Seperti mayat hidup. Iya mungkin itu keadaan Seungcheol sekarang. Dia mungkin sudah rela, sudah bisa melepaskan Doyoon. Tapi, tentu tidak akan semudah itu, jika pulpen tanpa isinya, tidak berguna.
Seungcheol kehilangan setengah nyawanya, bukan, tepatnya nyawanya. Laki laki itu bukanlah orang bisa beradaptasi dengan baik, orang lain pasti akan berpikir dia angkuh, tak berperasaan. Tapi hanya Doyoon yg tau, hanya dia yg mengerti, hanya dia yg bisa melengkapi ketidaksempurnaan seorang Choi Seungcheol. .Seungcheol tetap hadir di akademi, dia tetap hadir di setiap kelas dan melakukan semua aktifitas seperti biasa. Dia tidak ingin orang tau seberapa rapuh dirinya yg sekarang. Sebelum Doyoon masuk akademi, Seungcheol dikenal sangat dingin, untuk tersenyum saja berat baginya. Setelah Doyoon datang, air dingin itu menjadi air yg hangat. Doyoon mengajarkan Seungcheol banyak hal, bahkan bagaimana bisa tersenyum. Dan sekarang air yang hangat itu kembali menjadi dingin. Bahkan mungkin lebih dingin. Anak2 akademi saja jadi sungkan mendekati Seungcheol yg sekarang, walau hnya sekedar bertanya. Earphone selalu terpasang di telinganya.
Percakapan itu masih terus tergiang di telinga Jeonghan.
"Aku melepaskanmu"
"Aku seharusnya tidak mendengar hal itu. Yoon Jeonghan apa yang kau pikirkan. Kau punya Jisoo. Bahkan tanpa Doyoon sekarang, Seungcheol tidak akan melirikmu. Jangan bermimpi!"
"Bermimpi ? Mimpi apa?"
-matilah-
"Mimpi.....itu.....aku... aku bermimpi tadi malam"
Dengan canggung Jeonghan menjelaskan. Untung Jisoo tidak mendengar semua ucapannya.
"Kau memimpikan ku?"
"siapa lagi" berbohong saja, itu lebih baik.
"Bagaimana kemajuan cord mu?"
"Baik, sedikit lagi, kalau sudah selesai, akan kutunjukkan pdamu"
"Oke...."
Jeonghan memperhatikan Jisoo. Jisoo terlalu baik, terlalu baik. Dia mencintai Jisoo, ya dia mencintainya. Tidak akan ada yang berubah.........
"Kau harus ke Amerika?"
Malam itu tiba2 Jisoo ingin bertemu dengan Jeonghan. Mereka bertemu di sebuah cafe tak jauh dri akademi. Dia bisa membaca dri mata Jisoo, ada sesuatu yg terjadi. Laki2 itu tampak sedih dn gelisah
"Tadi siang ayahku telpon, kalau ibu ku masuk rumah sakit. Keadaannya cukup parah, dan butuh perawatan intensif. Jantungnya kambuh. Jadi aku harus berangkat ke Amerika"
"Kapan?"
"Besok pagi, semua telah di urus paman ku. Tidak akan lama, hanya 5 hari mungkin satu minggu....." Jeonghan meraih tangan Jisoo, dan tersenyum,
"Jangan khawatir, ibu mu akan baik baik saja. Dan kau juga tidak perlu khawatir meninggalkanku disini, 5 hari, satu minggu bahkan, satu bulan atau satu tahun. Ibumu membutuhkan mu, kau pasti khawatir dn merindukannya"
Jisoo membalas senyuman itu, dan memeluk Jeonghan,
"Terima kasih" ."Kau harusnya tidak perlu mengajak ku makan di tempat seperti ini untuk bilang semua itu. Ini terlalu berlebihan Jisoo. Mungkin hanya kau laki2 yang mengajak kekasihnya kencan dengan suasana romantis, untuk pamit ke Amerika menjenguk ibumu yang sakit"
Jisoo hanya bisa tersenyum, "kau tau aku kan ...."
"Hmm aku yang paling tau"
"Sampaikan salam ku ke ibu dan keluargamu, semoga ibumu lekas sembuh. Aku harusnya menitipkan sesuatu...."
"Hey kau tidak perlu, itu saja cukup, ibu ku pasti akan senang"
"Dia akan senang? Jadi dia sudah bisa menerima ku?"
Jisoo hanya bisa tertawa,
"Mau tidak mau, seorang ibu akan tetap menyayangi anak nya bahkan anaknya seorang pembunuh sekalipun"
Ya, orang tua Jisoo terutama Ibunya tidak suka dengan hubungan mereka. Saat tau anaknya yang laki laki, berpacaran dengan seorang laki laki, ibu Jisoo sangat marah dan menentangnya. Jisoo berasal dari keluarga yang agamis. Sebelum masuk akademi. Di Amerika Jisoo selalu menghabiskan waktunya dengan sekolah dan paduan suara Gereja. Tapi, apapun bisa terjadi. Jisoo bahkan tidak menyangka dirinya bisa menyukai Jeonghan. Sosoknya yang seperti malaikat, mungkin yg paling menarik perhatian Jisoo. Yang selalu mengerti dan bisa menebak isi kepala laki2 itu. Dan mau tidak mau ibunya pun luluh, menerima malaikat itu. Yoon Jeonghan.
KAMU SEDANG MEMBACA
STORY ABOUT US
Romance"Aku hanya mengambil apa yang harusnya menjadi milikku" - Choi Seungcheol "Aku melepaskanmu, karena aku sayang padamu Jeonghan" - Hong Jisoo "Cinta memang tidak bisa ditebak" - Yoon Jeonghan "Kau yang selalu meyakinkanku untuk menggapai impian...