Bab 1

72 8 0
                                    

      Hari Senin. Huh. Monday dalam kamus Faiz adalah Monster Day. Memang banyakkan murid yang tidak menyukai kehadiran hari senin? Alasannya banyak. Seperti malas mengikuti upacara bendera yang mendengarkan pidato kepsek. Menurut Faiz, hari senin kali ini diisi oleh mata pelajaran yanh digurui oleh guru killer. Kimia, Matematika, dan Bahasa Inggris. Dari ketiga mapel itu, tidak ada guru yang mengajar dengan hati lembut.
     Dengan malas Faiz memanggul backpacknya ke dalan kelas X IPA 1. Faiz memang tergolong anak yang cerdas dalam bidang akademik maupun non akademik. Ia memiliki banyak prestasi dalam bidang basket. Ia juga pernah mengikuti Olimpiade Biologi di tingkat Provinsi.

"Eh Iz, pinjem pr Kimia dongg," pinta sahabatnya, Valdo.

"Noh ambil ditas gue, bukunya warna item," ujar Faiz sambil meninggalkan kelas menuju kantin. Masih sepi. Batin Faiz saat tiba di kantin.

"Buk, beli roti satu sama soda satu ya," ujar Faiz kepada ibu kantin.

"Semuanya sembilan ribu dek," ujar ibu kantin.

"Ini bu, makasi," kata Faiz.

      Saat hendak menuju kelas, ia melihat seorang perempuan dengan gaya yang terbilang nerd. Kayak pernah liat. Ah palingan dijalan. Batin Faiz.

————————————

"Selamat pagi anak anak, kita kedatangan murid baru. Yak silahkan masuk," ujar Bu Gita, Guru Kimia.

"Um... perkenalkan aku Kinandya Hardi Susmanto, aku dari kampung. Semoga kalian bisa berteman dengan aku ya," ujar cewek yang membuat Faiz mengalihkan pandangannya dari handphonenya. 

Loh? Kinan?

"Ya sudah, kamu duduk di bangku nomer tiga ya," ujar Bu Gita sambil menunjuk meja di seberang meja Faiz.

"Eh Kinan, lo masih inget gue kan?" Kata Faiz dengan suara yang kecil.

"Kak Faiz kan?" Tanya Kinan balik.

"Gausah pake 'Kak', kita kan seangkatan,"

      Ucapan Faiz hanya dibalas senyuman manis Kinan. Lantaran Kinan tahu, bahwa pelajaran akan segera dimulai.

————————————

"Kin ke kantin yuk," ajak Faiz.

"Um... yaudah, aku tungguin Riana dulu deh," kata Kinan sambil menunggu teman sebangkunya merapikan buku-bukunya.
      Setibanya di kantin, hanya ada satu meja yang masih terlihat tidak ada penghuninya.

"Eh Kin, Na, duduk disana aja yuk," usul Faiz sambil menunjuk meja yang berada dipojok kantin.

"Lo mau pesen apa Kin?" Tanya Faiz.

"Oh Kinan aja yang dipesenin? Gue enggak gitu?" Canda Riana.

"Yaudah kalian mesen apa?"

"Aku jus semangka aja, Iz" kata Kinan.

"Gue batagor sama es jeruk," kata Riana.

"Oke," kata Faiz sambil meninggalkan Riana dan Kinan.

"Eh Kin, lo merasa gak kalo Faiz naksir sama lo?" Tanya Riana to the point.

"Ha? Maksudnya dia suka sama aku? Ya enggak lah, Riana, Riana mana ada dia suka sama aku. Toh baru pernah ketemu dua kali," telak Kinan. Emang benerkan aku cuma dua kali ketemua sama dia? Batin Kinan.

"Cinta ataupun suka gak pernah memandang waktu, Kin" kata Riana dengan senyum misteriusnya.

————————————

"Baik anak anak, pelajaran kita lanjutkan minggu depan," ucap Bu Desti, Guru Bahasa Inggris.

Akhirnyaaa. Bosen mati-matian gue. Batin Faiz.

     Kala merapikan buku, Faiz terus saja memperhatikan Kinan yang sedang melengkapi catatannya. Kalo lagi serius cantiknya nambah, neng. Yoloh otak gue udah konslet.

"Liatinnya biasain aja bisa kali," celetuk Valdo.

"Gausah sampe netes juga tu iler lo, Iz ahahaha," canda Riana.

"Ehh Neng Kinan, jangan dikacangin dong Abang Faiznya nanti ngambek loh, ahahaha," celetuk Petra, sahabat Faiz.

"Ini ada apa ya?" Tanya Kinan polos

"Eh Kin, gausah di dengerin yah. Biasa setan setan jam segini mah sering bersliweran apalagi yang jomblo," kata Faiz.

"Eh lo kira lo gak jomblo?" Celetuk Valdo.

"Ya gue kan jomblo doang gak kayak lo lo pada jomblo ngenes," kata Faiz.

"Um... aku pulang dulu ya semua," kata Kinan.

"Ehh Kinn, tungguu lo pulang sama siapa?" Tanya Faiz.

"Eaa modus plan A nih si Faiz, ahahah," goda Riana.

"Aku naik sepeda, Iz. Kenapa Iz?" Kata Kinan.

"Ohhh baru mau ngajakin pulang bareng hehehe," ucap Faiz.

"Lain kali ya, Iz. Eh semua aku pulang dulu yaa," kata Kinan sambil melambaikan tangan.

"Okee daaa," kata Riana sambil melambaikan tangan.

————————————

"Halo?"

"Halo Kinan, ini gue Riana,"

"Ohh Riana kenapa?"

"Gue ke rumah lo sekarang yaa,"

"Ohh bolehh alamatnya di Jln. Kenanga, Gang Tulip nomer 36,"

"Oke deh, sekitar 10 menit gue nyampe, daaah,"

————————————

"Eh Kin, gue mau cerita niihh," ucap Riana.

"Ohh cerita apa?" Tanya Kinan.

"Ini tentang perasaan gue, Kin. Gue dari dulu deket banget sama Valdo dan lo tau kan kalo antara cewek dan cowok itu deket bakalan timbul rasa...," putus Riana.

"Oke aku tau, rasa suka kan?" Tebak Kinan.

"Trus solusinya apaan Kin?" Rengek Riana.

"Kalo kamu mau dia tau, ya kasi tau kalo kamu suka sama dia," ucap Kinan.

"Tapi gue takutnya nanti dia yang enggak suka sama gue, Kin" kata Riana putus asa.

"Kamu jangan menyerah gitu dong, coba kamu perlahan-lahan kasi tau dia, pasti dia bisa mengerti," ucap Kinan.

"Tapi Kin... gue gak yakin," ucap Riana sambil menundukkan kepalanya tanda keputusasaannya.

"Gini aku kasi tau, coba kamu lihat dirimu seperti warna. Walaupun kamu bukan warna favorit seseorang, tetapi suatu saat nanti akan ada orang yang membutuhkan warnamu untuk melengkapi lukisannya," ucap Kinan.





GoneTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang