Ayah Bundaku Juga Pahlawan

128 3 0
                                    

            Dikayuhnya lagi roda duanya itu menuju rumahnya. Bintang tau, kalau dirumah sedang tidak ada siapa-siapa. Ia lebih memilih untuk duduk diteras kecil rumahnya, menuggu kakeknya pulang. Sambil menopang dagu, memandang halaman rumah, dan menghitung banyaknya orang-orang yang berlalu-lalang didepan rumahnya, Bintang menunggu, menunggu, dan menunggu. Lamaaa sekali, sampai akhirnya berhentilah seorang tukang pos yang memarkirkan sepeda onthel didepan rumahnya.

            “Bintang!” sapa tukang pos itu membuyarkan lamunan Bintang. “Kakek!” senyum Bintang pun langsung mengembang ditengah lesung pipitnya. “Kenapa kamu ada diluar rumah Bintang? Kenapa nggak masuk rumah?” tanya kakeknya seraya menghampiri Bintang dan duduk disampingnya. “Bintang lagi nungguin kakek pulang.” Jawabnya polos.

            Kakeknya tersenyum, mengusap-usap kepala cucu tersayangnya itu, “Emang ada apa?” tanyanya lembut. Bintang pun mulai bercerita, “Tadi Bintang main sama teman-teman dirumah Tiara. Semua teman-teman Bintang bercerita tentang ayah juga bunda mereka yang mereka anggap Pahlawan. Kakek ingatkan kalau besok itu Hari Pahlawan? Nah Bintang juga ingiiin sekali bercerita tentang ayah dan bunda Bintang, kek.”.

“Oooh.. jadi begitu.” Ucap kakeknya sambil memandang iba cucunya itu. Mengingat anaknya juga menantunya, harus mebuatnya menahan kristal-kristal cair itu keluar dari kelopak matanya. Ia tak mau terlihat sedih di depan cucunya.

            Bunda, sebutan sayang untuk seorang ibu bagi Bintang. Ibu Bintang telah tiada saat Bintang masih bayi. Penyakit kanker, telah membuat hidupnya berkata lain. Ayah Bintang, juga entah kemana. Beliau meninggalkan rumah saat Bintang masih berumur genap satu tahun, sampai akhirnya ayah Bintang dinyatakan hilang saat bertugas. Sampai saat ini Bintang dan kakeknya masih mengharapkan kepulangan ayah. Mereka yakin, pasti ayah Bintang masih hidup.

Kini hanya tinggal sebingkai foto kecil yang menemani Bintang, saat ia harus merasa rindu dengan ayah bundanya. Semua itu membuat Bintang harus hidup sebatang kara tanpa kasih sayang orang tua. Beruntung masih ada kakeknya yang menemani, mengasuh dan menyayanginya, sekarang ia tinggal bersama kakeknya di istana kecil itu.

“Jadi kek, ceritain dong ke Bintang, bagaimana dulu ayah dan bunda Bintang..” pertanyaan itu akhirnya muncul dari mulut mungilnya. “Bintaang..” ucap kakek lembut merangkul pundak cucunya. “..inget ya kata-kata kakek yang satu ini. Bintang nggak boleh minder sama orang lain! Asal Bintang tau yaa, ayah dan bunda Bintang juga seorang pahlawan. Dulu ayahmu itu seorang TNI Angkatan Udara, dan tak kalah juga bundamu yang seorang perawat.”. “oh ya?” Bintang menatap kakeknya tak percaya. Kakek mengiyakan dan Bintang tersenyum bangga.

“Ya sudaah, masuk yuk. Bintang harus istirahat. Kan besok Bintang jadi pemimpin upacara.”. “iya kek.” 

Kakek Punya BintangTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang