Ijinkan Aku Menyayangimu (Part 7)

2.2K 248 61
                                    


Bandara terlihat seperti biasanya. Sibuk dengan orang yang sibuk berlalu lalang tanpa mengenal waktu. Ya... Bandara adalah salah satu tempat umum yang selalu sibuk selama 24 jam. Abdur buru-buru keluar dari mobil dan membuka bagasi mengambil benda yang terlihat berat, koper dan sebuah kursi roda.

"Kita sudah sampai" Tutur Ghaza

Yuki tersenyum berusaha menghapus rasa penasaran dan kesedihannya dalam-dalam. Entah angin apa Gibran mengajaknya pergi ke bandara sekaligus menghantarkannya pulang ke Malaysia. Awalnya Yuki menolak, namun saat Gibran mengatakan akan mengatakan jawaban atas pertanyaannya kemarin malam akhirnya Yuki mau diajak pergi.

"Biar Gibran aja Pak," Tutur Gibran menahan Abdur membuka pintu penumpang. Gibran membuka pintu mobil lalu merunduk sedikit melihat Yuki yang masih duduk manis. Ia mengalungkan satu lengan Yuki dan dengan pelan membopongnya duduk di kursi roda.

"Udah nyaman?" Tanya Gibran

Yuki mengangguk dan tersenyum merupakan jawaban dari pertanyaan Gibran.

Abdur sungkan "Tuan Ghaza, apa tidak terlalu mahal mobilnya dipakai jasa valllet parking? Saya dan Yuki tunggu di parkiran saja. Tuan aja yang mengantar Tuan muda Gibran ke bandara"

Ghaza menepuk bahu Abdur "Tak perlu sungkan begitu Pak... Lagipula Gibran yang meminta Yuki untuk turut mengantarnya pergi. Tidak perlu khawatir soal mobil, mendingan kita sekarang masuk karena waktu Gibran pergi hampir tiba"

"Iya.... Tuan"

Akhirnya mereka pergi menuju pintu masuk bandara dengan Abdur mendorong troli koper Gibran, sedangkan kursi roda Yuki didorong oleh Gibran. Sepanjang perjalanan, Yuki hanya menatap lurus namun benaknya berkecamuk hebat. Gibran merasakan kecemasan Yuki lewat remasan tangan Yuki yang terus menerus. Ia tahu, Yuki menunggu jawabannya dan semua jawaban itu telah Ia siapkan.

"Akhirnya kita sampai" Tutur Gibran senang

Mendengar kelegaan hati lewat tutur kata Gibran, Yuki membalasnya dengan tersenyum tulus. Akhirnya masa penantiannya hampir tiba dan hal itu membuatnya sedikit lega. Gibran mengelus kepala Yuki sejenak "Sebentar ya, kakak pamit dulu dengan ayahmu"

Yuki mengangguk melepaskan Gibran pergi untuk mengucapkan selamat tinggal pada ayahnya. Gibran menghampiri Abdur, "Bapak, saya pamit ya Pak..."

Abdur tersenyum sedih "Iya Nak... Terima kasih untuk semua bantuannya. Berkat kamu, anak Bapak bisa bersemangat lagi menjalani hidup. Saya sangat berutang budi Nak...."

Gibran menggenggam kedua tangan pak Abdur "Jangan terlalu berlebihan Pak... Saya hanya sedikit membantu dan selebihnya itu adalah pilihan Yuki sendiri. Saya senang sekali bisa membantu sesama"

Abdur terharu "Tuan Ghaza, anak Tuan begitu luas hatinya. Sungguh beruntung Tuan bisa memiliki seorang anak yang begitu baik budinya."

Ghaza tersenyum bangga "Ya... Saya bangga dengannya Pak. Namun lebih berbangga lagi dengan anak Bapak yang tidak pernah berputus asa dengan hidupnya. Yuki itu lebih hebat dari siapapun Pak..."

"Ah Tuan bisa saja...." Balas Abdur tersipu malu

Gibran dan Ghaza yang tengah melihat hal itu jadi tertawa renyah. Gibran menatap Abdur "Bapak... Saya pergi dan mungkin masih lama akan kembali ke sini"

Abdur mengangguk "Iya Nak... Jaga dirimu dan semoga Tuhan melindungi dan membantu Mu mencapai tujuan hidupmu."

"Amin..." Balas Gibran dan memeluk Abdur membuaat Abdur sempat terkejut namun perlahan mengelus punggungnya "Apalah daya saya ini, dipeluk anak majikan. Saya sangat sungkan Nak"

Ijinkan Aku Menyayangimu (opening)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang