BAB 4 : Hatipun Berkata

66 3 4
                                    

(Maudy P.O.V)

Tak pernah kusangka pagiku akan menjadi secerah ini, semangatku semakin bergelora kala ku tatap mata sayu milik Haqi yang bertahun-tahun kurindukan. Kulit putihnya bagaikan salju yang menyalurkan kesejukan kala ia genggam tanganku tadi, senyum simpulnya bagaikan air yang mengguyur taman-taman kerinduanku yang telah lama gersang, dann oohh... wajahnya yang teramat rupawan, seketika mengubah duniaku menjadi penuh dengan semerbak aroma cinta yang wangi. Mengingat kejadian baru saja aku hanya mampu tersenyum bahagia. Yaaah... AKU BA-HA-GIA.

Ku pejamkan mata dan ku tarik nafas dalam-dalam, kemudian ku hembuskan perlahan, tak sadar aku menggumamkan namanya,
"Haqi, Haqiku yang lama tak pernah kutatap...".
"Seandainya waktu bisa kuhentikan dan aku mampu menutup mata manusia-manusia yang ada disekitar kita saat itu, aku ingin sekali memeluk erat tubuhmu, melepas rindu yang telah lama ku kurung, tapi apalah dayaku... Tuhan pasti belum mengizinkan aku dan dia bersua lebih lama, huufftt!!", aku bergeming sembari mengemudi. Tiada henti anganku tergambar wajahnya yang baru saja ku tatap. Oh... semakin memuncak rinduku padanya.

"Tuhaaaaannn.... bebaskan aku dari rindu yang mencekam ini", aku berteriak dalam hati.

||||||||||||||||||||||||||||

(Haqi P.O.V)

Maudy, wanita yang selama ini mengajarkan arti kesabaran dalam penantian, baru saja tersenyum dihadapanku, senyum manisnya yang lama ku rindukan dan senyumnya yang tak pernah berubah.

Aku tidak salah memilih dan aku tidak salah mempertahankannya hingga detik ini, dia yang elegant, sederhana, dan wajah manisnya yang tiada seorangpun memilikinya. Dunia seperti roda yang menggelinding dengan cepat, seolah tiada waktu untuk kami saling bersua. Yah... setidaknya aku sedikit lega bisa dipertemukan dengannya sekalipun sebentar.

Mataku tak lepas memandangi mobil Jazz pinknya kini telah melaju cepat melewati kemacetan. Jauh. Aku merasa kesepian setiap kali mengakhiri pertemuanku dengannya.

"Bidadariku...", aku bergumam dalam hati. Semangatku untuk menjalankan tugas pagi ini semakin meluap. Tak sabar menunggu waktu yang serupa terulang. Ya... waktu yang serupa. Bukan waktu yang sama, karena,
"Waktu yang sama takkan pernah terulang.", masi kuingat kata-kata Maudy yang sering ia lontarkan padaku.

Kini ku lanjutkan tugas pagi dengan penuh impian dan harapan. Tentunya impian dan harapan yang B A R U.

See you again readers, aduh mav yak author lamaaaaaa bnget ga ngepost kelanjutan ceritanya, masi sibuk sama urusan sekolah, iyalah 1 Minggu lagi author UNAS (Curhat). Plakk !!.
Lagian author orangnya moody an kalo nulis, hehe, suka banyak judul2 baru, mav kalo author gakonsisten😭😭, author siap dihukum deh, hiks hiks hiks😭😭😭.. Tapi tenang aja cerita ini bakal aku selesaiin dg cepat, wuusshhh... ok??? 💨💨

Jangan lupa tinggalkan voment kalian 😊👍👌✌👋.

#note: mav kalao mulai part 1-3 typo semua, mulai nama pemain sampe narasi, di part ini akan kucoba memperbaiki, ok?? peluk cium 😘😘😘😘😂😂😂

___Maudy EL-J___

SINGGASANA DI BAWAH PURNAMATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang