri lagi, alias jomblo. Memang sangat berat melepaskan Beby, aku masih sayang banget sama Beby. Tapi mau gimana lagi, abis dia nyebelin sih >.<
Walau berat aku akan berusaha untuk melupakan Beby. Hari ini aku kembali menyibukan diriku dengan setumpuk pekerjaan di kantor. Bahkan aku sengaja mengambil lembur karena hanya saat bekerjalah aku dapat benar-benar fokus tanpa memikirkan Beby.
Hampir setiap harinya aku mengambil jam lembur, dan sampai di apartemen selalu larut malam. Sampai akhirnya aku bertemu weekend. Mungkin, dulu aku sangat menantikan yang namanya weekend ini, tapi entah mengapa saat ini aku sangat menghindari weekend.
Aku tidak tahu apa yang harus dilakukan ketika weekend, yang ada paling hanya bengong ga jelas, itu malah membuatku kembali teringat Beby :(
Di tengah apartemen ini, aku duduk di depan tv mencari saluran yang menarik untuk ditonton. Entah sudah berapa kali aku menekan tombol next, tapi tidak menemukan juga acara yang menarik. Jaman sekarang acara di tv semakin tidak karuan saja.
Bosan, akupun memutuskan untuk tidur, mencoba memangkas waktu. Siapa tau ketika aku bangun nanti weekend sudah berakhir.
Ketika aku hendak menuju kamarku, tiba-tiba ada seseorang yang mengetuk pintu apartemenku. Dengan lunglai aku menghampiri pintu depan dan membukanya. Ternyata yang mengetuk pintu itu Hamids, ngapain dia?
Aku melemparkan pandangan bertanya kearahnya. "Kak Shania lagi apa?" Tanyanya. Aku memutar mataku malas.
"Udah gak usah basa basi segala deh. Ada apaan?!" Ujarku jutek. Biasanya sih ini bocah kalo udah munculin diri begini bakalan nyusahin nih.
"Kak ikut aku yuk!" Ujarnya tiba-tiba. Tanpa meminta persetujuan dariku, Ia pun langsung menarik tanganku dan menyeretku mengikuti langkahnya.
"Woy! Lu apa-apaan sih!? Lepasin ah!" Aku berusaha melepaskan diri dari cengkraman Hamids, tapi entah mengapa seakan tenaga Hamids jauh lebih besar dari tenagaku, padahal Hamids ini badannya kecil.
Hamids masih menarikku, Ia membawaku ke parkiran dan memaksaku masuk ke dalam mobil yang sudah ada Gracia disana. Hamids mendorongku dengan kasar, dan akupun tersungkur masuk ke dalam mobil.
"Lama amat sih." Keluh Gracia pada Hamids.
"Iya maaf, abisnya target yang satu ini lumayan gede, aku nariknya butuh kekuatan lebih. Makanya lama, maafin yaa..." Jawab Hamids sembari memasang seatbelt di kursinya. Kemudian mulai melajukan mobil keluar dari area apartemen.
Aku masih belum mengerti apa yang terjadi, mengapa aku diseret paksa untuk ikut bersama mereka? Terus aku mau dibawa kemana? Apa aku mau diculik? Terus maksudnya target tadi itu apaan yak?! :o
Seperti biasa, jalanan Jakarta selalu padat bahkan pada saat weekend seperti ini. Aku hanya diam sambil melihat keluar jendela, mencoba meredam rasa kesal.
Ya gimana gak kesal, udah mah aku dipaksa untuk ikut mereka, dan giliran aku nanya ini itu malah gaak di jawab sama sekali. Seakan-akan aku ini tidak ada. :(