Ijinkan Aku Menyayangimu (Part 5)

2.3K 244 31
                                    

"Tlililit.... Tlililit...."

"Ya Pak,"

"Fely, tolong kesini dan jabarkan jadwal saya 1 minggu ke depan"

"Baik Pak," Fely mengambil note dan beralih menghampiri pintu dan mengetuknya.

"Masuk" Titah seseorang dibalik pintu melatahkan Fely memasuki ruangan tersebut. Ruangan berdesain modern minimalis.

"Siang Pak,"

"Siang, duduklah Fely"

Fely menurut dan membuka notenya membuat Ghaza mengerti "Jabarkan jadwal saya untuk beberapa minggu ke depan. Jika ada waktu luang, saya akan ke Kuala Lumpur untuk menjenguk Al"

"Ya Pak, untuk 1 minggu ini jadwal Bapak padat dengan pertemuan antar klien perusahaan asing. Minggu depan untuk 3 hari di awal, bapak akan ada meeting dengan kepala staf perusahaan untuk pembangunan real estate di Lombok dan 1 hari setelahnya mengantar isteri bapak check up. Esok harinya bapak ada pertemuan dengan kepala direktur perusahaan bapak untuk evaluasi saham pada bulan ini. Hari sabtu bapak ada waktu luang 7 jam namun setelah 7 jam, bapak akan ada pertemuan dengan dokter khusus Yuki Anggraini untuk check up rutin."

Ghaza manggut-manggut mengerti "Baiklah, jadwalkan kepergian saya ke Kuala Lumpur setelah check up"

"Baik Pak, saya akan memesankan tiket Bapak. Apa Bapak membawa serta keluarga?"

"Tidak, saya sendiri"

"Baiklah Pak. Jikalau ada keperluan lain, hubungi saya. Saya undur diri"

"Silakan Fely. Ah.... Saya hampir lupa, tolong sampaikan pada Abdur, siapkan mobil. Saya akan makan siang dan langsung bertemu dengan klien. Persiapkan file-file yang diperlukan"

"Baik Pak, saya permisi"

Ghaza mempersiapkan diri lalu berjalan keluar perusahaan diikuti beberapa kepala staf penting dan juga sekertarisnya. Fely langsung menghubungi Abdur untuk segera berada di loby perusahaan. Tak berapa lama Abdur sudah ada di Lobby dengan mobil Mercedes Benz putih dan saat melihat Ghaza, Ia langsung membuka pintu belakang mobil menyilakan Ghaza masuk. Sedangkan Fely duduk didepan bersama Abdur supir pribadi Ghaza. Setelah tahu keadaan Yuki, Ghaza mengangkat Abdur sebagai supir pribadinya. Ia menanggung seluruh kebutuhan Yuki termasuk pengobatan Yuki selama ini. Abdur merasa beruntung karena bantuan Ghaza meringkan bebannya sebagai kepala keluarga. Ghaza tau keadaan keluarga Abdur termasuk kebencian Mila terhadap anaknya, Al. Tetapi Ghaza berhasil meyakinkan Abdur bahwa tidak ada maksud untuk mencelakai Yuki karena ini adalah sebuah kecelakaan. Maka Abdur meyakinkan Mila untuk menerima pertanggung jawaban dari keluarga Ghaza demi kebaikan Yuki. Mila akhirnya setuju namun rasa sakit hati itu tetap ada kala melihat psikologis Yuki pasca kecelakaan tersebut. Tak ada satu orang tua pun yang rela melihat anaknya cacat seumur hidup.

"Bagaimana kabar anakmu Abdur? Apa Yuki masih tetap memandang jalan dari jendela kamarnya?" Tanya Ghaza

Abdur tersenyum "Ya Tuan, Yuki masih tetap memandang jendela kamarnya. Mungkin hal itu membuatnya tenang. Jadi saya dan Istri membiarkannya begitu. Kalau Yuki sudah bosan, pasti akan meminta keluar kamar"

Ghaza menghela nafasnya pelan "Waktu itu kamu pernah bilang kalau temannya yang bernama Feby menjenguknya. Juga anak-anak bimbingannya. Bagaimana hasilnya?"

Abdur masih melirik lampu lalu lintas yang menyala merah. Ia menatap Ghaza dari kaca spion di dalam mobil "Ya, mereka turut sedih dengan keadaan Yuki. Mereka berusaha memotivasinya untuk menghadapi kenyataan. Namun setelah mereka pulang, Yuki mengelus dadanya dan sesekali memukulnya. Ntahlah Pak, saya kurang mengerti maksud dari itu, karena saat tau pita suara Yuki rusak... Saya dan Istri sulit berkomunikasi dengan Yuki. Setidaknya anak saya itu sangat kuat dan masih mencintai kedua orang tuanya." Tuturnya Abdur dan kembali mengendarai mobilnya. "Mungkin orang lain akan hancur menerima kenyataan seperti Yuki, tapi anakku adalah anak yang kuat. Yuki tak pernah berpikir untuk mengakhiri hidupnya. Saya yakin, lama kelamaan saya akan mengerti dirinya melalu bahasa tubuhnya Tuan"

Ijinkan Aku Menyayangimu (opening)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang