Goo Junhoe

145 10 1
                                    

Ah, sudah akhir pekan. Akhirnya aku dapat merasakan nikmatnya bangun siang dan bermalas-malasan sepanjang hari.

Aku terus tenggelam di atas selimut yang kian menarikku dalam kenyamanan sampai akhirnya Eomma mengagetkanku dengan ketukan pintu kamar yang semakin ia keraskan karena aku tak kunjung menyahut.

"Goo Junhoe, bangunlah! Ini sudah jam 8. Apa kau lupa? Kau harus menjemput Appa di bandara." Kata Eomma dengan suara lembutnya yang sedikit ditinggikan.

Mendengar kalimat terakhir Eomma itu aku langsung loncat dari tempat tidur dan membuka pintu kamar. Tanpa pikir panjang, aku langsung ambil kunci mobil dan berangkat menuju bandara. Dan ya, aku tidak berganti baju bahkan mencuci muka. Tolong jangan bayangkan bagaimana wajah bangun tidurku.

Untunglah aku tidak lupa membawa ponsel. Bisa-bisa aku dapat double combo berupa omelan dari Appa dan Eomma jika mereka tidak mengetahui posisi ku dimana.

Sesampainya di bandara aku langsung berlari menuju kedatangan domestik, entah apa yang membuat bandara begitu ramai dihari Minggu pagi seperti ini, aku hampir menabrak beberapa orang yang sedang berjalan hingga akhirnya aku benar-benar menabrak seorang perempuan sampai semua barang bawaanya terjatuh dari trolly.

"Mianhae. Jeongmal mianhatta." Kataku sambil membantunya berdiri dan membereskan barang bawaannya. Namun dia tidak merespon apa-apa. Apa dia tidak mengerti? Dari penampilan dan wajahnya memang tidak menunjukkan bahwa ia orang Korea. Mungkin dia orang Thailand.

"I mean, I'm sorry." Ralatku.

"Ah, it's okay. I'm fine. Maybe you're in hurry but yet you have to be more carefull when its crowded. Are you wanna pick up someone over here?" Sesuai dugaanku, dia memang tidak mengerti bahasa Korea.

"Yes, I am. Are you really ok? I feel bad for it."

"Don't be worry about. Btw, nice pijamas. I have to go now. Bye, see you." Ucapnya meyakinkan aku bahwa ia baik-baik saja. See you? Memangnya dia ingin bertemu lagi denganku? Hahaha gadis Thailand yang aneh. Tunggu? Mengapa aku tersenyum memikirkannya? Apa lucunya?

"Ya! Mengapa kau berada di terminal luar negeri! Aku sudah menunggumu disana selama setengah jam ternyata kau disini." Kata seorang laki-laki tua sambil memukul kepalaku dengan koran.

"Aish jinjja, siapa sih yang–eh juseonghamnida Appa, aku tadi kesiangan." Sial, ternyata laki-laki tua itu Appa—ku sendiri.

"Ya! Siapa yang kau sebut jinjja?"

"Tidak. Aku pikir tadi yang memukulku orang iseng."

"Kau ini! Kau sudah makan?"

"Aku bahkan tak mengganti pakaian dan mencuci muka. Bagaimana bisa aku memikirkan makan?"

"Ya sudah, kita nanti berhenti dulu untuk makan." Meskipun sedikit menyebalkan, tapi laki-laki tua ini pengertian sekali.

Dan tanpa sadar, aku memandangi gadis Thailand itu sampai ia benar-benar hilang ditengah keramaian.

Seminggu berlalu, namun aku masih saja memikirkan si-gadis-Thailand. Ini aneh. Apa yang terjadi denganku? Setiap pagi aku harus tersenyum sendiri jika mengingat senyum perpisahan saat ia bilang "Btw, nice pijamas. See you." Aku bahkan baru bertemu dengannya pertama kali. Apa? Cinta pandangan pertama? Tak mungkin. Terakhir kali aku naksir orang saat SD dan tidak terlalu lama. Mungkin aku mulai gila.

Nah, itu dia bisku datang. Rutinitas setiap hari yang melelahkan. Sekolah-les-pulang kerumah. Terus diulang selama aku duduk dibangku SMA. Membosankan? Tentu saja. Tapi apa boleh buat. Setidaknya jika aku sekolah, aku dapat menyalurkan hobi menyanyiku melalui klub vokal. Aku juga menjadi penyanyi mingguan untuk radio sekolah. Aku bahkan punya segmen sendiri, suara emas Goo Junhoe hahaha.

FOOTSTEPTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang