Alam Bawah Sadar (2)

1.2K 74 1
                                    

Aku tak mengerti. AKU ADA DIRUMAH. Dirumah. Aku tak mengerti. Aku tak tau kenapa aku kaget, tapi aku ada dirumah. Ayolah ini hanya rumahku, dengan atap dan dinding berlumut, dengan pekarangan luas tempatku menanam pohon berdaun emas, bukankah itu hal biasa? Eh, tunggu. Aku bilang apa? Pohon berdaun emas? BERDAUN EMAS? Harusnya pekaranganku berisi ketela, kenapa berubah? Sebenarnya dimana aku ini?

Aku berinisiatif untuk masuk kedalam rumah. Mencari nenek, mungkin. Tapi, kenapa rumah ini sepi sekali? Aku memutuskan untuk ke pekarangan. Nah itu dia nenek. Aku memutuskan untuk menghampiri beliau.
"Nek, lihat! Semua daun di pekarangan kita berubah menjadi emas."

"Nenek tau."

"Lalu kenapa nenek diam saja? Kita bisa petik daun ini dan menjualnya ke toko. Kita bisa kaya."

Ku lihat nenek malah tertawa. Aku tak mengerti apa yang salah dari ucapanku.
"Kenapa nenek tertawa? Aku serius."

"Nak, daun itu tidak akan laku dijual. Bagaimana bisa membuat kita jadi kaya?"

"Tidak laku bagaimana? Ini bukan daun biasa. Ini daun berharga. Ini daun emas, Nek. Langka ditemukan."

"Langka bagaimana? Semua orang juga punya. Lihat sekelilingmu."

Aku pun melihat sekeliling. Benar kata nenek. Semua tanaman memiliki daun emas, tapi bagaimana bisa?

"Tapi, kenapa tidak ada orang yang menjual daun itu. Daun itu kan emas, bisa dijual dan dapat uang. Daun itu barang berharga."

"Nak, barang yang berharga, tidak akan bernilai lagi jika semua orang sudah memilikinya. Tak ada lagi yang mencarinya. Tak ada lagi yang berusaha untuk memilikinya. Karena pada dasarnya mereka sudah punya. Sama seperti dirimu. Dirimu tak akan jadi berharga jika dirimu tak memiliki keunggulan dibanding yang lainnya. Untuk itu bekerja keraslah, gali potensimu. Yang menjadi tolak ukur berharga tidaknya dirimu adalah potensi, kepintaran, kecakapan. Bukan berapa uang yang kamu punya. Uang adalah ganjaran atas potensimu. Yang berharga bukan uangmu tapi potensimu. Setiap orang bisa punya uang, tapi tidak dengan potensi."

Aku hanya berdiam diri dan tersadar. Rasanya tubuhku berputar dan tertarik begitu saja dari dunia itu. Dan aku menyadari bahwa itu hanya mimpi belaka. Mimpi indah masa kecil, yang berhasil membawaku untuk bangun meraih mimpi yang sebenarnya.

Filsafat dari Seorang AnakTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang