Bagian 2

4.3K 204 16
                                    

Aku tak mengerti, begitu banyak pertanyaan yang melingkari otakku.
Kalian tahu sinetron? Dibeberapa si etron ada adegan dimana orang yang ga bayar kos 3 bulan, pasti diusir. Bukannya malah ibu kos nya rugi. Waktu aku nanya itu ke kakak, ibu, ayah, bahkan kakek dan nenek, mereka hanya tertawa. Kenalkan namaku Roy. Umurku masih 12 tahun. Hobbyku mengamati. Aku suka menanyakan hal dengan sangat rinci. Sampai suatu ketika aku kena masalah dan aku tak ingin lagi terlalu rinci dalam bertanya. Jadi waktu itu umurku 10 tahun.
***
"Anak-anak kalian tahu makhluk apa yang paling sempurna?" tanya guruku.
"Manusia, manusia," ucap teman-temanku.
"Bagus, kalian pintar."
"Em..maaf bu." ucapku sambil mengacungkan jari. "Mengapa manusia yang sempurna?"
"Karena manusia dibekali oleh Tuhan akal, Roy."
"Em.. Bukankah hewan dan tumbuhan juga punya akal?"
"Tidak Roy. Mereka tidak punya akal."
"Kalau mereka tidak punya akal, kenapa mereka tahu cara melarikan diri, kenapa mereka tahu bahwa mereka harus makan?"
"Tapi mereka tidak berpikir bahwa makan harus pakai tangan."
"Menurut ibu, tangan mereka tidak terlalu pendek untuk makan, jadi mereka keterbatasan saja."
"Lalu, menurut kamu, mengapa manusia bisa kalah dengan hewan dan tumbuhan?"
"Mudah, ibu pernah bilang bahwa berang-berang membangun rumahnya sendiri di sungai. Sedangkan, pada saat itu manusia masih tinggal di gua."
"Tapi, berang-berang punya mulut tapi tak bisa bicara, berang-berang punya telinga tapi tak mengerti apa yang ia dengar," tanyanya mulai geram.
"Walau begitu bukankah ada kalimat yang selalu manusia tak ungkapkan, bahkan terkadang mereka berbohong, kadang juga manusia menutup telinga mereka ketika dinasehati. Bukankah itu lebih buruk?"
"Ya sudah, kamu jadi berang-berang saja sana!"
"Hem..sebenarnya saya ingin bu. Tapi bu guru bukan Tuhan yang bisa menciptakan saya jadi berang-berang, bukan?"
"Apa kamu? Keluar kamu sekarang dari kelas saya." kata bu guru yang sudah tak sanggup mengahadapi saya. Setelah kejadian itu, orang tua saya dipanggil. Teman-teman saya menjauhi saya. Saya sedih. Tapi suatu ketika ada salah satu guru yang mengahampiri saya dan berkata "Terima kasih, kau membuatku sadar bahwa tidak ada yang sempurna di dunia ini. Yang ada hanya ya g lebih baik. Jadilah anak baik, Roy. Pendamlah dulu apa yang ingin kau tahu. Suatu saat pasti kau akan jadi orang yang hebat."

Filsafat dari Seorang AnakTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang