Supir bodoh. Kalau tidak bisa menyetir buat apa dia jadi supir bis kota? Mengerem mendadak membuat semua orang panik. Tak terkecuali, orang yang terus diam yang berdiri disampingku. Dia bahkan tak berkata apa-apa setelah aku menolongnya. Dasar perempuan tak tahu diri.
"Apa perpustakaan masih jauh?" Tanyanya.
"Sebentar lagi sampai." Jawabku.
"Bisa tidak kita makan dulu?" Dasar perempuan banyak mau.
"Kita tak punya waktu. Perpustakaan tutup jam 5. Dan kau tahu sekarang jam berapa?"
"Tapi aku belum makan siang. Aku sibuk mencatat bahan yang ingin kita masukan kedalam makalah. Kau sendiri yang menyuruhku tadi."
"Kau pikir aku peduli?"
"Jadi, kau ingin menggendongku jika aku pingsan?"
Aku hanya menatapnya tanpa berkata.
"Aku punya riwayat penyakit maag. Aku tidak boleh telat makan." Lanjutnya.
"Oh Tuhan, mengapa kau baru bilang?!"
Aku langsung menariknya dan membawanya bersiap keluar dari bis di halte terdekat. Setelah turun, aku langsung berlari.
"Kita mau kemana?" Tanyanya dengan bodoh.
Aku tak menjawab, aku lanjutkan dengan berlari dan mencari mini market terdekat. Ah, itu dia!
Kulepaskan genggaman tanganku dan aku masuk sendiri mengambil beberapa kimbab dan air mineral. Mungkin itu semua sudah cukup.
"Makanlah. Kau hanya punya waktu 15 menit untuk makan. Setelah itu kita ke perpustakaan." Pintaku.
"Kau tidak sedang bercanda, 'kan?"
"Aku tidak mau menggendongmu sampai kerumah. Kau tahu rumah kita beda 3 blok? Itu akan sangat melelahkan."
"Oh baguslah. Kau tidak ikut mau?" Ia menawarkan Kimbab yang ku berikan padanya.
"Kau sudah membuang 3 menit dengan berbasa-basi. Waktumu tersisa 12 menit."
Si bodoh itu langsung melahap Kimbab yang ku berikan. Tanpa minum. Antara rakus dan kelaparan memang beda tipis.
"Air. Apa kau tak beli air?" Ucapnya sambil mengunyah Kimbab terakhir.
Aku memberinya sebotol air mineral dan ia langsung menghabiskan setengahnya. Dia ini gembel yang belum makan dua hari atau apa sih?
"Berapa lagi sisa waktuku?" Tanyanya sambil meminum air yang tersisa dibotol.
"Kau terlewat 15 detik." Jawabku santai.
"Apa yang kau perbuat? Seharusnya kita langsung menuju perpustakaan bukannya berleha-leha begini!" Lalu ia menarik lenganku, sama seperti aku menarik lengannya tadi.
Dasar bodoh. Sudah tahu tidak tahu letak perpustakaan, tapi mengapa ia mau memimpin jalan. Aku langsung bertukar posisi dengannya, dan menuju perpustakaan.
Ah, syukurlah. Masih pukul 15.30. Tersisa satu jam setengah untuk mencari bahan makalah kami.
Kalian mungkin bingung mengapa aku bisa bersamanya sekarang. Tapi, percayalah, kejadian tempo hari dikantin itu yang membuat kami jadi seperti.
Satu sekolah geger, bahkan para guru—pun mengetahuinya. Tak ada yang bisa kami berdua lakukan selain menerima hukuman bersama-sama. Hukuman untuk terus menjadi rekan kelompok disetiap mata pelajaran.
Semua guru kami terus mengungkapkan hal yang sama, "Ini semua kami lakukan agar kalian tak lagi menyulut api yang lebih besar." Kalian pikir aku mau bertengkar dengan seorang wanita?
Mereka semua aneh. Namun aku bersyukur, setidaknya tidak hanya Jimin yang akan mengisi hari-hari Yuji. Akupun bisa. Bahkan sesekali kami mengerjakan tugas di rumah. Baik di rumah Yuji maupun rumahku. Dan, Yuji juga terlihat akrab dengan kakak perempuanku. Ia bahkan memanggilnya dengan sebutan 'Eonnie'. Tidak hanya dengan kakakku, Eomma ku juga menyukai keramahan Yuji. Kita juga sering makan malam bersama.
KAMU SEDANG MEMBACA
FOOTSTEP
FanfictionBeberapa orang mungkin akan sulit untuk mengekspresikan perasaannya. Beberapa orang mungkin akan dengan mudah mengungkapkan perasaannya. Namun percayalah, kau hidup didunia nyata. Di mana semua orang tak punya waktu untuk menebak teka-teki darimu...