Ijinkan Aku Menyayangimu (Part 9)

1.4K 181 36
                                    

Al sudah selesai makan malam dan kini sedang berada di kamarnya dengan mengamati foto Maya yang melekat di dinding. Ia hanya menerawang, mengingat beban Ghaza yang berat karena Maya meninggalkan wasiat. "Bunda sangat hebat, mempercayakan semuanya pada Papa... Tuhan... Aku terlalu berprasangka buruk pada adik bunda. Maaf...." Gumamnya dalam hati.

Poppy berhenti saat melihat Al tengah merenung sendirian. Ia perlahan menghampiri pintu kamar Al yang terbuka lebar hanya mengamati anak tirinya yang sedang menerawang itu.

"Aku begitu egois" Gumam Al "Seharusnya aku menerima Poppy sejak awal bukan menolak orang yang jelas-jelas ingin dilindungi Papa. Ya kan Bun...." Imbuh Al

Poppy terharu mendengar penuturan Al. Ia merasa udara dirumah ini sudah semakin hangat apalagi dengan keterbukaan Al terhadap keberadaannya.

Al menunduk dalam "Bunda, aku sudah ada disini dan sebentar lagi aku akan menghadapi rasa bersalahku. Yuki.... Dia seperti apa sekarang?" Tanyanya menatap foto Maya "Apa... dia sedih? Apa... dia malu dengan dirinya karena hasil perbuatanku Bun?"

Poppy tersenyum dan mengetuk pintu kamar sejenak membuat Al terperanjat kaget "Sejak kapan kamu.. maksudku Mama disitu?"

"Aku baru saja, aku hanya memastikan kamu beristirahat atau tidak sekarang?"

"Oh... aku akan beristirahat nanti. Mama tidak perlu kuatir"

Poppy tersenyum "Baiklah, aku pergi"

"Ya," Balas Al

Poppy pergi dan Al hanya menyendiri menerka-nerka bagaimana keadaan Yuki saat ini. Poppy tidak benar-benar pergi, Ia malah mengambil secarik kertas dan pulpen. Ia menulis sesuatu dengan bibir mengembang sempurna. Poppy lalu kembali ke kamar Al dan mengintip sedikit.

"Al sedang di kamar mandi, kesempatan yang bagus" Gumamnya masuk ke kamar dengan pelan dan meletakkan secarik kertas itu di tempat tidur Al. Setelah dirasa sudah tepat, Ia beralih pergi dengan tergesa-gesa.

Yuki tengah membaca buku di balkon rumahnya. Ia tengah serius membaca buku-buku yang sengaja diberikan Gibran untuknya. Mengingat Gibran membuatnya berhenti dan malah mengelus buku tulisan Braille itu pelan.

"Apa kakak sudah sampai?" Tanyanya dalam hati dan menghela nafasnya "Tuhan, maaf aku mengingat jodoh orang lain. Ampuni aku" Gumamnya dalam hati dan melanjutkan membaca bukunya lagi.

Seseorang mengamati Yuki dari jauh, dibalik jendela mobil itu sorot matanya tak kuasa menahan perih hati. Orang itu masih memandang Yuki yang duduk dikursi roda dengan lirih.

"Dia sedang membaca buku, apa itu hobinya?" Tanyanya terus mengamati gerak gerik Yuki sekarang. Keningnya mengkerut "Untuk apa Ia membunyikan lonceng?" Tanyanya lagi

Abdur menghampiri Yuki "Ada apa Yuki?"

Yuki menunjukkan kelingking kirinya dan tersenyum "Oh.... Apa masih bisa ditahan?" Tanya Abdur

Yuki menggeleng dan menunjukkan kelingkingnya lagi membuat Abdur tersenyum "Baiklah, Bapak akan mendorongmu ke kamar mandi" Tuturnya mengambil buku Yuki dan meletakkannya di atas meja lalu masuk ke rumah.

"Tunggu disini" Tutur Al langsung membuka pintu mobil dan berjalan pelan menghampiri rumah Yuki. Ia masih berdiri didepan pagar dan matanya tetap tertuju pada pintu utama. Perlahan Al membuka pintu pagar dan mendatangi rumah Yuki. Langkahnya tertatih namun tekadnya begitu kuat. Ia melonggarkan buket di tangan lalu langkahnya terhenti pada sebuah buku yang terletak diatas meja. Ia melihat buku berjudul La Tahzan yang artinya adalah jangan bersedih. Al mengambil buku itu dan meletakkan buket bunga di meja. Ia menatap lekat buku itu dan tersenyum pahit "Apa selama ini kamu bersedih, Yuki? Aku harap dengan kedatanganku akan membantumu untuk tersenyum. Ku janjikan itu" Tuturnya meletakkan buku itu kembali berikut kresek hitam diatasnya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 04, 2016 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Ijinkan Aku Menyayangimu (opening)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang