(Haqi P.O.V)
"Hey-hey... tunggu bentar Bro!!", cegah Haqi sambil meraih sebuah buku yang berjudul 'BECAUSE YOU MY DESTINY' yang tergeletak di box buku-buku yang sedang di discount.
"Kenapa lagi? Udah lah Qi, udah sore nih..", protes Ozy dengan wajah dongkolnya.
"Lo liat deh Zy, ini buku cewe gua yang terbaru, dia pasti baru nerbitin!!", ujarnya senang. Kedua matanya menggambarkan kegembiraan.
"Yaudah, buruan beli tuh, ntar nyesel lagi kalo gak lo beli, itu yang kaya 6 bulan lalu.. akhirnya kehabisan stok mampus deh lo!"
"Bener juga, yok!!". Merekapun bergegas.
Haqi tak hentinya membuka-buka buku yang baru saja dibelinya, sampulnya memiliki gradasi warna pink dan jingga yang menggambarkan kesenduan. Di sisi kanan atas bermotif bunga lily Pink yang terangkai hingga menjulur kebawah, dibagian tengah cover tertulis judulnya, di bagian bawah terlukis sebuah foto seorang gadis yang tengah menanti sebuah sesuatu, dan tak lain foto itu adalah Maudy sendiri, penulisnya. Sudah menjadi ciri khas buku-buku sastra Maudy adalah dengan menampakkan fotonya di bagian cover.
Lama ia memandangi buku tersebut, dibawah remang lampu tidurnya ia terbaring dan memeluk buku itu, sambil bermain dengan angan-angannya tentang wajah kekasihnya itu, Maudy. Sesekali Ia tersenyum saat mengingat beberapa moment terindah yang pernah mereka ukir berdua. Tak lama kemudian ditengah senyumnya terselip tetesan air mata yang mengalir dari kelopak mata. Jelas saja ia merindukan Maudy.
Setidaknya Haqi bersyukur karena Maudy masih setia padanya meski sudah 7 tahun tak pernah betatap muka secara langsung dan selama 4 tahun sempat kehilangan komunikasi. Namun kini setidaknya ia bersyukur karena bisa kembali bersua dengan kekasihnya sekalipun dari kejauhan. Rindu hanya terobati lewat suara dan pesan singkat, kadang kala jika waktu sedang berbaik hati mereka hanya diizinkan menatap wajah melalui perantara Video Call. Jika dirasakan memang sungguh menyakitkan, namun inilah yang dinamakan perjuangan, pengorbanan dan kesabaran dalam pelajaran cinta.
Saat ini usia mereka sudah 25 tahun. Saat ini Haqi sibuk dengan dinas luar kotanya sebagai Polisi dan disamping itu ia juga sudah mempunyai 2 suku cadang bengkel mobil di 2 kota. Sedangkan Maudy di usianya yang sudah menginjak 25 ini, ia sibuk menjalani karir sebagai seorang penulis, sejak lulus SMA ia sudah bisa mendapatkan uang dari tulisan-tulisannya dan itu berlangsung hingga sekarang, perlahan Maudy meniti karirnya, dan sekarang namanya sudah tersebar luas di masyarakat, buku-buku yang ia terbitkan banyak digemari oleh berbagai kalangan. Tulisannya yang realistik dan penuh dengan keharmonisanlah yang mempertahankannya hingga saat ini.
Disamping itu, ia juga berkerja di salah satu kantor Kementrian Agama sebagai penyuluh dan konsultan , ia juga masih melanjutkan studynya di salah satu Universitas Negeri Favorit di kota yang ia tempati saat ini, disamping itu juga ia menjadi asisten Dosen. Semua kesibukan Haqi dan Maudy membuat mereka seolah-olah tidak pernah merasa dekat, namun Haqi dan Maudy tak pernah lelah beraharap untuk berjumpa.
"Li... ana kangen banget sama anti, 7 tahun kita gaketemu, 7 tahun ana gak ngedenger ocehan-ocehan dan kata-kata rese' dari anti, ana kangen sama kalo lagi ngambek, cemburu, apalagi kalo lagi nangis. Ana juga kangen sama tingkah anti kalo lagi manja. Yang paling ana kangenin adalah saat anti ngajakin ana sholat, dan ngebangunin tahajud. Selain itu kadang ana ngerasa kangen sama masa-masa kita sekolah dulu. Anti yang terus-terusan ngajakin belajar-belajar dan belajar supaya pas UNAS kita bisa lulus dengan nilai yang memuaskan dan bisa ngegapai cita-cita bareng, dan akhirnya harapan kita dikabulin sama Allah....", Haqi meraih ponselnya, Ia menatap display walpapernya yang sengaja ia pasang foto Maudy 7 tahun lalu, ia bergumam lagi
"Li... waktu umur anti 17 tahun,, anti maniiiis banget, apalagi sekarang yak? Pasti anti kelihatan lebih dewasa dan sehat. Pasti sekarang anti udah gasakit-sakitan lagi, anti mungkin udah bahagia sama kehidupan anti yang sekarng. Cita-cita kita sekarang udah terwujud, anti udah jadi wanita karir yang sukses, dan yang terpenting anti sekarang udah jadi penulis professional. Li... disini ana masih pegang janji ana yang dulu, ana setia nunggu kabar dari anti, entah kenapa ana gabisa berpaling dari anti, Li.. apa anti juga ngerasain hal yang sama kaya ana sekarang??, ana rindu anti", ia tersedu dan memeluk erat ponsel dan bukunya didada, berharap tangis kerinduannya bisa mengobati.
*Anti, Ana (Bahasa Arab)=Kamu (perempuan), Aku.
Ia mengembara jauh kemasa lalu, masa dimana saat mereka remaja bisa menikmati waktu bersama sekalipun tidak seutuhnya. Dibalut selimut kerinduan ia hanya bisa menitip salam pada gemerlap bintang kejora, ia juga menitipkan sekotak kado berisi cinta, penantian dan harapan yang sudah ia bungkus rapi dalam kotak kasih sayang pada bundarnya bulan yang sempurna.
Binatang malam kini tengah bernyanyi tentang sebuah lagu kehampaan untuknya, ia turut bernyanyi dalam sedih.
TING TUNG TING TUNG!!!
Tanda ada BBM masuk, jantung Haqi berdegup kencang, seperti ada yang menggedor-gedor hatinya untuk segera membuka tone notifikasi itu. Nama Maudy terpampang, ia segera membacanya.
*(Sampai sini dulu yak? mau cari info remidian nih, maklum baru kelas UAS, sabar yak readers), sampai sini tolong dong komentarnya, vote nya juga yak :)..
KAMU SEDANG MEMBACA
SINGGASANA DI BAWAH PURNAMA
RomanceGemerlap bintang melukiskan kerinduan Aku menatapnya dengan penuh pengorbanan Memberanikan diri untuk menitip salam tentang harapan Tentang sebuah cinta yang lama tak terungkap Ketika penantian bersanding dengan kesabaran Saat itulah perlahan semuan...