Background (Daniel)

25 1 1
                                    

"Jadi Dan,kapan kamu mau bawa menantu mama kerumah?" hah. Pertanyaan ini lagi.

Aku hanya diam dan kembali fokus pada makanan didepanku lagi.

"Iya mas Dan, Arief udah berapa kali kesini loh. Masa mbak yang mau jadi kakak iparku ga dateng-dateng?" kali ini adikku,Karin, yang menimpali. Jika sudah seperti ini, aku hanya dapat merenggut dan masa' bodoh dengan apa yang seisi ruangan ini katakan.

"Kamu itu anak laki-laki satunya Dan, perkerjaan ada, pendidikan bagus, masa ga ada satupun perempuan yang mau sama kamu? Mau jadi perjaka tua ha?" timpal ibuku lagi dan akhirnya aku hanya memberikan jawaban klasik lagi"belum ketemu yang cocok aja ma" jawabku sambil lalu, masa' bodoh lah, kalau Karin nantinya memaksa nikah duluan daripada aku, daripada pernikahanku berantakan ya lebih baik pelan tapi pasti.

"Yauda, aku duluan deh yang nikah mah! Daripada nunggu mas nikah, bisa jadi perawan tua aku." tuh kan, apa ku bilang.

"Hus! Kamu ini Karin, sabar sedikit kek! Makanya bantu cari dong buat mas mu" bela mama kepadaku, huh, mulai lagi. 2 wanita yang ku cintai ini mulai berdebat lagi tentang masalah klasik mama-pengen-gendong-cucu.

"Udah mah, masnya aja banyak tingkah, sok-sok ga mau sama temen-temenku" udah kelewatan nih bocah.

Ku gumpal tissue diatas meja perlahan ku remas menjadi satu dan, SHOOT!

"Aww mas, sakit!" teriak karin padaku.

"Emang enak?!" ledek ku padanya. "Mau lagi? Nih nih siniin kepalanya" ucapku, sambil memelintir tissue lagi.

"Daniel, Karin, umur kalian tuh udah tu'ek. Malu dong sama umur masih mainin tissue" teriak mama dan akhirnya berhasil membuatku terpojok secara terang-terangan. Hoalah.

Karin yang ku tatap hanya memasang tampang bengis tanpa rasa bersalah padaku, punya adik satu-satunya pas mas-nya kena masalah bukannya dibantuin, ini malah dipelototin. Untung adik loh, coba si Dita, temennya, udah ku pites ini orang.

"Ah, udah ah. Dani kenyang mah, mau bobok dulu, siapa tau dapet pencerahan calon jodoh" ucapku dan segera melesat ke arah pintu ruang makan.

"Huuu mimpi aja teros" teriak Karin. Huh, untung adek.

"Karin!" teriak mama pada Karin, dan dari situ aku tak mendengar apapun lagi percakapan antara dua wanita itu, aku hanya mengikuti lantai-lantai menuju singasanaku, home sweet home, akhirnya sampai juga, ini baru rumah sebenarnya, tanpa tekanan. Kamar tercinta, tanpa menunggu lama, tubuhku telah meluncur mulus diatas kasur empukku, ku pejamkan mata perlahan bersama suhu ruangan sekitar yang tengah ku nikmati keberadaannya.

Ting!
Ting!
Ting!

"Siapa sih? Baru juga tiduran, udah tang ting tang ting aja dah" dumelku, lagian asem banget dah, orang baru tiduran udah tang ting tong, situ kira bell.

Cindy Anastasya

Selamat malam pak, saya hanya mengabarkan, besok kita akan mengadakan rapat koalisi antara perusahaan kita dan PT. Andromeda pukul 11 pagi di perusahaan kita.

Jadi, dia malam-malam bikin suara bell di handphone orang cuman buat ngasih tau hal yang seharusnya bisa besok pagi? Shit, arent you have nothing to do?

Dengan malas ku menjawab

Iya, terimakasih.

Reply to Cindy Anastasya

Dan segera ku tutup handphoneku, belum sampai mendarat dimeja, handphone ku berbunyi lagi.

Cindy Anastasya

Heartless ?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang